"Ingat! Hanya sebatas menemani tanpa melibatkan perasaan."
.
.
.***
Rafa mengambil semua bahan makanan yang ada disetiap list, namun ada satu tulisan yang kurang jelas dilist belanjaannya membuat Rafa berniat untuk menghampiri Rara dibagian daging dan sayuran. Namun, saat Rafa berada diujung tempat belanja sayuran dia tidak sengaja melihat Rara sedang menggendong anak kecil sedang bersama seseorang. Orang itu tidak asing baginya, dia tahu siapa betul orang itu. Ya, itu Albir musuh bebuyutannya dari awal masuk sekolah.
Rafa dan Albir saling bermusuhan karena kejadian pada masa orientasi siswa dimana Albir yang sifatnya sok berkuasa menantang seorang Rafa hanya karena Rafa yang lebih populer darinya, mungkin pada saat itu Albir masih labil sehingga Rafa masih memaklumi. Namun kejadian dikelas 10 membuatnya murka dan mengangkat bendera permusuhan pada hari itu juga. Pada saat itu Albir pernah mendekati Delila, bukan hanya mendekati melainkan Rafa tidak sengaja melihat Delila dan Albir keluar dari kamar hotel yang sama, entah apa yang mereka lakukan. Pada saat itu Rafa langsung menghampiri Albir dan menghajar cowok itu, tentu saja Albir yang tidak terima mendapat serangan dadakan membuatnya melawan sehingga terjadi acara baku hantam. Delila menjelaskan jika Albir yang memaksanya dan mengancamnya jika berani menghubungi Rafa dia akan disiksa. Rafa yang memang menaruh kepercayaan besar terhadap Delila langsung percaya begitu saja dengan perkataan cewek itu walaupun berita yang tersebar mengatakan kalo Delila yang selingkuh dan mendekati Albir deluan. Namun, Rafa tetap tidak percaya.
Entah kenapa ada perasaan tidak suka melihat Rara yang tertawa bahagia bersama Albir dan anak kecil itu. Rafa ingin sekali langsung menelfon Rara dan menyuruhnya untuk segera ke kasir dan meninggalkan supermarket ini secepat mungkin. Namun, dia lupa kalo belum bertukar nomor dengan cewek itu.
Rafa menghampiri untuk memberi isyarat kepada Rara.
"Eh ada bucin nya Delila nih." Bukannya Rara yang melihatnya, malah Albir yang tidak sengaja melihat dirinya deluan. "Wiss belanja bahan dapur, asistennya mana pak?" Tanya Albir dengan nada meledek.
Rara kontan melihat Rafa yang hanya diam namun Rara bisa pastikan kalo cowok itu sedang emosi dan menaruh rasa tidak suka dengan Albir.
"Oh iya, ini kenalin pacar gue." Kata Albir tiba-tiba memperkenalkan Rara disebelahnya yang sedang menggendong Ale adiknya. Rara memelotot kaget karena pengakuan Albir.
Cuman pacar doang kok bangga, pikir Rafa. Iya deh Raf, yang udah halal mah bebas.
Rafa menatap tajam ke arah Albir. Rafa kembali menatap ke arah Rara dan memberi isyarat mata kalo dia ingin cepat-cepat pergi meninggalkan supermarket sialan ini.
Rara yang mengira maksud Rafa adalah membawa Albir pergi dari tempat itu. Akhirnya mengajak Albir pergi.
"Al, kayaknya gue mau beli cemilan deh, kesana ayo!" Akhirnya Rara menarik Albir meninggalkan Rafa sendirian.
Melihat apa yang dilakukan Rara membuat emosi Rafa melunjak. Dengan nekat Rafa menghampiri mereka dan menahan tangan Rara.
"Pulang." intrupsi Rafa. Singkat, tapi tidak terbantahkan. Rafa pun tidak tahu kenapa di berperilaku posesif seperti ini, entah karena kejadian dimasa lalu atau tentang hal yang lain.
Rara kaget dengan perilaku Rafa yang seperti itu, Bukankah cowok itu sudah berjanji untuk berpura-pura tidak saling mengenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionDestiny adalah TAKDIR. Yah, takdir, terkadang kita yang menentukan takdir kita sendiri, tapi... bagaimana jika takdir yang mengendalikan kita?. Takdir lah yang membuat Rara dan juga Rafa menikah di usia mereka yang masih terbilang cukup muda yaitu b...