DA - 2

69 7 3
                                    

Hayyyy hayyy hayyy gue update juga akhirnya yaaa,maaf ya baru update baru ada waktu buat ngupdate hihihi sorry Yee, okee gue lanjut cerita nya guyss, ini gue langsung ke part 2 and sorry kalau part 1 nya auto pendek 😁 okee kita lanjut ...


❤️❤️❤️


Pagi yang indah dihari Senin yang para murid sekolah tidak senangi, kata mereka Senin menyebalkan karena harus menunggu dan berdiri selama berjam-jam, itu bagi mereka yang tidak senang dengan Senin. Berbeda dengan gadis cantik yang masih setia menutup mata indah nya dengan selimut yang masih terbalut rapih ditubuhnya, seakan dia sedang bermimpi indah sehingga tidak ingin membuka matanya begitu saja.

Matahari tidak muncul hari ini, karena cuaca mendung namun hujan tak kunjung turun, jika saja hujan turun maka gadis cantik ini akan langsung membuka matanya dan berlari keluar untuk menikmati hujan seperti biasanya.

"Mbok, Ar belum bangun?" Ucap pria paruh baya dengan setelan jas rapih ditubuh nya, menuruni tangga dan duduk di sofa ruang tamu, terlihat begitu gagah dan tampan walau sudah berkepala 4, wajahnya selalu terlihat muda seperti halnya istri nya.

"Belum tuan, apa tuan ingin saya bangunkan non Ar sekarang?" Ucap seseorang yang dipanggil mbok oleh pria paruh baya itu.

"Tidak usah mbok, biarkan dia istirahat. Nyonya dimana mbok?" Tanya nya kembali kepada sang pembantu setia mereka bertahun-tahun, yang sering dipanggil Mbok Tun. Saat ingin menjawab tak lama seorang wanita yang baru saja ditanyakan menghampiri mereka dengan segelas teh hangat dan roti ditangan nya.

"Ada apa Yah? Bunda di dapur tadi. Mbok tolong siapkan sarapan untuk Ar ya. Biar saya yang berikan nanti ke kamar nya." Ucap nya lalu duduk bersebelahan dengan pria yang menanyakan nya tadi.

"Baik nya, saya permisi ke dapur." Pamit nya lalu berlalu pergi menyiapkan sarapan sesuai perintah sang majikan. Setelah kepergian Mbok Tun, tinggallah mereka berdua diruang tamu ini, awalnya hening mereka larut dalam pikiran masing-masing, sampai akhirnya Bunda Rini memecahkan keheningan yang ada.

"Ayah ada masalah? Kenapa belum berangkat ke kantor?" Ucapnya sambil menikmati teh hangat yang dibawa nya tadi begitu pula dengan sang suami. Ya, dia adalah Ayah Rumi. Wira Satya Lazuardi. Pengusaha sukses dan terkenal di seluruh penjuru dunia, tidak ada yang tidak kenal dengan seorang Wira keturunan keluarga Lazuardi.

"Tidak ada masalah, hanya saja ayah sedang memikirkan Ar." Lirihnya sedikit mendongakkan kepala nya dan bersandar di sofa, seolah melihat apa yang akan terjadi kedepan nya yang bisa kapan pun putri kecilnya alami. Baginya Arumi adalah segalanya, bahkan keluarga besarnya begitu menyayangi Arumi lebih dari nyawa mereka. Bagi mereka Arumi adalah permata, ketika permata itu hilang maka hancur lah dunia mereka.

Saat ingin menjawab ucapan suami nya, tiba-tiba saja suara seseorang dari tangga membuat bunda terdiam dan menatap wajah orang itu.

"Emang Ar kenapa yah? Ar baik-baik aja kan. Apa yang harus ayah khawatir kan?" Dia Arumi, tadinya dia ingin sarapan bersama orang tua nya, namun saat ingin turun dia tidak sengaja mendengar perkataan ayahnya.

"Bunda kira kamu belum bangun sayang, sarapan dulu sana, mbok Tun udah siapin sarapan buat kamu."  Ucap bunda berusaha tersenyum menyembunyikan rasa yang sulit untuk dijelaskan.

"Nanti aja kita sarapan bareng, ayah kenapa? Ar ada buat salah emang?" Tanya nya kembali pada ayah nya yang berada di samping nya dengan wajah yang terus memandangi nya.

"Tidak salah sayang, ayah fikir kamu mungkin menginginkan sesuatu?" Wira berusaha untuk berpura-pura tidak ada masalah, seharusnya juga dia paham apa yang putrinya inginkan.

"Tidak ada, lagipula apa yang Ar inginkan pasti kalian sudah tau itu, dan Ar juga tau tidak akan mungkin kalian wujudkan, bukan begitu? Sudahlah tidak apa-apa, Ar baik-baik saja. Ayo, kita sarapan. Ar sudah lapar." Ucapnya lalu beranjak pergi menghampiri meja makan yang sudah tersedia begitu banyak makanan, meninggalkan kedua orang tuanya yang masih terdiam kaku dengan ucapan putrinya barusan.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang