12.DI TENGAH TENGAH HUJAN

110 6 0
                                    

Dikta memasukan ponselnya kedalam saku celana setelah mengirimkan beberapa pesan kepada Tania.

Kini pelajaran terakhir sudah selesai dan tentu saja saatnya pulang kerumah masing masing.

tetapi sejak pelajaran pertama tadi anak anak Revonka lainnya bolos ke markas yang berada di sekolah,tanpa berminat untuk mengikuti pelajaran seperti murid lainnya.

Begitulah kebiasaan mereka setiap harinya,dan bagi mereka itu adalah surga dunia ternikmat yang pernah ada.

Melihat ke sekeliling markas, kelima temannya masih belum kembali dari luar,membeli beberapa makanan katanya.

Padahal sudah sejam yang lalu, itu membuat Dikta bosan menunggu, padahal niatnya ia akan memberikan setengah makanan yang mereka beli untuk Tania,pasti gadis itu lapar.

Sesekali cowo itu melirik jam LED hitam yang melingkar di pergelangan tangannya,jam sudah menunjukan pukul tiga sore.

Tania kini pasti sudah menunggunya, memutuskan untuk melupakan teman temannya yang tak kunjung muncul,Dikta mengambil tas nya dengan cepat dan berjalan keluar dari markas.

Hendak ingin membuka pintu, dirinya terkejut setengah mati dengan kehadiran Aldi yang datang tergesa gesa di depan pintu.

Dikta memicingkan matanya menatap sahabatnya itu yang mencurigakan, wajah Aldi memar dan banyak darah.

Membuat Dikta yang menatapnya semakin terkejut.

"Al,kenapa sama muka lo? kok bonyok gini?" Tanya Dikta khawatir,bahkan kini kepala cowo itu mengeluarkan darah yang sangat banyak,seperti habis dipukul dengan batu.

"Nanti gue jelasin,yang terpenting sekarang,anak anak yang lain lagi diserang sama Ravenger!" Aldi berteriak panik,walaupun susah untuk mengatur nafasnya.

Wajah Dikta seketika pucat mendengarnya, jadi teman temannya kini tengah diserang? mengapa ia tak tau.

"Dimana mereka?"

"Di jalan melati,nomor 27 Andre bawa pasukan banyak banget,kita ngga bisa ngalahin mereka Dik" ucap Aldi lagi.

Satu tangan Dikta menyentuh bahu Aldi,berusaha menenangkan sahabatnya itu yang hampir sekarat.

"Lo istirahat di markas aja,biar gue kesana dan ngehubungin pasukan dari sekolah lain"

Aldi menggeleng,seolah tak menyetujui keputusan Dikta.
"Engga Dik,gue ikut lo. gue masih pasukan Revonka,ngga mungkin gue diem disini sedangkan temen temen gue lagi dalam bahaya"

"Tapi Al-"

"Kita lawan mereka sama sama Dik,gue yakin kali ini kita menang"

🦋🦋🦋

Dikta

Gue lagi di markas,udah bel pulang kan? lo tunggu di halte bus depan sekolah.

Gue otw kesana sekarang,jangan kemana mana ya,ngga lama kok

Tania masih menatap layar handphone nya sejak Dikta mengirimkan pesan itu sejam yang lalu.

Bahkan kini ia seperti orang linglung yang mencari cari keberadaan cowo itu,ia bingung mengapa Dikta belum muncul?

Ketiga temannya pun sudah pulang sejak tadi,ia sempat ditawarkan oleh Jihan untuk pulang bersama,tetapi Tania menolak karna ingin pulang bersama Dikta saja.

Tetapi kini,cowo itu menghilang entah kemana,dan Tania sendirian tanpa ada orang di sekitarnya.

Semua siswa sudah pulang,gerbang sekolah pun juga sudah ditutup sejak tadi.

Dikta Untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang