DA - 11

27 3 3
                                    

DA – 11


“Kadang hanya senyum yang mampu membantu mu untuk menutupi luka”

Arumi Aurin Lazuardi

♥♥♥

Sepanjang perjalanan menuju sekolah Rumi hanya diam sambil menatap jalan raya, dan itu membuat Satria benar-benar merasa bersalah, dia tau adiknya sedih karena harus kembali diam dirumah padahal dia baru merasakan bagaimana sekolah yang sesungguhnya.

“Ar, you okay?” ucapnya membuat Rumi menoleh dan tersenyum mengangguk kearahnya.

“Kalau kamu gini, abang jadi ngerasa bersalah dek.” Lirihnya dengan mata fokus kedepan mengemudi mobil dengan perlahan.

“Ar okay abang, jangan ngerasa bersalah gitu dong nanti Ar sedih nih.” Ucapnya sambil mengelus lembut tangan abangnya.

“Kalau kamu ngerasa berat sama keputusan kami, bilang ke abang ya.” Ujarnya dibalas anggukan oleh Rumi.
Mobil sport itu memasuki wilayah SMA Lazuar, dan mereka tau siapa pemiliknya. Satria, memakirkan mobilnya terlebih dahulu lalu keluar membuka kan pintu untuk Arumi, mereka berjalan beriringan dan seperti biasa teriakan demi teriakan selalu mereka dengar, mulai dari pujian bahkan nyinyiran tentunya untuk Arumi yang notaben nya murid baru sudah dekat dengan Satria, padahal Satria termasuk pria yang cuek di SMA Lazuar setelah Ray.

“Masuk sana, belajar yang pintar okey?” ujarnya menepuk pelan kepala adiknya.

“Abang tuh yang harus rajin, kan ntar lagi ujian.” Ledeknya menjulurkan lidah nya membuat Satria mencubit pelan hidung nya.

“Iyaiya deh, yaudah abang ke kelas dulu ya. Jangan lupa kabarin abang kalau mau kemana-mana." Ujarnya lalu mengecup singkat kening adiknya dan pergi setelah Arumi memberikan senyuman manisnya.

Didalam kelas, baru Arumi dan dua orang teman kelasnya. Saat ingin duduk Arumi merasakan kepala nya sangat pusing dan kakinya lemas, seingatnya dia baik-baik saja tapi mengapa tiba-tiba dia jadi sakit seperti ini.

“Kambuh nih pasti, jangan mimisan please.” Batinnya memohon sambil menelungkupkan kepalanya. Baru dia ingin memejamkan matanya, namun suara seseorang membuatnya mengangkat kepalanya malas.

“Ar, lo sakit?”

“Eh Asya, gak kok. Kepala aku cuman pusing sikit aja, ntar lagi juga ilang.” Ucapnya melihat Tasya yang sudah duduk disebelahnya menatap nya khawatir. Jangan tanya Rere dan Rara kemana, pasti ya terlambat.

“Gue panggil Abang lo deh ya, atau ke UKS?” tawarnya khawatir melihat Arumi sudah sangat pucat.

“Gak usah Sya, bentar lagi bel kok. Lagian, kalau aku ke UKS nanti bakal ketinggalan pelajaran.” Tolaknya berusaha menahan sakit yang luar biasa di kepalanya.

“Yaudah kalau ntar lo gak sanggup lagi bilang ya sama gue.” Ucapnya dan dibalas anggukan oleh Arumi.

Kriiinggg ... kriiinggg ... kriiinggg ...

Bel sudah berbunyi, semua murid sudah masuk kedalam kelas masing-masing dan para guru sudah memasuki dan memulai pelajaran, lain hal nya dikelas yang super bikin guru istighfar setiap saat, kelas siapa lagi kalau bukan kelasnya para most wanted.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang