DA - 8

26 3 0
                                    

H
A
P
P
Y
?

SMA LAZUAR

Rumi sudah tiba disekolah bersama dengan Satria, setelah sesi memelas nya tadi akhirnya dia diizinkan untuk sekolah walau ayahnya memberikan syarat yang harus terus disamping Satria, eittsss kecuali kelas dan toilet yaa...

"Abang ke kelas aja, Ar mau masuk kelas" ujar Rumi saat tiba didepan kelasnya.

"Yaudah, ingat hubungi Abang kalau kamu ngerasa sakit" peringatnya pada Rumi dan dibalas acungan jempol oleh Rumi lalu masuk ke kelas dan Satria berlalu menuju kelasnya. Oiya, saat ini Rumi sudah kelas XI dan Satria kelas XII. Rumi homeschooling sampai kelas X lalu melanjutkan sekolah umum saat kenaikan kelas.

Rumi sudah duduk di bangku nya, dia hanya sedikit menyunggingkan senyum nya pada Tasya yang menatap nya horor, tak masalah bagi Rumi. Tapi, anehnya tatapan Rere dan Rara membuatnya takut, seperti tidak suka. Tasya yang menyadari ketakutan Rumi langsung berdehem dan melotot kan matanya pada Rere dan Rara membuat mereka mendengus kesal.

"Darimana aja? Baru masuk udah libur" ujar Tasya padanya sambil bermain ponsel, gurunya belum juga masuk padahal sudah tiba pelajaran dimulai.

"Dirumah" hanya itu jawaban yang bisa Rumi berikan, emangnya jawaban apalagi yang harus diberikan nya? Itu sudah cukup menjawab bukan?

"Maksud gue itu kenapa gak masuk sekolah, kan gak mungkin Lo dirumah doang kalau gak ada sesuatu" ucap Tasya kesal mendapat jawaban Rumi yang singkat dan tidak menjawab rasa penasaran nya.

"Kepo ihh Asya" kekeh Rumi lalu menghadap kedepan saat melihat gurunya sudah masuk dan menginstruksi untuk diam dan memulai pelajaran.

Tasya mendengus mendengar jawaban Rumi, dia curiga pada Rumi, apa yang Rumi sembunyikan darinya? Tapi, bentar kenapa Rumi pucat? Apa dia libur karena sakit? Kalau sakit pasti ada surat izin kan? Lalu, kenapa Rumi tidak memberikan surat izin? Ahh sudahlah, dia pusing sendiri memikirkan nya.

"Tasya, apa yang kamu lihat? Emang Arumi gurumu?" Ujar guru nya saat melihat Tasya yang serius menatap wajah Rumi dari samping.

"Ehh itu Bu emm anu" ujarnya gelagapan, Rumi yang disebelah nya terkekeh lucu melihat wajah Tasya.

"Perhatikan kedepan, kalau tidak kamu saya hukum mau?" Ancam gurunya membuat Tasya menggeleng keras dan fokus kembali kedepan. Selamat, batinnya.

"Baiklah, sampai sini dulu pelajaran hari ini. Silahkan kalian istirahat, selamat siang sampai jumpa besok" ucap gurunya lalu pergi keluar kelas.

"Ar, gue mau ngomong penting sama lo. Gimana kalau ketaman belakang?" Ujar Tasya pada Rumi yang sudah bersiap keluar kelas, pasti Abang nya sebentar lagi akan tiba di kelasnya untuk pergi ke kantin.

"Emm gimana ya" ujar Rumi sedikit berfikir, jika dia pergi bersama Tasya pasti nanti Abang nya mencarinya, jika tidak pergi Rumi tak tega melihat Tasya.

"Sombong amat sih lo, tinggal bilang ayok aja susah amat, katanya sahabat kecil" celetuk Rara menyindir Rumi dengan tatapan sinis nya, membuat Rere mencubitnya pelan, Rara ini kalau bicara tidak bisa dijaga. Tasya pun menatap nya horor, Rara menghancurkan kesempatan nya.

Rumi yang mendengar ucapan Rara tadi sedikit sakit hati, dia masih mencoba berfikir. Rumi melirik jam tangan nya, mungkin sebentar saja tak masalah setelah Tasya selesai mengobrol dengan nya dia akan segera menghampiri Abang nya.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang