5

90 63 13
                                    

"Shev, aku kekantor duluan yah. Dadah." Pamit Vita, sebelum benar benar meninggalkan ruangan Sheva.

Deg.

Jantung Sheva berdetak, sebenarnya ada apa dengan Vita?.

Drrttt...Drrttt....Drrttt....

Ponsel Sheva bergetar, ada notifikasi pesan masuk pada ponselnya. Ia pun langsung merogoh saku celananya.
Matanya malas saat melihat isi pesan itu.

Papah-_-
Nak, nanti siang kerumah yaa. Papa mau bicara.

Sheva
Iya.

Sheva menghela nafasnya.

Sheva's pov
Papa mau apa lagi sih? Arggghhh, belum puas melihat anaknya sendirian dipondok? Dijenguk sebulan sekali, kalau sakit gak ada yang ngurusin. Arrgghh, kesal kalau ingat masa masa itu. Lupain Shev, tenang. Dia itu Papa lo, walaupun dia salah di mata lo, tapi tetap aja. Dia itu Bokap lo, Papa lo. Mending lo lanjutin makan aja. Pikirku.

Namaku, Sheva Liiu Pratama. Anak tunggal dari pasangan Liiu dan Aurel yah, Papa dan Mamahku dari negara yang berbeda Cina-Indo. Jadi, bisa dibilang aku ini blasteran. Karena didalam diriku mengalir darah Cina dari Papa. Oke, aku gak bangga dengan identitasku yang blasteran itu. Tetap saja, aku ini manusia sama seperti kalian. Masa laluku sungguh pedih, aku memang anak yang beruntung. Apa saja yang aku mau dengan mudahnya aku dapatkan, belum lagi dengan harta kedua orang tuaku yang begelimang. Dan dengan mudahnya aku untuk menikmati harta itu, well, aku gak butuh itu semua. Aku hanya butuh kasih sayang bisa diingat, kasih sayang.

Dulu semasa SD, setiap pengambilan rapor. Pasti yang akan mengambil raporku itu Bibi, kenapa gak Mamah? Aku juga gak tahu. Aku sempat menanyakan perihal ini ke Mamah,tapi Mamah malah menjawab 'Mamah, sibuk Nak.' Ah, basi. Kataku dalam hati. Alasan Mamah yang seperti itu sudah sering aku dengar, memangnya sesibuk apa sih? Aku sempat iri melihat teman temanku, pasti. Setiap pengambilan rapor orang tua mereka akan hadir. Aku punya teman bernama Raffi, lengkapnya. Muhammad Raffi Firmansyah, Alhamdulillah. Persahabatanku dan dia masih berlanjut hingga sekarang, dia salah satu teman SD ku dahulu. Yah, setiap pengambilan rapor dia pasti akan dicium oleh Mamahnya, tak jarang aku melihat Mamahnya mencium pipinya dengan penuh kasih sayang. Aku iri, aku juga mau dicium dengan kasih sayang seperti itu.

Padahal, setahuku Raffi bukanlah juara kelas. Lalu kenapa Mamahnya menciumnya? Huh, aku rasa Mamahnya benar benar sayang terhadapnya. Selama ini, sahabat dari kecil yang masih setia hanya Vita dan Raffi. Vita dan Raffi, selalu support aku dalam hal belajar atau ketika aku akan mengikuti lomba dan segalanya lah, hanya mereka yang masih support aku dan juga Bi Ina, salah satu Bibi yang berkeja dirumahku.

Semasa SMP dan SMA, aku tidak bebas seperti kalian. Aku sekolah dipondok. Sekali lagi, aku sekolah dipondok. Sekolah yang ku anggap seperti penjara itu, kata lebih tepatnya seperti itu. Karena untuk keluar pun aku tidak boleh sembarangan. Disana sangat disiplin dengan peraturan, waktu itu aku cukup bertengkar hebat dengan Papa. Pikirku, Papa dan Mamah sudah tidak memperhatikanku dirumah dan lagi mereka akan membuangku ke pondok. Sungguh, orang tua yang kejam. Rasanya hatiku nyeri kalau mengingat kenangan menyedihkan itu, tapi selalu saja Vita dan Raffi menyemangatiku, kalau aku dipondok. Nanti, aku akan menjadi ustad ustad yang bisa ceramah seperti ditelevisi, kata Vita. Raffi pun juga berkata. Nanti, jika aku sudah pintar agama, Raffi juga ingin belajar tentang agama bersamaku.

Aku tersenyum ketika disemangati dua sahabatku ini, aku pun menuruti perintah Papa dengan berat hati. Selama enam tahun dipondok, aku belajar banyak tentang hidup. Ada salah satu ustad favoritku, dan bisa dibilang beliau lah yang bisa meluruskan semua keraguanku ini dan kesalahpahaman terhadap orang tuaku. Tapi, tetap saja. Aku yah, aku. Masih sama dengan rasa egoisku, dan masih tetap saja ada rasa kesal terhadap kedua orang tuaku. Walaupun tidak sebesar dahulu. Aku belum tahu, sebenarnya apa sih tujuan mereka?.

Secret Of Heart (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang