DA - 6

46 3 1
                                    

F
O
R
Y
O
U
❤️

06.30 WIB, Mansion Lazuardi

Pagi ini berbeda dari pagi biasanya, kalian tau kenapa? Ya, di mansion Lazuardi yang biasanya sudah terdengar suara dari gadis manis itu, kini tidak ada suaranya, Rumi dia masih setia memejamkan matanya. Wira, sudah terbangun lebih dulu padahal baru beberapa jam dia tertidur itu karena dia gelisah memikirkan putri kesayangannya.

"Princess ayah, bangun dong. Lihat Abang sama bunda mu nungguin kamu bangun, kamu gak mau sekolah? Padahal baru sehari kamu sekolah" lirih Wira pada putrinya sambil mengelus lembut rambut Rumi. Saat ingin mencium kening nya, Rumi membuka matanya dan tersenyum hangat ke ayah nya.

"Ar udah bangun dari sejak dokter keluar, hehehe" bisik Rumi pada ayahnya supaya tidak terdengar oleh bunda dan abangnya, bisa-bisa dia diomeli karena jahil.

"Kamu ini, bikin khawatir saja" ucap Wira mencubit gemas hidung putrinya.

"Maaf yah. Ar boleh sekolah kan yah? Kan Ar sudah sehat" ujarnya berharap ayahnya mengizinkan nya untuk sekolah, masa baru sehari sekolah sudah libur saja walaupun itu sekolah milik opanya, lagipula mereka tidak tau Rumi itu siapa.

"Tidak" bukan Wira yang menjawab melainkan Satria dan bundanya yang baru saja terbangun, dan mendengar perkataan Rumi tadi.

"Yaaahh masa Ar baru sehari sekolah sudah libur sihh Bun" ucapnya memanyunkan sedikit bibirnya supaya Abang dan bundanya luluh dan mengizinkan nya pergi ke sekolah.

"Tidak mempan Ar, kamu tetap istirahat sampai benar-benar sehat" ujar Satria tak terbantahkan lalu pergi keluar dari kamar Rumi menuju kamar nya untuk melakukan ritual mandinya, karena hari ini dia harus pergi ke sekolah. Jika saja tidak berjanji pada opanya itu, dia pasti akan bolos dan lebih memilih menjaga adiknya.

Rumi melihat kepergian Abang nya langsung mengerucutkan bibirnya, membuat bunda dan ayahnya terkekeh melihat nya.

"Sudah turuti saja Abang dan bunda mu, ayah juga tidak akan mengizinkan mu ke sekolah. Lagipula kamu mau dibawa opa ke Korea jika tidak menurut?" Ujar Wira sedikit menakuti Rumi.

"Kan main ancam bawa-bawa opa deh sekarang" kesal Rumi kembali membaringkan tubuhnya. Jujur saja sebenernya dia juga masih merasa lemas dan pusing yang tidak hilang dari kemarin.

"Sudah istirahat, bunda akan bawakan sarapan mu ke kamar nanti. Kamu jangan bergerak atau turun dari kasur" ujar Rini bersiap untuk keluar kamar Rumi, sedangkan Wira sudah lebih dulu keluar kamar Rumi setelah aksi ancam nya tadi.

"Okeeyy nanti Ar bakal pipis disini" celetuk nya asal membuat Rini langsung mencubit pipinya gemas. Putrinya ini walau sakit tapi masih bisa bercanda.

Setelah kepergian bundanya, Rumi benar-benar bosan dikamar. Biasanya saat bosan melanda dia akan beranjak keluar menuju balkon, tempat favorit nya. Namun, jika keadaannya seperti ini dia ke balkon bisa bahaya. Apalagi abangnya, bisa-bisa dia diomeli seharian penuh karena tidak menurut.

Rumi lebih memilih memainkan ponselnya, padahal ponselnya sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, seperti dirinya. Suara ketukan pintu membuat Rumi menghentikan aksinya di ponsel, lalu mempersilahkan seseorang diluar yang mengetuk tadi masuk.

"Loh kakak kok ada disini?" Ujarnya terkejut melihat seseorang masuk yang ternyata orang itu adalah Ray.

"Dari lo pingsan gue udah disini, nginap" ntah lah Ray tidak tau mengapa dia harus repot-repot menjelaskan pada Rumi kenapa dia bisa ada disini, apalagi berbicara panjang tidak seperti biasanya.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang