DA - 5

42 5 10
                                    

V C
O O
T M
E M
N

Happy
Reading ❤️

20.00 WIB, Mansion Lazuardi

"Bang, Ar gimana disekolah?" Tanya bunda Rini saat Satria baru tiba duduk disebelah nya bersamaan dengan Wira yang baru pulang dari kantornya.

"Aman Bun, cuman Satria gak setuju kalau Ar harus nutupin identitas nya siapa" ucapnya sambil sedikit melirik ayahnya, dan Wira menyadari putra sulung nya itu meliriknya meminta penjelasan.

"Kenapa kamu lirik ayah begitu? Tanyakan sana sama opa mu. Ayah tidak tau apa-apa" ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Satria dan Rini berdua di ruang tamu.

"Bunda dan Ayah tidak bisa membantah keputusan opa mu, dan kamu tau itu bang. Opa juga tidak bisa mengabaikan permintaan adik mu itu, dari dulu dia tidak suka dunia luar.." saat ingin melanjutkan perkataan nya Satria lebih dulu memotong nya membuat Rini terdiam merasa bersalah karena ucapan Satria.

"Bukan dia tidak suka, kalian yang membuat nya tidak suka, jika dulu kalian tidak mengekang nya maka dia tidak akan meminta hal konyol ini" ucap Satria tegas lalu pergi keluar mansion, dia butuh ketenangan sekarang. Jika pembahasan soal adiknya pasti dia sulit mengatur emosinya.

Rini masih diam melihat kepergian putra sulung nya, dia tau ini salah mereka yang sudah mengekang putrinya, namun juga dia tidak berdaya secara bersamaan karena ini juga menyangkut putrinya. Semuanya mereka lakukan demi kebaikan Rumi.

"Bun, Abang kemana?" Ucap Rumi tiba-tiba mengejutkan Rini yang tadi sempat melamun, dia segera mungkin menghapus air matanya supaya tidak terlihat oleh Rumi. Dari atas, Wira melihat segalanya mulai saat Satria mengatakan hal kepada Rini, dia mendengar nya. Wira hanya bisa menghela nafas kasar lalu kembali masuk kedalam kamar nya.

"Kamu ngagetin bunda aja Ar. Abang mu katanya mau ngumpul sama teman nya" mungkin, lanjut batin Rini. Dia pun sebenarnya tidak tau kemana Satria pergi setelah mengatakan hal itu padanya.

"Yaahh padahal Ar pengen jalan sama Abang." Lirih Rumi menundukkan kepalanya menyusul Rini yang duduk di sofa ruang tamu.

"Besok kan bisa sayang, mungkin Abang ada hal penting jadi pergi tiba-tiba" ucap Rini mencoba memberi pengertian pada Rumi, dan Rumi hanya mengangguk kan kepalanya lesu.

00.00 WIB, Cafe Sunset

"Lusuh amat wajah lo Sat, ada masalah apa lagi?" Tanya Ken saat melihat Satria yang sedari tadi diam tak bersuara, padahal sudah 2 jam mereka disini tapi Satria tidak berkata apapun.

"Apalagi kalau bukan keluarga nya, lo tau lah Ken" ceplos Andre dan membuat Ray memandang heran ke arah mereka, apa dia selama itu pergi sampai tidak tau masalah apa yang Satria hadapi?

"Biasa aja tuh muka Ray, makanya lo lama amat sihh di London jadi ketinggalan berita kan Lo" lanjut Andre saat memerhatikan raut wajah Ray yang bingung, Ray yang dipandang hanya mengerutkan keningnya saja membuat Andre mendengus. Selalu saja seperti ini, percuma saja dia bicara pada Ray.

Drrrrrtt... Drrrttt...

Baru saja Satria ingin mengangkat bicara, telfon nya berdering, sahabat nya juga ikut mengalihkan perhatian mereka pada Satria yang mengerutkan kening nya. Tertera nama Bunda nya disana, tumben sekali bundanya menelfon nya. Biasanya bundanya hanya membiarkan nya saat emosi, bundanya tau dia butuh ketenangan sendiri. Karena penasaran, Satria mengangkat telfon nya.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang