02|Anak Baru

251 22 2
                                    

Hari ini merupakan hari dimana Nana dan Devano akan menjadi anak baru, mereka pindah ke salah satu sekolah swasta di Bandung yaitu SMA Cakrabuana. Mereka mengenakan seragam baru kemeja putih polos disertai dengan rok/celana bermotif kotak-kotak yang warnanya perpaduan antara coklat tua dan muda tidak lupa dengan dasinya yang mereka pakai di kerah baju warnanya senada dengan warna rok/celana yang mereka kenakan.

"Na...udah siap? Ayo turun sarapan" Riana bersuara di luar kamar Nana menyuruh anaknya segera turun kebawah untuk sarapan bersama.

"Iya..ma lagi nyiapin buku 2 menit lagi Nana turun" Nana berteriak sedikit sembari memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Oke...mama tunggu di bawah"

Setelah selesai memasukkan bukunya Nana melihat kembali dirinya di cermin dia tidak mau di pandang buruk karena ini adalah hari pertamanya masuk sekolah jadi first impression nya harus terkesan baik.

Nana turun kebawah dan melihat ternyata Devano sudah siap lebih awal, karena biasanya Devano itu selalu terlambat ke sekolah sehingga membuat Nana terus-terusan di hukum.

"Kamu berangkat bareng Aa ya na" sahut Riana sembari membuatkan roti selai strawberry untuk Nana.

"Tumben nggak kesiangan, biasanya juga jam segini masih molor" Nana memandang sinis ke arah Devano.

"Gue lagi semangat 45 Dateng ke sekolah baru makanya semalem tidur cepet." Sahut Devano yang tengah asik melahap roti selainya.

"Kak Joan ajarin Nana naik mobil biar Nana bisa pergi sendiri ke sekolah, Nana nggak mau telat terus kalo bareng Aa". Nana memasang muka melas sambil menggoyang kan lengan Joan supaya luluh dan mau mengajari Nana.

"Nanti kalo umur Nana udah 17 tahun kakak ajarin, kalo Sekarang kan masih di bawah umur" jelas Joan kepada adiknya, bukannya tidak mau tetapi itu perintah papanya supaya tidak mengajarkan Nana kalo usianya belum 17 tahun.

"Udah habisin makanannya buruan berangkat sekolah, ingetkan jalan ke sekolah?" Tanya Riana yang sedikit cemas karena mereka baru saja pindah ke Bandung.

"Nana nggak tau kan kemaren yang ke Bandung sebelum kita pindah papa sama A Devan" sambil mengunyah suapan roti selainya yang terakhir.

"Devan kamu ingetkan jalannya?" Sergah Riana yang was-was karena Devan itu pelupa.

"Jangan-jangan Lo lupa lagi jalan sekolah" sambung Joan meledek Devan.

"Tenang ma, kak, Devan inget kok" meyakinkan sang mama dan meneguk susu yang tersisa setengah gelas lagi.

"Ayo A buruan ntar telat lagi"Nana  melirik Devan dengan sinisnya sembari mengelap mulutnya dari sisa-sisa makanan.

"Ayo, ma berangkat dulu" Devan dan Nana berpamitan. Devan mengeluarkan motornya dari garasi dan memanaskan mesin motornya sebentar, kemudian Nana naik ke atas motor dan keduanya melaju meninggalkan halaman rumah.

Ketika keluar dari kompleks perumahan pematang indah 2 blok B Devano masih melaju dengan kecepatan kencang mengendarai sepeda motornya, tetapi ketika keduanya menemui persimpangan Devano memelankan motornya dia lupa arah. Nana pun bisa memahami situasi ini dan dia benar-benar kesal ternyata Devano tidak ingat jalan menuju sekolah.

"A kebiasaan deh, makanya kalo perlu kemaren tu di foto jalannya biar inget" Nana berbicara dengan nada sedikit tinggi karena kesal kepada Devan.

"Lo diem deh, gue lagi nginget jalan ini " Devano juga kesal kepada Nana karena bukannya membantunya malah mengomelinya.

Dan akhirnya Devan memantapkan instingnya untuk memilih jalan ke kanan dan benar saja mereka tiba di sekolah setelah 15 menit mengingat arah jalan ke sekolah.

NADIRA [ S E L E S A I ] ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang