Kalau harapan kita berjalan sesuai rencana,
Kita tak akan belajar
bahwa kecewa itu menguatkan💕💕💕
Waktu adalah obat paling manjur untuk menyembuhkan luka di hati. Ungkapan itu bisa jadi benar meski tak semua menyetujuinya.
Langkah pasti sang waktu sedikit demi sedikit mengobati luka yang sempat menganga di hati Rissa.
Rissa sudah bisa beradaptasi dengan tempat barunya. Teman-teman kos, teman sekerja dan teman-teman taklim."Mbak Rissa, jadi ikutan taklim di masjid kampus?" Seru Kanaya, teman kos yang masih duduk di semester 10 Fakultas Kedokteran.
"Jadi dong Nay"Rissa sudah berdiri di depan pintu kamar kosnya lengkap dengan tas cangklongnya menandakan siap untuk berangkat.
"Kita naik angkot aja mbak...males cari parkiran" Rissa dan Kanaya jalan beriringan menuju gerbang rumah kos.
Sudah hampir sebulan ini Rissa akrab dengan Kanaya, calon dokter cantik asli dari Solo.
Entah apa yang membuat Rissa bisa cepat sekali akrab dengan gadis yang 3 tahun lebih muda darinya itu.
Mungkin karena keramahan Kanaya atau jalan pikiran mereka yang sering sama, kegemaran mereka atau juga karena Kanaya yang meski lebih muda tapi pemikirannya jauh lebih dewasa.Yang jelas Rissa merasa nyaman berakrab ria dengan Kanaya. Orangtua Kanaya yang seorang pengusaha batik sukses di Solo menginginkan anak gadisnya itu bisa menyandang gelar yang sampai saat ini masih diyakini memiliki masa depan yang cerah dan bergengsi yaitu dokter.
Angin sepoi-sepoi menerobos bebas lewat jendela angkot yang tidak terlalu penuh penumpang karena itu memang hari minggu. Tidak ada anak sekolah yang biasanya sebagai pengguna utama jasa angkot.
Sebenarnya mereka berdua sama-sama punya mobil. Kanaya pun dibekali kendaraan roda empat oleh orangtuanya sebagai pendukung aktivitasnya selama kuliah. Tapi Rissa perhatikan, jarang sekali Kanaya memakainya. Gadis itu lebih suka naik angkot. Mungkin kesederhanaan Kanaya yang membuat Rissa bisa cocok dengannya. Karena Rissa pun sangat menyenangi kesederhanaan.Tidak sampai 20 menit Rissa dan Kanaya sudah sampai di masjid Raden Patah. Masjid besar yang berada di area universitas Brawijaya ini sering mengadakan kajian-kajian yang menarik temanya. Tempat kos mereka memang tidak terlalu jauh letaknya dari kampus Unbraw, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di masjid tersebut.
Benar kata Kanaya, parkiran lumayan penuh. Paling enak naik angkutan umum saja tidak repot mencari parkiran.
Ruang utama masjid sudah mulai dipenuhi jamaah yang antusias mengikuti kajian. Dari pengamatan, kebanyakan peserta kajian adalah mahasiwa Unbraw, meski ada juga peserta dari luar seperti Rissa.Setelah menunggu hampir sepuluh menit, kajian pun dibuka. Lantunan kalam ilahi bergema indah mengalun syahdu di telinga. Semua yang hadir terdiam, khidmat mengikuti meski Rissa masih melihat di kanan kirinya ada beberapa yang masih asyik memainkan ponselnya.
Setelah sedikit pembukaan, kajian dimulai dengan keynot speaker. Pembawa acara menyebut sebuah nama.
"Kajian akan dibuka oleh dr. Ahmad Izzan Ramadhan, SpB dari Fakultas Kedokteran".
Sekilas Rissa sepertinya sangat familiar dengan nama tersebut. Suara yang terdengar pun sepertinya Rissa sangat mengenalinya. Karena jamaah perempuan berada di belakang dan kebetulan Rissa duduk di deretan agak akhir, tentu saja tidak bisa melihat jelas wajah si pembicara.
"Itu dosen Nay mbak...dosen favorit" bisik Naya sangat pelan
"Oohh..." Rissa cuma menganggukkan kepala, sudah umum tiap fakultas pasti punya dosen favorit. Biasanya karena sang dosen itu murah nilai, sabar dan yang satu ini paling sering dijadikan dosen favorit yaitu karena tampangnya yang keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Hospital 1 (Sudah Terbit)
EspiritualSeringkali apa yang kita harapkan terlalu jauh untuk kita jangkau. seringkali apa yang tidak kita harapkan terasa sangat dekat di depan kita. terkadang kita berharap pada seseorang yang tidak menempatkan kita dalam hatinya. terkadang ada seseorang...