Kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin,
dan mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari
💕
Ammar membuka lemari pakaian tiga pintu bewarna putih. Diedarkan pandangannya ke beberapa baju santai yang terjajar rapi dalam lemarinya. Hari ini ia sangat bersemangat. Dari semalam ia sudah merancang apa saja yang hendak dibawa dan baju apa yang hendak ia kenakan di acara penting tersebut. Ammar merasa acara tersebut sangat penting, karena momen seperti inilah ia bisa mendekatkan diri pada putra semata wayangnya tersebut, karena di hari yang lain hampir ia tak punya waktu lebih bermain bersama Alfa.Semangat yang full charge itu tentu bukan tanpa sebab.
"Baiklah, saya bersedia menemani dokter Ammar dan Alfa di acara family gathering sekolah"
Pernyataan Rissa bersedia menemani Alfa sungguh seperti energi positip tersendiri buat Ammar. Hati Ammar begitu lega dan bahagia mendengar jawaban Rissa. Bahwa Rissa mau menemani Alfa...eh salah mungkin, bahwa Rissa mau menemani dirinya...nah ini benar, di acara sekolah Alfa tersebut.
Diambilnya kaos polo warna hijau. Dikenakannya kaos tersebut tepat berdiri di depan cermin.
Ah...kayanya kurang pas pakai warna ini
Ammar meletakkan kaos hijau itu di atas kasur. Kini netranya beralih ke kemeja lengan pendek warna biru muda. Kembali dikenakannya kemeja tersebut tepat di depan cermin yang menyatu dengan lemari pakaiannya.
Hmm...rasanya kurang nyaman pakai ini..
Dilepas dan diletakkan begitu saja kemeja biru muda tadi di atas ranjangnya. Kembali Ammar sibuk memilah beberapa baju santai aneka warna dalam lemarinya. Kini tangannya meraih kaos polo bewarna hitam. Dikenakannya lagi di depan cermin.
Ahh sepertinya nanti acara outdoor..warna hitam membuat semakin gerah
Ammar kembali melepas pakaian ke tiga yang tak jadi dikenakannya. Dan kembali ranjangnya jadi sasaran tempat meletakkan baju yang tak jadi dipilih itu.
"Ayaaah...ayoo..." terdengar teriakan nyaring khas suara Alfa dari balik pintu kamar Ammar.
Ammar bergegas membukakan pintu kamarnya buat Alfa.
"Ayah, ini sudah siang, nanti terlambat..." protes Alfa karena ayahnya tak kunjung turun ke bawah.
Ammar sekilas melirik jam tangan yang sudah rapi di pergelangan tangannya. Hampir pukul 7 pagi. Benar juga, ini sudah sangat siang. Belum lagi ia harus lebih dulu menjemput Rissa.
"Oke. Sebentar ya sayang" sahut Ammar sambil kembali menuju lemari pakaiannya. Akhirnya diambilnya kaos polo warna putih dan segera dipakainya.
Ammar bukan tipe lelaki yang suka berdandan, bergaya sok maskulin, me 'matching'kan ini itu. Ammar juga sangat jarang memikirkan masalah warna, kalau pakai warna ini jadi begini atau begitu. Lantas kenapa juga pagi ini dia jadi sedikit merasa kecentilan begini?
Astaghfirullah...gumam Ammar sambil tersenyum sendiri dan menggelengkan kepala. Apa karena dia mau bertemu Rissa? Ammar merasa dia harus tampil maksimal di depan Rissa. Sepertinya Ammar kena love syndrome
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story In Hospital 1 (Sudah Terbit)
EspiritualSeringkali apa yang kita harapkan terlalu jauh untuk kita jangkau. seringkali apa yang tidak kita harapkan terasa sangat dekat di depan kita. terkadang kita berharap pada seseorang yang tidak menempatkan kita dalam hatinya. terkadang ada seseorang...