DA - 1

103 5 0
                                    

V
O
T
E

Jangan lupa juga ajak teman kalian buat baca cerita aku ya ❣️

Ini cerita terbaru aku, cerita aku yg lama aku unpublish 🙏

Semoga kalian suka ceritanya


❤️Happy Reading ...

"Teruslah bersinar, walau kegelapan selalu mengelilingi mu."

  Arumi Aurin Lazuardi

🌹🌹🌹

Malam ini, mungkin indah bagi mereka yang hidup diluar sana dengan kebahagiaan yang beragam. Mereka yang bisa tertawa lepas karena candaan satu sama lain, mereka yang bisa menikmati malam, pagi, siang dan sore yang indah dan mereka yang bisa pergi kemana pun yang mereka inginkan. Tapi, tidak dengan seorang gadis manis yang masih setia menatap langit malam dengan bintang yang bersinar indah di balkon kamarnya. Bagi nya menatap langit malam dengan banyak bintang adalah hal yang tak bisa dia lewatkan, karena hanya ini yang bisa membuatnya merasa bahwa dia masih berada di dunia.

Senyuman kecil terukir di wajahnya ketika melihat salah satu bintang yang bersinar terang, seakan bintang tau isi hati nya. Banyak yang telah dia lewatkan selama dia berada di sini sejak kejadian yang seharusnya tidak akan terjadi, namun ini adalah takdirnya. Dia hanya tau bahwa takdir nya akan selalu seperti ini, tidak tau apakah dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan atau akan tetap seperti ini selamanya.

"Bintang, kamu tau hal yang ingin sekali aku rasakan saat ini? Aku tidak tau apakah masih ada kesempatan untuk aku merasakan nya? Kamu bersinar, itu artinya aku ada kesempatan ya. Baiklah terimakasih jawaban mu. Teruslah bersinar walau kegelapan selalu mengelilingi mu, karena sinar mu lah aku tersenyum walau di kegelapan sekalipun." Ucapnya lirih tak lupa dengan senyuman indah diwajahnya, senyuman yang hanya dia saja yang tau artinya.

Di keheningan ini lah, gadis ini selalu merasa nyaman. Dia tidak suka keramaian, dia suka kesunyian. Karena sunyi yang selalu menemani nya. Dia tidak tau sampai kapan dia akan seperti ini, sesak rasanya ketika dia mengingat semuanya. Harusnya dia tidak mengingat nya, namun sulit baginya untuk melupakan sesuatu yang begitu membekas di dalam hatinya.

"Lo kuat Rum, harus kuat. It's okay, ini adalah takdir yang harus lo jalanin. Besok, pasti lo bahagia." Batin nya selalu berusaha menguatkan dirinya, nyatanya batin dan fisik nya sudah tidak tahan.

Ya, gadis itu. Arumi Aurin Lazuardi, seorang gadis manis dengan tubuh mungil nya, mata yang indah dan teduh, siapa pun yang melihat matanya akan merasakan keteduhan, senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya saat melihat bintang dan hujan, rambut panjang sebahu membuatnya semakin terlihat cantik dan manis.

Tokk... Tokk... Tokk...

"Ar, sayang kamu didalam?" Suara ketukan pintu itu membuyarkan segala lamunan nya. Seorang wanita paruh baya itu mencoba mengetuk pintu kamarnya dan terus memanggil nya, terlihat khawatir ketika tidak ada sahutan dan pintu kamar terkunci.

Rumi segera mungkin menghapus air matanya dan berlalu menuju pintu kamar nya, dia tau pasti siapa yang memanggilnya, dia tidak akan pernah membiarkan seorang pun melihat air mata nya.

"Iya Ar di balkon tadi, kenapa?" Ucap nya sambil membuka pintu kamarnya dan tersenyum kearah wanita paruh baya yang berdiri di depan nya.

"Bunda fikir kamu kenapa-napa sayang." Ucapnya sambil mengelus lembut kepala sang putri kesayangannya sambil mengecup singkat kening sang putri. Dia, Bunda Arumi. Arini Lazuardi. Orang sering memanggil nya dengan sebutan Bunda Rini. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung mengenali nya, istri dari seorang pengusaha terkenal dan lagi Bunda Rini seorang desaigner terkenal bahkan namanya sudah sampai luar negeri.

"Ada apa Bun?" Tanya Rumi sambil membawa bundanya masuk kedalam kamar nya dan duduk di sofa kamar Rumi. Ya, kamar Rumi luas bahkan bundanya juga membuatkan ruangan khusus untuk menonton film di kamar Rumi. Katanya, supaya saat Rumi tertidur dan sahabatnya ingin menonton film, tidur Rumi tidak terganggu.

"Tidak ada sayang, bunda hanya ingin mengobrol sama kamu. Emmm, bunda mau tanya sesuatu boleh?" Ucap bunda tersenyum sambil memegang lembut tangan Rumi, dan Rumi paham bunda nya pasti ingin membicarakan hal serius.

"Boleh, kayaknya serius ya Bun." Balas Rumi terkekeh melihat wajah serius bundanya yang terlihat lucu dimatanya.

"Kamu ini ya" ucapnya sambil mencubit pelan hidung Rumi. Lalu setelah itu, bunda nya sedikit menghela nafas dan melanjutkan pembicaraan nya.

"Kamu tau kan, Bunda dan Ayah sangat menyayangi mu, apapun yang berhubungan dengan mu mau itu baik atau buruk kami selalu memprioritaskan nya. Selama kami melakukan ini, kamu merasa sedih atau kamu bahagia sayang?" Lirih sang bunda diakhir katanya, seperti ada rasa sakit dihatinya saat dia menanyakan yang seharusnya dan pastinya dia sudah tau sendiri jawaban nya.

"Kenapa bunda tanya gitu? Bun, Ar bahagia kok kalau kalian bahagia, walau sebenarnya Ar gak tau alasan kalian sampai seperti ini sama Ar itu kenapa. Apapun itu, kalau Bunda dan Ayah bahagia pasti Ar juga bahagia. Mungkin ini yang terbaik buat Ar." Ucap Rumi tersenyum hangat supaya bunda nya percaya bahwa dia bahagia. Aku bahagia dengan caraku, meski aku tau sebenarnya itu bukan bahagia. Lanjut batin Rumi.

"Ar, kalau kamu gak bahagia bilang ya sama Bunda atau Ayah. Umur kamu bentar lagi 17 tahun, rasanya Bunda seperti membuat kesalahan selama 10 tahun ini ke kamu, ketika melihat kamu yang semakin lama beranjak dewasa." Ucap bunda sambil memeluk Rumi berharap bahwa putrinya mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Dia tau, putrinya tidak bahagia namun dia tidak berdaya. Tidak berdaya karena ini juga soal Rumi.

"Udah lupain Bun, lebih baik Ayah sama Bunda mikirin konsep acara ultah aku nanti gimana? Kan beberapa minggu lagi aku ultah. Oiya, harus dirumah ya Bun jangan di hotel aku gak suka." Semangat Rumi sambil menghapus air mata bundanya dan berdiri menggiring bundanya untuk keluar, karena dia sudah tidak tahan untuk menahan air matanya untuk tidak jatuh, segera mungkin dia membuat bundanya pergi keluar kamarnya.

"Kamu ini, tenang aja kalau sama Bunda mah beres semuanya. Yaudah kamu istirahat besok kan kamu ada jadwal homeschooling." Ucap bunda tersenyum lalu memeluk putrinya dan dibalas senyuman oleh Rumi.

"Homeschooling ya." Ucapnya lirih terduduk lemas dibawah kasur nya dan menangis dalam diam, tidak bersuara dan tidak ingin bersuara.



Hayyyu guyssss ...
Sorry kalau seandainya cerita aku jelek ...
Tapi, please jangan lupa vote, komen dan kalau bisa share cerita aku ya ...

Love you readers ❤️

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang