1. Di Sebuah Kafe

708 37 0
                                    

"You're my sun,
my moon,
and all of my stars."

.
.
.

September 2020

04.45 PM KST

Di sebuah kafe yang terletak di tengah keramaian kota Seoul, seorang gadis duduk sembari menyesap sekali lagi secangkir caramel macchiato hangat kesukaannya sembari mengamati langit di luar sana.

"Hari ini toko bungamu tutup lebih awal, eh?" lamunannya dibuyarkan oleh pertanyaan seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Gadis itu mendengus kasar. Padahal dia sedang asyik memikirkan seseorang yang sekarang tidak ia ketahui keberadaannya. "Iya," jawabnya singkat.

"Hm, tidak biasanya. Menunggu siapa?" tanya laki-laki itu lagi.

Kesal. Gadis itu menatap manik mata pria yang ada di hadapannya. "Jeon Jungkook, tidak usah pura-pura bodoh dan urus saja kafemu ini. Tinggalkan aku, aku sedang ingin duduk sendiri."

"Kau pikir aku tidak tahu kau sedang menunggu siapa, Choi Soojung? Ah, atau bukan menunggu? Melainkan memikirkan pria itu," sindir Jungkook.

Soojung memutuskan untuk mengabaikan Jungkook, sahabatnya sejak SMA dan kembali menatap langit yang warnanya mulai berubah menjadi sedikit gelap. Ah, tampaknya malam ini akan turun hujan.

"Jangan mengabaikan aku!"

"Pergilah, Jung. Aku sedang benar-benar ingin sendiri," ucap Soojung.

Jungkook menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Sebenarnya dia tahu kalau hari ini adalah hari Kamis, yang artinya hari ini toko bunga Soojung tutup lebih awal.

Di hari lain, Soojung biasanya mampir ke kafe Jungkook setelah pukul lima sore atau setelah toko bunganya tutup. Tetapi, khusus hari Kamis toko bunga Soojung tutup lebih awal, yaitu pukul empat sore.

"Kau bahkan tidak tahu dia masih mengingatmu atau tidak," ujar Jungkook.

"Aku tidak peduli."

Kini giliran Jungkook yang mendengus kasar. "Berhenti menyakiti dirimu sendiri! Kau masih belum terbiasa dengan semuanya?"

Perhatian Soojung sepenuhnya berada pada laki-laki di depannya. Dia menatapnya dengan tatapan sendu. "Aku hanya butuh waktu sedikit lagi. Nanti juga baik-baik saja."

Jungkook meraih tangan Soojung dan menggenggamnya. Hangat. "Maaf sudah berteriak padamu."

Soojung mengangguk. "Tidak apa-apa, tapi bisakah sekarang kau meninggalkanku sendiri?"

Jungkook mengangguk dan beranjak dari hadapan Soojung. "Bilang saja kalau kau mau caramel macchiato lagi, kali ini gratis."

"Baiklah," ucap Soojung.

Harus diakui oleh Soojung bahwa Jungkook itu sangat baik, tapi sekaligus sangat menyebalkan.

***

Kriet.

Pintu kafe dibuka dari luar, seorang pria masuk ke kafe Jungkook.

"Selamat datang, anda mau pesan a—"

"It's been years, right, Jeon Jungkook?" ucap seorang pria yang tingginya sama dengan Jungkook.

"Kau. Ada urusan apa?" tanya Jungkook berusaha meredam amarahnya.

"Hanya mampir. Katanya kafemu ini membuat kopi yang enak. Aku pesan americano," jawabnya dengan tenang.

"Itu saja? 6000 won."

"Aku juga pesan sepotong cheesecake ini."

***

06.30 PM KST

Soojung menyesap tetes terakhir caramel macchiato-nya. Dia segera menyadari bahwa langit sudah mulai gelap, artinya Soojung sudah harus pulang untuk merapikan bunga yang akan diambil oleh pemborong besok pagi.

Soojung berdiri dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Dia berjalan ke arah tangga dan berniat untuk pergi ke meja kasir dulu untuk pamit pada Jungkook. Namun pesan dari Jungkook yang mengatakan bahwa dirinya tidak perlu pamit membuat Soojung mengurungkan niatnya.

Walaupun tidak biasanya dia menyuruh Soojung pulang begitu saja. Di hari lain Jungkook akan meminta Soojung untuk tinggal sebentar di meja kasir untuk menemaninya, paling tidak selama 15 menit.

Mungkin dia sibuk, pikir Soojung.

Soojung turun ke bawah melewati meja kasir. Jungkook tampak sedang berdiri di kasir. Soojung melambaikan tangan padanya. Jungkook pun membalas lambaian tangan Soojung.

Soojung berjalan mendekati pintu. Sesaat sebelum meraih gagang pintu, terdengar suara baritone yang familiar memanggil namanya.

"Soojungie?"

Soojung menoleh, menatap pria yang memanggil namanya dengan tatapan terkejut.

Kim Taehyung?

[]

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang