DA - 10

29 3 2
                                    

🌹🌹🌹

Malam ini, Arumi akan berbicara kembali pada bintang nya. Lelah rasanya menyembunyikan segala hal yang menyakitkan, tapi dia bisa apa? Kebahagiaan nya berbeda, tapi dia ingin melihat orang yang dia sayang bahagia dengan caranya, meskipun mereka tidak tau bagaimana cara bahagianya seorang Arumi.

"Bintang, kali ini aku kembali sakit. Sakit fisik dan batin. Bintang, katakan padaku bagaimana caranya agar aku bisa seperti mu, tidak pernah lelah untuk selalu bersinar dalam kegelapan? Aku hanya manusia biasa, kapan pun akan merasa lelah. Bintang, apa aku emang ditakdirkan tidak bisa bahagia? Jika ini adalah bahagia nya mereka, aku akan turuti segalanya, tidak masalah jika aku seperti ini. Keputusan ku benar kan bintang? Kamu bersinar itu artinya keputusan ku benar. Baiklah aku akan turuti apapun yang mereka inginkan, kebahagiaan mereka lebih penting. Terimakasih bintang, selamat malam. Sampai jumpa besok." Ucapnya menatap bintang yang paling bersinar di langit, lalu tersenyum dan beranjak masuk kedalam, namun saat ingin ke kasur pintu kamar nya terbuka, memperlihatkan Abang nya yang tersenyum manis padanya.

"Abang? Kok kesini?" Ucapnya lalu ikut duduk di sofa

"Emang gak boleh Abang ke kamar adik Abang?"

"Bukan gitu, Ar fikir Abang udah tidur tadi" ucapnya sambil memainkan ujung bajunya, lagi-lagi dia ingin menangis.

"Belum, tadinya mau tidur terus Abang teringat kamu jadi kesini deh. Kamu kok belum tidur, kenapa?" Ucap Satria mengelus lembut rambut adiknya.

"Tadi Ar habis dari balkon hirup udara segar" ucapnya tersenyum melihat Satria, dan senyum itu membuat hati Satria berdenyut, dia tau itu senyum palsu seorang Arumi.
"Eemm bang, tadi Ar kelewatan ya udah teriak di depan ayah dan bunda?" Lanjut nya lirih menundukkan kepalanya dalam.

Satria tersenyum mendengar ucapan adiknya, dia tau Arumi memiliki hari yang lembut, dia tidak mungkin tega berkata kasar bahkan berteriak didepan orang yang dia sayang kecuali saat dia benar-benar merasa tersakiti.

"Abang gak membenarkan hal itu dan juga gak menyalahkan hal itu, tapi sebisa mungkin adik Abang gak boleh teriak didepan orang tua ya?" Ucapnya lembut agar Arumi tidak salah paham dengan perkataan nya.

"Ar janji gak akan ulangi lagi bang" ucapnya menatap mata Abang nya.

"Bagus, itu baru adik Abang" ucap Satria sambil mencubit gemas hidung Arumi membuat Arumi terkekeh.

"Ar, kalau Abang minta kamu nurut untuk dirumah beberapa hari kedepan seperti kata ayah, kamu mau?" Ucapnya sedikit hati-hati takut Arumi akan marah lagi seperti tadi. Namun, perkiraan nya salah Arumi malah menganggukkan kepalanya semangat dan tersenyum. Lagi, itu membuat hati Satria terluka.

"Ar emang udah mau setujui itu kok bang, mungkin emang untuk kebaikan Ar, gak masalah asal ayah, bunda dan abang bahagia." Ucapannya menganggukkan kepalanya mantap.

"Tapi kamuu.."

"Ar bahagia kalau kalian semua bahagia dengan Ar yang nurut" ucapnya sebelum Abang nya melanjutkan perkataan nya.
"Ar ngantuk deh, Abang mau tidur disini sama Ar?" Lanjutnya mengalihkan pembicaraan, takut dia tidak bisa menahan tangisnya jika dilanjutkan, dalam hati dia berdoa semoga Abang nya tidak mau tidur sini.

"Lain kali aja Abang tidur sini ya, Abang ada urusan sedikit. Tidur yang nyenyak adik Abang, good night." Ucapnya lalu mengecup singkat kening adiknya dan berlalu keluar kamar.

Dia, ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang