Part 32

147 6 0
                                    

"Cowok paling egois."

***

Ryan dan Nugraha memperhatikan gerombolan orang-orang yang sedari tadi berlalu lalang di tempat mereka berdiri saat ini. Semuanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang mempersiapkan tali dan sebagainya untuk permainan yang akan mereka jalankan selama perkemahan hari ini. Tapi mata Ryan hanya terfokus pada dia. Sosok cewek yang disukainya dalam diam selama bertahun-tahun. Dia yang katanya sangat membenci tapi masih bersedia membantu saat Ryan rasanya sudah tidak bisa mempercayai satu orang pun di dunia ini karena trauma dengan keluarganya yang sangat berantakan.

"Mata lo bisa lepas kalau gak kedip-kedip liat Lia kayak gitu!"

Ryan melirik Nugraha yang menyerigai sambil tersenyum mengejek padanya. "Mata lo itu melotot aja dari tadi. Ikutin saran gue kemarin, akuin perasaan lo secepatnya sama dia."

"Gue takut ditolak," ucap Ryan lirih.

"Alah, pengecut lo. Kalau lo belum coba, lo gak akan pernah tahu apa yang dia rasain. Siapa tau diam-diam dia juga suka sama lo, tapi gengsi. Sebagai cowok gue malu kalau adek kelas gue lemahnya modelan macam lo ini." Seketika Ryan memandang tajam Nugraha yang tampak begitu santai ketika mengatakannya. Ah, dia lupa. Nugraha bisa mengatakan itu semua karena dia tidak tahu kebencian yang bersarang begitu besar dihati Lia untuknya.

"Soal rencana itu..." Ryan mengangkat alis menunggu Nugraha melanjutkan omongannya yang sepertinya serius kali ini. Senior gila yang sudah dianggapnya seperti abang kandungnya sendiri, karena Nugraha begitu banyak membantu dirinya selama ini.

"Menurut gue, dia udah tahu semuanya." Ryan terbelalak. "Maksud lo..."

"Maksud gue, dia udah tahu rencana lo untuk buat misi pura-pura pacaran itu. Dia tahu kalau bukan gue yang sepenuhnya minta kalian jalanin misi itu, pasti dia udah tahu. Dan sialannya firasat gue ada orang lain lagi yang tahu rencana kita dan kasih tahu yang enggak-enggak sama Lia. Dan gue duga itu yang buat Lia batalin misi itu secara tiba-tiba."

"Orang lain?" Nugraha mengangguk. "Iya. Orang yang pastinya deket sama kita bertiga. Kalau lo mau tahu, lo harus bergerak cepet deketin dia. Lo harus bisa ngejelasin semuanya kalau tebakan gue bener bahwa ada orang lain yang mencoba manas-manasin kalian yang memang udah saling benci sebelumnya. Lo harus bilang alasan lo lakuin itu semua, karena lo cuma ingin deket dan damai sama dia."

"Apa dia akan percaya dan maafin gue?"

"Bego lo anjir. Ya mana gue tahu, lo kata gue peramal apa!?" Ryan tergelak meski ada sedikit kekesalan karena Nugraha sudah kembali ke mode gilanya. Suasana yang tadinya terasa dipenuhi kalimat nasihat seketika berubah menjadi menyebalkan.

"Gua kan cuma nanya, njir."

"Yang sopan lo sama senior, bangke." Nugraha menampol kepala Ryan lumayan keras, yang membuat Ryan melotot ngeri sambil mengusap-usap kepalanya yang berharga.

"Pokoknya lo ikutin saran gue. Cepet akuin perasaan lo, jangan sok nutup-nutupi lagi. Gue tahu lo itu udah bucin akut, entar bisa gila kalau dia malah direbut dan dimilikin cowok lain." Setelah mengatakan kalimat yang entah nasihat atau apa, Nugraha berlalu dari hadapan Ryan yang memandangnya dengan senyum tipis.

"Makasih bang, udah bantuin gue selama ini." gumamnya pelan.

***

"Ryan, tunggu." Ryan menghentikan langkahnya yang tadi berniat menghampiri Lia, ketika Dito memanggilnya dari belakang.

"Apaan, dit?"

"Bantuin Clara sono. Kasihan cewek itu." Ryan seketika menoleh pada Clara yang sedang sibuk didekat tendanya. Kemanalah perginya dayang-dayang yang biasanya sering mengawalnya bak putri kerajaan itu.

Story Of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang