Selang satu jam saat Tania menangis sendiri di belakang sekolah, gadis itu langsung memutuskan untuk masuk ke dalam kelasnya.
Tak baik terlalu lama sedih seperti ini, ia juga tak mau kedua teman temannya curiga karna ia menangis.
Gadis itu juga sempat mencuci wajahnya di toilet wanita, ia ingin terlihat baik baik saja walaupun kedua matanya masih terlihat sembab.
Beruntungnya lagi hari ini kelasnya dapat jam kosong, sebentar lagi bel pulang juga akan berbunyi, jadi untuk saat ini gadis itu aman.
"Astagaaa Tania, lo kemana aja daritadi? gue cariin juga!" Mita berteriak heboh saat kedua matanya melihat sosok sahabatnya itu tiba tiba muncul di depan pintu kelas.
Alia juga tak kalah paniknya, pasalnya mereka berdua sudah mencari keberadaan Tania daritadi, mereka bahkan mengira gadis itu pingsan di suatu tempat karna belum sembuh total.
"Lo ngga papa kan Tan? ngga pingsan juga kan tadi? sumpahhh khawatir banget gue sama lo" kedua gadis itu dengan cepat memeluk tubuh Tania dengan sangat erat.
Tak peduli dengan siswa siswa lain yang menatap mereka kebingungan, Tania hanya mampu tersenyum kearah kedua sahabatnya.
Namun sebenarnya hatinya masih sakit dan terus mengingat Dikta yang masih terluka, padahal mati matian ia berusaha tenang, tapi tetap ia khawatir.
"Tania, mata lo sembab, kenapa? lo ngga habis nangis kan?
Pertanyaan Alia barusan mampu membuat gadis itu gelagapan, ternyata benar dugaannya, mereka pasti akan langsung ngeh dengan matanya yang bengkak.
"E-engga kok! aku ngga nangis, tadi cuman kelilipan sedikit" Ucap Tania sedikit panik, bahkan gadis itu pura pura mengucek matanya, agar kedua sahabatnya tak curiga.
Alia dan Mita menatap satu sama lain, merasa aneh dengan tingkah Tania hari ini, gadis itu tak seperti biasanya.
"Benaran, aku ngga nangis! aku baik baik aja, cuman kelilipan, serius!"
Mita menghela nafas sejenak, lalu kembali menatap Tania yang kelihatannya masih berusaha meyakinkan mereka.
"Gue ngga tau lo kenapa, tapi firasat gue ngga enak ke lo Tan. gue yakin lo ada masalah, jangan pura pura baik baik aja kalo lo emang beneran lagi ga baik, nangis aja gapapa Tan, jangan ditahan" Satu tangan Mita terulurkan untuk mengelus pelan bahu Tania.
Gadis itu menunduk perlahan, mendengar kata kata dari Mita semakin membuatnya teringat lagi pada sosok Dikta, bahkan kini bahunya bergetar hebat, suara isakan tangis dari mulut gadis itu juga mulai terdengar.
Kedua sahabatnya langsung panik, ternyata benar firasat Mita, Tania kini sedang tidak baik baik saja.
"Lo kenapa Tan? ada masalah apa lagi? bilang ke gue, kalo lo diem gini kita ngga akan bisa bantu lo"
"D-dikta Al..... Dikta..." suara Tania sedikit bergetar ketika memanggil nama cowo itu pelan.
Mita mengiring gadis itu untuk duduk di kursinya, dan mulai menenangkannya, sungguh kini Tania terlihat sangat kacau.
"Kenapa sama dia? dia jahatin lo lagi?" Kali ini Mita yang bertanya, Tania hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Udah, tenangin diri dulu. kalo lo udah siap buat cerita, kita juga bakalan siap dengerin lo Tan"
Merasa dirinya diperhatikan seperti ini oleh sahabat sahabatnya, ada rasa senang dan juga lega di dalam dirinya.
Ia masih ada tempat untuk bersandar, dan menyalurkan segala kesedihannya pada mereka, Tania sedikit beruntung dengan kehadiran Mita dan Alia yang selalu mengerti dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dikta Untuk Tania
Ficção Adolescenteini kisah tentang seseorang yang tidak ingin lepas dari kasih sayang seorang sahabat.. kisah yang menceritakan seorang laki laki dengan rasa cinta yang tulus kepada seorang perempuan yang sangat ia sayangi di dunia jika cinta bisa menerima kasih say...