Mengeluh hanya akan membuat hidup kita
semakin tertekan
Bersyukur akan senantiasa membawa kita pada jalan kemudahan💕
Perlahan Rissa menepikan mobilnya di tepi sebuah jalan kompleks perumahan. Jalan perumahan itu lebar-lebar dan rapi, beda sekali dengan gang rumah Rissa di Surabaya yang hanya bisa dilewati satu mobil dari satu arah saja.
"Bener ini rumahnya mbak?" Kanaya celingukkan melihat ke kanan kiri hendak memastikan kalau mereka berada di tempat yang betul.
"Kok sepi sih mbak?" Kanaya masih saja ragu.
"Kalau dari maps yang diberi dokter Izzan sih bener Nay" Rissa masih memelototi ponsel berisi petunjuk jalan yang diikutinya.
"Itu rumah nomer 25" Rissa menunjuk sebuah rumah besar, berpagar hitam.
Sejenak Rissa mengamati rumah yang penuh dengan pepohonan dan tanaman bunga. Rumah tersebut besar, tapi tidak terlalu mewah layaknya rumah artis. Yang menonjol dari rumah berlantai dua itu adalah taman yang besar dengan banyak pohon buah mangga."Kalau sudah bener, ayo turun mbak" Kanaya memegang lengan Rissa yang sedang khidmat mengamati rumah Alfa, rumah dokter Harlan dan pastinya rumah dokter Izzan karena mereka semua tinggal di rumah yang sama.
Rissa menuruti saran Kanaya untuk turun dari balik kemudi. Dua perempuan berhijab panjang itu berjalan beriringan mendekati rumah dengan halaman cukup luas tersebut. Meski terlihat sepi, di halaman terlihat beberapa kendaraan roda empat terparkir berjajar.
"Apa aku japri dokter Izzan dulu aja ya Nay, nggak enak langsung nyelonong masuk"Rissa agak ragu ketika mereka sudah berada di halaman rumah yang rimbun nan luas itu.
Kanaya mengangguk, tanda setuju dengan ide Rissa.
"Haii, ngapain kalian disitu, ayo masuk" baru saja Rissa mengeluarkan ponsel dari tas nya, sebuah suara menyapa mereka.
Dokter Izzan tampak mendekati mereka. Dengan hanya memakai kaos polos bewarna biru langit, celana hanya sampai selutut, dokter Izzan nampak berbeda. Yang sering Rissa temui, dokter Izzan selalu tampil rapi, elegan dengan kemeja panjang, celana yang selalu terlihat licin tak bercela, rambut yang tak pernah berantakan. Rissa seperti melihat orang yang beda umurnya. Iya, dokter Izzan nampak lebih muda dengan penampilannya yang sekarang sedang Rissa lihat.
"Assalamualaikum, kok malah bengong" dokter Izzan tertawa menampakkan deretan giginya yang rapi.
"Waalaikumsallam.."Rissa dan Kanaya hampir bersamaan menjawab.
"Ini teman kosnya dokter Rissa itu kan..." sapa dokter Izzan pada Kanaya.
Iya...bener-bener dok, saya mahasiswanya dokter. Aduh senengnya diingat dosen favorit...pekik Kanaya senang, tapi jelas beraninya cuma dalam hati.
"Iya dok, ini Kanaya, anak kedokteran, mahasiswanya dokter Izzan" Kanaya bersyukur Rissa sangat perhatian dengan memperkenalkannya secara lengkap pada dosen idolanya itu.
Izzan tersenyum memandang Kanaya, sembari mengingat rasanya belum pernah berpapasan atau mengajar Kanaya di kampus. Ah jumlah mahasiswa kan banyak, tak mungkin jika ia harus mengingat semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Hospital 1 (Sudah Terbit)
EspiritualSeringkali apa yang kita harapkan terlalu jauh untuk kita jangkau. seringkali apa yang tidak kita harapkan terasa sangat dekat di depan kita. terkadang kita berharap pada seseorang yang tidak menempatkan kita dalam hatinya. terkadang ada seseorang...