"Ternyata kita sama-sama punya luka."
***
cowok bego...
Gue udah di dpn tenda
buruan!!!oke
ini gue keluarLia menghampiri Ryan yang berdiri sambil menjejalkan satu tangannya di kantong celana jeans nya. Sedangkan satu tangan yang lain tampak fokus memandangi layar ponsel. Di tengah cahaya seadanya, karena hari bisa dibilang masih sangat pagi, Lia mengusap-ngusap tangannya dan merapatkan jaket tebal yang sekarang digunakannya.
"Hei. Kita mau kemana sih emangnya?"
"Ssshhhht... jangan keras-keras entar suara lo kedengeran sama yang lain."Ryan berucap pelan dengan menekan suaranya sambil menempelkan telunjuk di bibir setelah mengantongi ponselnya. Lia baru saja hendak membandel bertanya lagi sampai Ryan menarik tangannya.
"Ikut gue."
***
"Wah, tempat apa ini?" tanya Lia takjub dengan mulut setengah terbuka.
Ryan membawanya ke danau yang sedikit jauh dari tempat perkemahan mereka. Danau yang begitu indah dengan satu perahu yang dililitkan di pinggir tempat mereka berdiri saat ini. Pohon-pohon hijau dan bunga-bunga segar tampak melengkapi pemandangan hasil cipta sang maha kuasa ini.
"Mata sebegitu gedenya gak bisa tahu kalau kita sekarang lagi di danau?" Ryan bertanya dengan nada mengejek. Lia menoleh dan mendelik kesal pada cowok songong itu.
"Gue kan nanya doang, lagian kok lo tahu tempat sebagus ini. Padahal baru semalam kan kita nyampe kesini."
"Gue pake peta yang dipinjamin sama bang Nugraha. Saat gue lihat ada tempat unik kayak gini, ya gue langsung pengen nyamperin. Lagian palingan entar perkemahan kita gak bakal ada jalan-jalannya kan, segala yang kita lakuin pasti serba diatur." Lia mengangguk setuju mendengar penjelasan panjang Ryan.
Mata bulatnya kembali dialihkan ke pemandangan menakjubkan yang ada di hadapannya. Ryan tersenyum dan menduduki rerumputan hijau yang tampaknya baru saja dipangkas itu. Jelas tempat ini sangat dirawat oleh pemiliknya.
Beberapa menit berlalu, keduanya terjebak dalam pemikiran masing-masing masih dengan mata yang fokus kedepan.
Merasa sudah puas mengagumi, Lia menoleh ke belakang ke tempat Ryan berada. Kembali didapatinya mata Ryan yang memandang kosong dan tampak sendu. Cowok itu sekarang duduk dengan tangan yang bertumpu di lutut. Topi hitamnya sedikit menutup pandangan itu, tapi Lia jelas tahu ada sesuatu hal yang berat yang sedang dipikirkan oleh cowok itu saat ini.
Lia memutuskan menghampiri Ryan dan duduk di sebelahnya. Dia duduk dengan menyilangkan kaki yang saat ini berbalut celana jeans panjang dengan warna hampir serupa dengan yang dikenakan Ryan. Diliriknya sekilas Ryan yang masih melamun.
"Ryan."
Ryan masih tidak menyadari bahwa Lia memanggil namanya. Lia menghela nafas sebelum mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah cowok itu.
"yan..." panggilnya sekali lagi. Kali ini berhasil karena Ryan tersadar setelahnya.
"Eh, iya. kenapa?"
"Lo melamun terus deh dari kemarin. Kalau ada masalah dan kalau lo bersedia, lo bisa kok cerita sama gue. Gue bisa jadi pendengar yang baik, lagian gak baik mendem masalah sendirian. Siapa tahu kalau lo cerita gue bisa kasih solusi atau apalah yang bisa buat lo sedikit lega."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Rain
Teen FictionLia Beliana sangat membenci cowok yang bernama lengkap Ryan Alwijaya. Karena sebuah peristiwa di masa lalu, yang membuat Lia bersikap demikian yang tentunya ada hubungannya dengan Ryan. Cowok itu yang telah membuatnya kehilangan orang yang sangat di...