"Ketika lo percaya sama seseorang, maka tanpa diminta pun dengan sendirinya lo bakal berbagi semuanya sama orang itu."
***
"Asli, gue capek banget yu." Lia menunduk dengan tangan yang bertumpu pada kedua lututnya. Nafasnya sudah terengah-engah karena kelelahan.
"Gue juga capek."
"Sampe dimana sih kita larinya?"
"Gue juga gak tau. Asli bu Nana sama pelatih hobinya nyiksa banget deh."
"Iya. Gak tau apa gue udah hampir sesak nafas gini."
"Jadi orang jangan gampang ngeluh, gak baik." Tidak. Ucapan itu bukan berasal dari Ayu, tapi dari seseorang yang baru saja menghampiri mereka dan berdiri di belakang kedua perempuan mungil itu. Keduanya kompak menoleh dan mendapati Rafa serta Ryan dan Dito.
Ayu langsung mendesah malas sambil mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak mau melihat cosin alias cowok sinting yang akhir-akhir ini selalu mengganggu dan mengusik ketenangan hidupnya.
"Hai," sapa Lia pada ketiganya. Ryan, Rafa dan Dito mengangguk sambil tersenyum. Ayu masih bersedekap dada.
"Kita bukannya ngeluh raf, cuma capek aja. Asli, kaki gue udah gak kuat kalau harus dipake buat lari lagi," sambung Lia menjelaskan pada Rafa yang kini mengangguk.
"Iya gue tahu. Gue yakin kalian itu cewek kuat dan pantang menyerah, lagian dikit lagi kita udah sampe finish tu. Ayo lanjut lari lagi, harus semangat. Oke!" Lia mengangguk sambil tersenyum kala mendengar ucapan Rafa yang kelewat semangat itu. Lia sedikit memicingkan mata, ketika dilihatnya mata Rafa yang sedari tadi tak berhenti menatap Ayu.
'Kayaknya Rafa naksir sama Ayu deh!' batin Lia.
"Yaudah ayo lari lagi. Cebar lo gak mau lanjut lari, hati-hati lho entar kalian bisa ketinggalan. Dengar-dengar disini banyak hewan buasnya," ucap Rafa menakuti Ayu yang sedari tadi diam.
Sepertinya ucapannya berhasil, karena terbukti cewek itu sekarang sudah menoleh dengan mata terbelalak ketakutan.
"Eh, lo serius?! Jangan ngerjain gue sama Lia ya?!"
"Siapa yang ngerjain kalian sih! Gue ngomong yang sebenarnya. Kalau lo gak percaya, yaudah gue cabut dulu ya. Bye!"
Rafa baru saja hendak berlari lagi dengan Dito, sampai tangan Ayu sudah bergelantungan di lengan kirinya.
"Tangan lo ngapain nempel-nempel di tangan gue!"
"Gue takut bego. Lo gak tahu apa, gue itu paling takut sama hewan buas. Gue sering liat di tv kalau hewan-hewan itu ganasnya minta ampun, kalau udah makan mangsa. Mulutnya sampe berdarah-darah. Serem banget,"
"Tapi gak usah sok manja gini. Lepasin gak?!" Ayu menggeleng cepat mendengar penolakan Rafa. Yang ada, cewek itu kini sudah bergelayut lebih erat dengan menggenggam lengan Rafa kuat.
"Sakit bego!"
"Maaf. Yaudah ayo lari lagi, buruan, raf."
"Isshhh, nyusahin banget lo cebar." Omongan itu memang terkesan enggan, tapi Lia dapat menangkap nada senang dari Rafa. Sepertinya dugaannya benar, kalau Rafa benar-benar suka dengan sahabat baiknya itu.
"Yaudah ayo guys." Lia masih terdiam di tempat ketika melihat Rafa, Ayu dan Dito yang sudah berlari. Meninggalkan dirinya dan satu orang yang sejak tadi juga hanya menjadi penonton perdebatan antara Ayu dan Rafa.
"Gue lari duluan ya." Lia pamit pada Ryan yang masih terdiam.
Langkahnya tertahan ketika tangan Ryan menahan lengannya, "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Rain
Teen FictionLia Beliana sangat membenci cowok yang bernama lengkap Ryan Alwijaya. Karena sebuah peristiwa di masa lalu, yang membuat Lia bersikap demikian yang tentunya ada hubungannya dengan Ryan. Cowok itu yang telah membuatnya kehilangan orang yang sangat di...