Kamu, iya kamu
Makasih karena membuat
Hati ini bergetar.20.10 wib
Sheva's pov
Huh, lelah sekali hari ini. Malam ini, aku sedang mengendarai mobil untuk ke cafe bertemu dengan Vita. Entah, apa yang dia akan bicarakan nanti.Vana, gadis itu bisa dibilang cantik. Tapi tetap saja, aku masih mencintai Vita. Aku bingung sedari tadi, apakah aku salah memanggilnya dengan sebutan 'beb'. Secara, panggilan itu hanya palsu. Yah, aku berpura pura dihadapan Mamah dan Bunda. Berpura pura bersikap manis untuk gadis itu, mungkin dia belum tahu akan kepura puraan aku ini. Nanti setelah menikah, aku akan memberi tahu dia yang sebenarnya. Bukan apa apa, aku rasa. Pernikahan tanpa cinta, sama saja dengan makanan yang tak berasa. Hambar.
Aku pun sampai dicafe, kuparkirkan
mobil lalu segera bergegas masuk kedalam cafe. Ku sapu pandangan bermaksud mencari Vita, ketemu. Vita duduk dimeja nomor enam tapi, ada yang ganjal. Siapa laki laki disamping Vita? Aneh, aku belum pernah melihatnya. Tanpa kupedulikan aku pun berjalan menuju tempat Vita berada."Hei," sapanya saat aku akan duduk.
"Hai." Balasku.
"Ini siapa?" tanyaku ke Vita tentang seorang laki-laki yang duduk disamping nya.
"Oh, ini. Asisten gue. Jay, yang gue ceritain ke lo." Jawab Vita.
Jay? Asisten Vita? Berarti, laki laki ini adalah laki laki yang sedang Vita sukai.
"Saya Jay," dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
"Sheva." Kujabat tangannya singkat.
Dia tersenyum kepadaku namun hanya kubalas dengan tatapan dingin.
"Shev, besok. Gue mau berangkat ke Paris." Kata Vita antusias.
"Besok?" tanyaku membulatkan mata.
"Iya, besok. Gue berangkat sama Jay." Vita melirik Jay sambil tersenyum.
Aku panas melihat pemandangan ini, tapi. Tunggu, kenapa laki laki ini hanya menundukkan wajahnya saja? Apa dia sakit?, sedari tadi. Aku tidak melihat ada kemesraan diantara keduanya. Apa Vita hanya memendam perasaannya?. Ah, bingung aku.
"Berapa hari lo disana?"
"Belum tahu Shev, paling tiga minggu atau sebulan."
"Oh."
The fuk. Tiga minggu? Sebulan? Lalu bagaimana dengan pernikahanku, apa Vita tidak akan hadir? Aku tidak tahu, dengan berat hati. Malam ini pun aku tidak bisa memberi tahunya, hatiku sudah sakit melihat Vita duduk dengan laki laki lain. Aku kira, dia akan datang sendiri. Dan hanya kami berdua yang akan mengobrol hingga larut malam, tapi nyatanya tidak. Ada makhluk pengganggu disini. Mengobrol sampai larut pun tidak akan menyenangkan jika ada orang ketiga. Iya gak?.
Kami tidak mengobrol banyak, Vita hanya memberi tahu bahwa besok dia akan berangkat pukul 01.30 am dini hari.
💖
Vana yang berada diruang makan saat ini. Yah, keluarga Sukarna itu sedang menikmati sarapan pagi mereka.
"Na, telurnya dimakan dong." Protes Tia karena anaknya hanya memakan nasi dan tempe saja.
"Kenyang Bun," Tolak Vana dengan raut muka seperti anak kecil yang tidak ingin makan.
"Enggak, enggak. Pokokmya, kamu harus makan." Kekeh Tia, ia pun langsung menaruh telur dadar itu diatas piring Vana.
"Bunda!, Aku kenyang. " Keluh Vana.
"Vana, makan aja. Masakan Bundamu ini enak kok." Timpal Sukarna.
"Nah, bener tuh." Tia tersenyum bangga.
Vana hanya memutar bola mata malasnya, dengan setengah hati. Ia pun memakan telur dadar buatan Bundanya itu.
"Assalamualaikum." Suara Bariton itu membuat Vana terkejut bukan main.
"Walaikumsalam." Kata Tia sambil berlari kearah pintu utama.
"YaAllah, itu siapa? Masa iya, dia pagi pagi kesini. Mau ngapain?" Batin Vana berkata. Dengan bersikap bodoamat yang dibuat buat, Vana pun berusaha tidak mempedulikan suara itu. Dia melanjutkan kesibukan sarapan paginya ini.
Tak lama, Tia pun datang.
"Na, cepetan. Nak Sheva sudah nungguin kamu didepan." Tia memberi tahu.
"Loh, mau ngapain Bun?" tanya Vana polos.
"Mau nganterin kamu lah, gimana sih."
"Kan, Vana ada motor Bun. Gak usah lah, plis Bun. Usir dia sekarang." Vana memohon dengan wajah melasnya.
"Enak aja, orang cape cape kesini malah diusir. Udah cepetan sana." Tia dengan suara yang sedikit meninggi.
"Iya iya." Dengus Vana kesal.
Tak lama, Vana pun mengakhiri kegiatan sarapannya. Lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan bergegas pergi keluar.
Matanya membulat sempurna ketika mendapati sosok Sheva yang bisa dibilang lumayan tampan ini.
"Ayo," Ajak Sheva.
"Kamu, kenapa jemput segala. Aku kan gak minta." Vana dengan nada cueknya.
"Iseng aja." Balas Sheva singkat lalu berjalan mendahului Vana.
"What!?, Maksud lo apa Bambank?. Inginku berkata kasar." Kesal Vana dalam hati.
💖
Guys, maap telat up.
Sibuk soalnya, yudh. Jangan lupa vote dan coment yah. 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of Heart (Slow Update)
DiversosFollow dulu baru baca^^ 💖 Inikah yang dinamakan menikah?