08.TENTANG PERASAAN

112 7 0
                                    

Dikta berdiri disamping mobil hitam nya yang terparkir di parkiran sekolah,matanya melihat siswa siswa lainnya yang sudah mulai meninggalkan sekolah.

Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu,cowo itu berdiri disana karna tengah menunggu Tania.

Sedangkan teman temannya masih berada di base camp,ia ijin tidak ikut kumpul hari ini,rencana nya ia ingin berkunjung ke rumah Tania.

Tumben tumbenan juga Dikta mengendarai mobil ke sekolah,alasannya tentu saja tak ingin membuat gadis yang ia sayangi itu kepanasan.

Walaupun sebenarnya Tania tak pernah mengeluh akan hal itu,tapi Dikta cowo yang lumayan peka juga ternyata.

Beberapa detik kemudian,seulas senyum terbit di bibir cowo itu kala melihat Tania di depan gerbang sekolah sambil melambaikan tangannya.

Gadis itu terlihat sangat menggemaskan dengan badannya yang kecil,dan kedua mata jernih nya.

"Sini!"

Mendengar perintah dari Dikta dengan cepat gadis itu berlari kecil menuju kearahnya.

"Lama ya nunggunya?" Tanya Tania kemudian,saat keduanya sudah saling berhadapan.

Dikta menarik bahu gadis itu lalu mengapit leher Tania dengan keteknya.

"Lama atuh,gue sampai gosong nungguin lo" cowo itu mengacak pelan kepala Tania,sampai rambut gadis itu benar benar berantakan.

Tania yang kesal akan tingkah cowo itu langsung memukul mukul tangan Dikta tanpa ampun.

"Hiihh apa sih kamu! kebiasaan deh" kedua mata Tania menatap Dikta dengan lumayan sinis.

Bukannya takut,Dikta hanya tertawa melihat Tania yang sedang kesal karna ulahnya.

Di dalam hati ia berteriak menjerit kenapa gadis ini begitu sangat menggemaskan di matanya?

"Udah jangan ngambek,ayo cepetan masuk,gue tinggal mau?"

"Masa iya langsung pulang? ngga mau jalan jalan dulu?" Tanya Tania,kedua matanya menunjukkan puppy eyes yang sangat menggemaskan.

Membuat Dikta di hadapannya berusaha menahan rasa salting mati matian,bahkan cowo itu sampai mengigit bibir bawah.

Saking tidak kuat nya melihat kegemasan Tania,memang gadis ini selalu berbeda dari gadis gadis lainnya.

Kurangnya hanya satu,tidak bisa dimiliki.

"Udah jam segini masa iya jalan jalan? langsung ke rumah lo aja,gue pengen ketemu sama bunda,lagian lo udah bau"

"Sembarangan,kamu kali yang bau! tadi bau ketek kamu menyengat,kaya jengkol!" Teriak Tania tak terima,gila saja,sejak kapan seorang Tania bau badan? ngga dulu.

"Ngga papa bau,yang penting ganteng banyak yang suka lagi" satu mata Dikta mengedip kearah Tania,membuat gadis itu hanya merinding ngeri.

Memang kebiasaan cowo yang satu ini kepedean nya tingkat dewa,jadi ngga heran ngeselin terus,minta dijadiin gembel emang.

"Percuma ganteng,kalo masih takut sama kucing" bisik Tania pelan.

Dikta Untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang