Hati kita milik Allah
Bila rasa sedih,
Berbaliklah kepada Allah.
Bila rasa keliru, berbaliklah pada Allah.
Bila gembira,
berbaliklah juga pada Allah💕💕💕
"Pulanglah Am..." perempuan paruh baya setengah memelas menatap lelaki gagah berwajah dingin di depannya.
Ammar hanya diam. Wajah perempuan yang serupa dengan almarhumah bundanya dahulu itu sungguh sangat teduh, melunakkan hati. Ingin rasanya ia meng'iya'kan permohonan Aida, saudara kembar bundanya itu.
Ammar selalu merasa nyaman berada di samping Aida, mungkin karena hampir semua yang Aida miliki, wajahnya, gaya bicara, sorot mata dan masih banyak lagi serupa dengan almarhumah bundanya."Kamu tidak kangen sama Alfa nak?" Aida menghela napas berat.
"Alfa darah dagingmu sendiri. Sekarang dia semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Tidakkah cukup waktu 3 tahun lebih kamu menghindari anakmu sendiri Am?"
Ammar masih konsisten dalam diam. Alfa. Nama yang sangat disuka mendiang istrinya. Wajah lucu bocah cilik itu langsung terbayang di pelupuk matanya. Tapi seketika bayangan wajah Syifa isterinya juga ikut muncul.
Hehhh....
Aida membiarkan Ammar, keponakan yang sudah dianggap seperti darah dagingnya sendiri itu diam. Ini sudah ke tiga kalinya ia membujuk Ammar untuk kembali pulang ke Indonesia.
"Oke, tante mau istirahat dulu. Masih jetlag rasanya. Nanti kita lanjutkan lagi" Aida bangkit dari duduknya,menuju kamar tamu yang tidak seberapa besar di apartemen tempat Ammar tinggal.
Ammar cuma menganggukan kepala. Koper dan semua perlengkapan menginap tantenya sudah dia rapikan sejak tadi. Disandarkan kepalanya ke sofa besar yang ada di tengah ruangan.
Ingatannya dipaksa meloncat ke masa yang sudah lewat.
Sejak awal kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Ammar sudah menjadi yatim piatu. Ayah dan bundanya meninggal dalam kecelakaan pesawat sepulang dari perjalanan bisnis ke Paris. Tentu saja waktu itu Ammar merasa hancur, ia anak tunggal tak ada adik atau kakak.
Karena itu ia menerima ajakan Aida, saudara kembar bundanya untuk tinggal bersama keluarga besarnya.
Ammar tidak kekurangan kasih sayang. Ada om Harlan suami tante Aida yang memperlakukannya sama seperti dua anak mereka Izzan dan Aisyah. Semua aset perusahaan termasuk sebuah Rumah Sakit sementara dikelola oleh om Harlan yang juga seorang dokter.Hehh...
Untuk kesekian kalinya Ammar menarik napas dalam.
Derrtt...derrtt...
Ponsel Ammar yang diletakkan di meja yang ada di depannya bergetar.
Terdengar lelaki berambut cepak itu menjawab telpon dengan bahasa inggrisnya yang fasih.
Tak berapa lama ia pun bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu kamar tantenya."Tan...Ammar mau ke rumah sakit dulu ada kasus mendadak"
Aida yang daritadi memang belum bisa memejamkan matanya membuka pintu kamar.
Ammar segera meraih telapak tangan Aida dan menciumnya serta mengucapkan salam."Waalaikumsallam..." jawab Aida pelan dan memandang punggung putra saudara kembarnya itu hingga hilang dari balik pintu apartemen.
Aku akan terus menjaganya Aira...aku tulus menyayanginya. Putramu adalah putraku juga karena kita adalah satu, tenanglah kau disana bersama Arfan...mata Aida mulai mengembun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Hospital 1 (Sudah Terbit)
SpiritualSeringkali apa yang kita harapkan terlalu jauh untuk kita jangkau. seringkali apa yang tidak kita harapkan terasa sangat dekat di depan kita. terkadang kita berharap pada seseorang yang tidak menempatkan kita dalam hatinya. terkadang ada seseorang...