Komen yah guys kalo ada typo yang bertebaran harap maklum:v
***
Disebuah ruangan keluarga terdapat ayah, ibu dan dua anaknya. Pada saat ini Riski selaku kepala keluarga sedang menatap tajam kearah salah satu putri mereka. Namun, yang ditatap hanya terlihat santai. Malahan dia sedang asik memainkan gantungan kunci yang berbentuk bunga matahari. Dia tidak peduli dengan tatapan tajam dari kedua orang tuanya.
"Untuk ketiga kalinya kamu dikeluarkan dari sekolah. Papa malu tau nggak punya anak bandel kayak kamu! Sekarang jelaskan, masalah apalagi yang kamu buat disekolah?" Tanya Riski Putra Arion selaku kepala keluarga dengan sorotan mata tajam.
Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahu acuh. Seolah yang ditanyakan tidak begitu penting.
"Bisa nggak kamu, kayak adik kamu. Berprestasi, sering ikut olimpiade, membanggakan orang tua. Nggak kayak kamu yang selalu bikin malu orang tua. Pulang tengah malam dan hampir tiap minggu kamu masuk BK. Mau jadi apa kamu?!" Lagi-lagi yang ditanya hanya diam tidak peduli.
"Rara! Jawab papi kamu!" Bentak seorang wanita parubaya yang bernama Riska Amalia selaku ibu rumah tangga.
"Tanpa Rara jelasin pasti mami sama papi juga udah tau." Jawab Rara yang bernama lengkap Rara Putri Riskia.
"Kamu itu kaka!, harusnya kamu contohin yang baik buat adik kamu, bukannya Raisa yang contohin perilaku yang baik buat kamu."
Inilah yang paling Rara tidak suka, dibanding-bandingkan dengan adiknya yang bernama lengkap Raisa Putri Riskia. Hampir setiap hari dia mendengar ceramah orang tuanya yang selalu membanding-bandingkan dia dengan adiknya. Semua anak punya kelebihan masing-masing dan tidak seharusnya harus selalu disamakan. Rara sendiri sebenarnya cukup berprestasi. Dia pernah memenangkan beberapa lomba dicabang bela diri taekwondo, dan juga selalu menang diajang balapan liar.
"Mi, pi, Rara ya Rara, dan Raisa adalah Raisa. Kita emang sama-sama manusia tapi kita berdua mempunyai kelebihan masing-masing yang tidak akan pernah bisa disamakan." Jawab Rara santai masih sambil memainkan gantungan kuncinya.
"Kelebihan apa yang kamu maksud dari dirimu, pulang tengah malam dalam keadaan mabuk, balapan liar, atau berkelahi. Itu yang kamu maksud kelebihan!" Bentak Riski yang sudah diselimuti dengan perasaan emosi melihat tingkah laku putrinya yang satu ini.
Rara sudah terbiasa dengan bentakan yang selalu diberikan oleh kedua orang tuanya. Dia hanya bisa selalu menjawab dengan santai.
"Pi..." cicit Raisa adiknya yang selalu dibangga-banggakan. Tidak hanya kedua orang tuanya, melainkan seluruh kelurganya.
"Nggak usah ikut campur Raisa, Biar kaka kamu ini tahu kalo dia salah." Kata Riska lembut kepada Raisa.
Rara hanya memutar bola matanya malas melihat maminya yang selalu berkata lembut kepada Raisa. Sedangkan dirinya, selalu mendapat cacian, makian dan juga bentakan.
"Papi nggak ada pilihan lain lagi, kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan papi. Keputusan papi sudah bulat."
"TER-SE-RAH" ucap Rara dengan penuh penekanan. "Rara nggak peduli." Rara berjalan meninggalkan ruang keluarga. Ini bukan untuk pertama kalinya Riski berkata seperti itu. Pasti setiap dia membuat masalah, Riski selalu mengancamnya. Dan sampai sekarang itu tidak pernah benar-benar papinya lakukan. Entahlah, kita tidak tahu takdir akan seperti apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Ficção AdolescenteDestiny adalah TAKDIR. Yah, takdir, terkadang kita yang menentukan takdir kita sendiri, tapi... bagaimana jika takdir yang mengendalikan kita?. Takdir lah yang membuat Rara dan juga Rafa menikah di usia mereka yang masih terbilang cukup muda yaitu b...