DA - 3

77 6 0
                                    


❣️❣️❣️

"Senyum mu, adalah kehangatan untuk ku."

Ardian Lazuardi

❣️❣️❣️


"Biar saya yang urus" ucap seseorang yang baru tiba di mansion menghampiri Wira dan Rini yang terlihat terkejut.

"Ayah" ucap mereka serentak dan saling pandang. Ya, dia adalah Ardian Lazuardi. Ayah dari Wira Satya Lazuardi. Usianya yang sudah termasuk kategori lansia ini, masih terlihat gagah dengan balutan jas di badan nya.

"Biasa saja kalian melihat saya, seperti melihat hantu saja." Ucapnya menyadarkan anak dan menantunya yang masih terbengong melihat kehadirannya yang tiba-tiba.

"Ihh ayah, lagian kenapa ayah gak kabarin dulu kalau mau kesini, tiba-tiba udah disini aja." Ucap Wira sambil menyalami ayah nya di ikuti oleh Rini.

"Ayah tau, pasti kalian tidak bisa mengurus nya jadi ayah yang turun tangan. Lagian ayah sudah merindukan princess ayah." Jawabnya sambil masuk ke dalam lift bersamaan dengan Wira dan Rini, karena dia sudah tidak sanggup menggunakan tangga.

"Situasi nya sekarang berbeda yah, Satria kembali. Ayah tau sendiri sifat Satria itu gimana." Ucap Wira berlalu keluar lift lebih dulu saat sudah sampai tepat didepan pintu kamar Rumi, mereka berhenti sejenak karena Opa ingin bicara dulu sebelum bertemu Rumi.

"Iya, seperti kamu dia kan. Wong kamu ayahnya. Lagian kamu tidak tau siapa ayah? Satria pasti tidak bisa menolak ku." Ucap sang Opa percaya diri, saat ingin masuk ke kamar cucu cantiknya dia mendengar cucunya begitu menangis pilu, berbeda dengan biasanya, seperti tangisan sakit yang luar biasa, dia paham dan dia bisa merasakan nya. Karena dia sangat menyayangi cucu manis nya itu.

"Kenapa berhenti? Ayah berubah fikiran kan ketika mendengar nya menangis seperti itu, itu yang kami rasakan selama ini." Ucap Wira lalu membuka pintu kamar Rumi perlahan, dan terlihat Satria yang sedang menenangkan Rumi mengalihkan padangan nya melihat kedatangan orang tuanya dan ada opa nya.

"Mau apa opa kesini? Mau bawa Ar pergi? Gak ada yang boleh bawa Ar pergi." Tekan Satria dengan menarik Rumi membawa nya bersembunyi dibalik badan nya, Rumi hanya bisa menangis saat ini, dia sudah lelah berargumen dengan orang-orang yang ada dihadapan nya sekarang, Semua akan percuma, batinnya.

"Galak sekali kamu, seperti ayah mu. Lagian opa kesini mau melihat cucu cantik opa. Awas kamu, menghalangi saja." Ucap opa nya berusaha menyingkirkan Satria yang terus menyembunyikan Rumi di balik badan nya.

"Tidak, opa pergi sana. Ar tidak mau bertemu dengan opa." Bukan Rumi yang menjawab, melainkan Satria, dia kesal dengan opanya. Masih saja suka bercanda disaat seperti ini.

"Cucu opa yang cantik, kamu tidak rindu dengan opa? Gak mau peluk opa?" Ucap opa sedikit lirih, lebih tepatnya berakting supaya Arumi luluh dan memeluknya, dia tau kelemahan cucunya ini. Alhasil, Rumi menampakkan dirinya dia memeluk opanya, berusaha menahan air matanya dan berusaha tersenyum didepan opanya. Sedangkan sang opa melirik Satria memberikan senyuman ejekan pada cucu galak nya ini.

"Opa tidak akan membawa mu, jangan khawatir. Lagian opa malas berdebat dengan Abang mu ini, nanti opa kelihatan semakin tua jika berdebat dengan nya." Lanjut opa membawa Arumi duduk di sofa kamarnya dan mencium sayang kening cucunya. Satria terdiam mematung mendengar perkataan opa nya, benarkah opanya tidak akan membawa adiknya pergi? Atau ini hanya akalan opanya saja, opanya ini pandai sekali berakting.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang