06.DIA LAGI?

167 13 2
                                    

Dikta menatap Tania dihadapannya yang dengan telaten mengobati dahinya yang terluka akibat bekas pukulan kayu.

Walaupun gadis itu perhatian padanya,tetap saja Dikta merasa bahwa gadis itu pasti sedang marah didalam hatinya,buktinya daritadi ia berdiam diri tanpa menanyakan apa yang telah terjadi pada Dikta.

"Tania,lo marah?" Tanya Dikta pelan,takut gadis itu semakin marah padanya.

Bukannya malah menjawab,Tania malah tetap diam dan menatap Dikta dengan tatapan acuh.

"Tan,jangan kaya gini dong. Lo boleh marah sama gue tapi jangan diemin gue juga" ucap Dikta lagi.

Masih tetap pada pendiriannya,tania tetap diam tanpa berniat menjawab,dengan cepat ia memasukan kembali obat obatan yang ia gunakan tadi kedalam kotak obat.

Tak ingin berdebat untuk saat ini,ia memutuskan untuk pergi dari hadapan Dikta,ia ingin pulang dan beristirahat di rumah dengan tenang.

Hendak ingin melangkahkan kakinya dari sana,Dikta lebih dulu mencekal pergelangan tangan Tania dengan erat,hingga gadis itu berbalik kehadapan Dikta.

"Apa sih,lepasin!"

"Engga,gue ga bakalan lepasin Lo sebelum Lo maafin gue dulu" tegas Dikta,tatapannya masih belum teralihkan dari pandangan Tania.

"Aku cape tau dik,mau pulang. lepasin tangan aku sekarang atau aku teriak?"

Mendengar ancaman tersebut Dikta langsung melepaskan cekalan tangannya,tetapi kemudian ia memegang kedua bahu Tania dengan erat,dan menatapnya lekat lekat.

"Tan,dengerin gue dulu ya? gue berantem ada alasannya kok,lagian luka gue juga ga terlalu parah"

"Diem! kamu tuh bandel banget ya kalo aku bilangin? mending ga usah ketemu kalo gitu!" Tania menepis kasar tangan Dikta dari bahunya.

Dikta mengusap wajahnya kasar,ia tau dengan kelakuannya yang seperti ini akan membuat Tania marah padanya.

"Mau kamu apa sih Dik? aku udah bilang ke kamu berkali kali,ga boleh berantem terus kaya gini,tapi sekarang apa? kamu malah berantem ga jelas kaya tadi di jalanan,kalo papa kamu tau gimana? aku yang cape Dikta!"

Tania berteriak kencang,air matanya tak sanggup ia tahan,sampai kini pipi mulusnya sudah basah dengan air mata.

Dikta yang tak sanggup melihat gadis itu menangis langsung memeluknya erat,punggung Tania ia usap perlahan,jidat mulus gadis itu juga ia cium berkali kali.

"Maaf,maafin gue..." Lirih Dikta,ia sudah menyesal membuat gadis kecilnya menangis seperti ini.

"Kamu jahat,ngga mau dengerin aku!"

"Udah,jangan kaya gini ya? jangan nangis terus,udah gede masa cengeng kaya bayi,katanya princess" goda Dikta kemudian,walaupun ia tau Tania masih kesal dan marah padanya,tetapi tetap saja ia akan berusaha menghibur gadis itu.

Dikta merasakan pelukannya semakin melonggar,ia bisa melihat gadis itu tengah menatapnya sendu.

"Aku takut dik,aku takut kamu kenapa napa,aku takut kamu pergi ninggalin aku"

Dikta Untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang