Part 10

189 17 0
                                    

"Dia muji gue cantik?"

***

Hujan datang untuk menyampaikan berbagai macam cerita dan keluhan manusia yang tiada jeda.

***


Bunyi bel yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Semua bersorak dalam hati mendengarnya, akhirnya mereka terbebas dari guru matematika mereka yang super killer. Kenapa ya rata-rata guru yang mengajar pelajaran mematikan bernama matematika harus diajar pula dengan guru yang super killer, seperti guru mereka yang baru saja keluar itu. Ada yang bisa menjawab pertanyaan maut ini? 😂

Lia membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja. Guru mereka itu memang terlalu, hari ini mereka disuruh mencatat berbagai macam rumus yang membuat kepala mereka rasanya ingin meledak. Belum lagi tugas seabrek yang membuat mereka mual, dan dipaksa mengerjakan soal di papan tulis yang tentunya jauh berbeda dengan contoh yang diberikan sang guru killer. Wkwk

Dalam hati Lia merasa ada untungnya juga dia sekelas bahkan semeja dengan sang master matematika disebelahnya alias Ryan. Dia bisa bertanya sesuka hati pada cowok itu, karena dia rasa cowok itu bahkan lebih pandai daripada guru mereka. Bagaimana tidak, Ryan bahkan bisa langsung menjawab soal tanpa melihat rumus yang baru diberikan. Lia heran juga, apa yang tidak bisa dilakukan oleh cowok ini? Semua pelajaran bisa diserapnya dengan mudah, meskipun begitu dia bukan tipe cowok kutu buku yang kerjaannya bergelung dengan buku bahkan memakai kacamata besar yang super tebal. Malah cowok ini adalah orang yang sangat ramah, mudah bergaul, memiliki banyak teman dan sangat santai. Hampir tidak pernah, Lia melihat Ryan memegang buku dan membacanya.

Berbeda dengan dirinya, yang meskipun memiliki peringkat di bawah Ryan satu tingkat. Itu semua mesti diperoleh Lia dengan usaha yang keras dan rajin belajar. Sementara Ryan dengan santainya bisa melakukan semua hal, yang bisa dibilang manusia sempurna tanpa celah. Tapi Lia tentu saja tidak mau mengatakannya secara langsung kepada cowok sesombong Ryan, bisa-bisa dia jadi besar kepala dan semakin angkuh.

Terlebih itu semua tidak menutupi rasa benci Lia kepada Ryan karena perbuatan dan sifat menyebalkannya yang tidak pernah berubah.

"Kita pulang bareng aja"

"Ogah" sahut Lia langsung

"Gue mau nebeng payung lo, soalnya gue gak bawa payung," Lia mendengus mendengar nya.

"Yaelah, manja banget harus pakai payung segala. Kaya cewe,"

"Daripada nanti gue sakit, siapa juga yang repot. Elo kan?"

"Lah, kenapa gue?"

"Kan lo pacar gue. Sebagai pacar yang baik, pastinya nanti lo harus ngerawat cowok lo yang super ganteng ini kalau sakit"

"Gue mau muntah dengernya kunyuk, bisa jangan narsis gak lo." ucap Lia pelan dengan geraman.

Ryan menyerigai sambil menggeleng sebagai jawaban.

"Kenyataan yang gak bakal bisa diubah kalau gue memang ganteng parah"

"Najis,"

Ryan terkekeh. "Yaudah ayo, gue mau cepet pulang,"

Lia tidak menjawab dan memilih memasukkan buku-bukunya dengan perlahan. Ryan mendengkus melihatnya.

"Sengaja banget masukin bukunya dilamain,"

"Suka-suka gue dong, tangan-tangan gue. Lagian yang mau nebeng sama gue siapa? Elo kan? Jadi gak boleh banyak protes"

"Ryan" celetukan seseorang membuat Lia menghentikan gerakan tangannya dan memilih melirik Clara yang kini sedang tersenyum sok manis di depan meja mereka. Sambil mesem-mesem gak jelas pada Ryan.

Story Of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang