"RARA!" Teriak suara bariton membuat Rara menegang. Dia hapal betul siapa pemilik suara itu.
Riski, papinya.
Rara menghempas kasar tangan Albir yang berada diwajahnya dan berbalik badan untuk menatap papinya, sumpah serapah yang dia ucapkan dalam hatinya karena dia yakin bahwa Rafa yang telah melapornya.
Riski maju mendekati Rara "PLAK!" dan tanpa aba-aba langsung menampar Rara didepan semua orang.
Ini tamparan untuk kedua kalinya setelah tamparan dirooftop rumah sakit, papinnya berubah menjadi kasar seperti ini semenjak ada perjodohan. Perjodohan ini membawa kesialan di dalam kehidupannya.
Albir yang melihat kejadian didepannya itu langsung mendorong Riski dan memegang kerah bajunya dengan tangan yang sudah terkepal untuk siap memukul. namun, Rara yang sudah tahu apa yang akan dia dilakukan Rara langsung maju dan menahan lengan Albir.
"STOP! dia papi gue!" Bentak Rara dengan suara yang bergetar karena menahan tangis. Ucapan Rara membuat Albir langsung melepas Riski dan berjalan mundur dengan nafas memburu karena emosi.
"MASUK KEMOBIL SEKARANG!" Bentak Riski didepan wajah Rara membuatnya menutup mata dan satu cairan bening berhasil keluar dari ujung matanya.
"Buat kalian semua berhenti deketin anak saya dan berhenti buat ajak dia ke jalan yang ga bener kayak gini!" Murka Riski ke semua orang yang berada di arena balap.Mereka semua hanya bisa diam. Mereka bisa saja melawan dan membantah hanya saja Rara sudah melarang mereka dari awal untuk tidak ikut campur jika sewaktu-waktu kejadian seperti sekarang ini.
Dengan pasrah Rara menuruti perintah papinya dan berjalan meninggalkan arena balap. Ini bukan pertama kalinya Rara didatangi langsung dengan papinya diarena balap. Papinya tidak akan mendatanginya jika tidak ada yang memberi tahu kalo dia berada diarena ini. Sudah sangat jelas kali ini ada yang memberi tahu Riski kalo Rara tidak berada dirumah Rafa.
---
Rara sudah tiba dirumah yang baru beberapa jam lalu dia tinggalkan. Ya, rumah Rafa. Riski hanya menghentikan mobilnya didepan pagar rumah Rafa.
"Papi harap kamu segera sadar dengan tingkahmu yang seperti perempuan murahan. ingat dengan status kamu sekarang." Ucap Riski akhirnya setelah beberapa menit hanya keheningan yang menyelimuti.
"Aku ga pernah minta sama papi dengan status aku yang kayak sekarang pi." Jawab Rara dengan suara lirih dan bergetar karena menahan tangis.
"Kapan kamu bisa berubah jadi anak yang bisa berguna HAH!? papi capek tau nggak, punya anak kayak kamu yang hanya bisa bikin susah keluarga! kapan kamu bisa kayak ade kamu?!" suara Riski berubah naik drastis dengan emosi yang melunjak.
"Papi nikahin kamu, biar kamu sadar sama kelakuan kamu yang kayak jalang, ingat kamu itu punya suami. kamu tau ga kalo selama ini papi itu--..""MALU! IYA PAPI MALU!? PUNYA ANAK KAYAK RARA!?"potong Rara akhirnya sambil berteriak didepan wajah riski karena tidak tahan mendengar kalimat yang terus-terusan dilontarkan papinya. Air mata yang dari tadi dia tahan akhirnya tumpah, dia sudah tidak tahan, dadanya sesak. "AKU! GA PERNAH! MINTA! BUAT DILAHIRIIN KEDUNIA PI!" Teriak Rara dengan penuh penekanan disetiap kata. Lelah? Sudah pasti ia lelah. percuma punya keluarga yang utuh tapi selalu dapat makian yang hanya bisa buat ia depresi. boleh tidak sekali aja Rara tumbuh dengan kasih sayang? selama ini ia hanya selalu dituntut buat jadi apa yang mereka mau. Pertanyaan itulah yang selalu ada dibenaknya.
Rara pergi dari mobil dan membanting pintu mobil dengan kasar dan berlari kecil masuk ke dalam rumah sambil menangis. Saat masuk ke dalam rumah pemandangan yang pertama kali Rara lihat adalah Rafa yang sedang duduk sambil bersandar dengan cewe yang dia yakin kalo itu Delila, pacarnya. ingin rasanya Rara memaki-maki Rafa dan mengeluarkan segala kesalnya bukan karena cemburu melihat Rafa dan Delila bermesraan didepannya melainkan karena dia sangat yakin kalo Rafa lah yang telah melaporkan dirinya ke papinya. Namun, sepertinya waktunya kurang tepat. Rara berlari naik ke atas dan masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan cara membantingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
JugendliteraturDestiny adalah TAKDIR. Yah, takdir, terkadang kita yang menentukan takdir kita sendiri, tapi... bagaimana jika takdir yang mengendalikan kita?. Takdir lah yang membuat Rara dan juga Rafa menikah di usia mereka yang masih terbilang cukup muda yaitu b...