"Ah oke, aku segera kesana!" Aya menutup sambungan teleponnya cepat, berjalan terburu sambil mengecek sekali lagi tumpukan kertas formulir di tangannya.
Ketua organisasi menyuruh Aya segera, formulir lomba pekan olahraga ini harus dikumpulkan sekarang juga. Aya yang sedang berada di kantin sekolah mau tidak mau meninggalkan makan siangnya, berlalu ke kelasnya dan meluncur menuju ruang organisasi.
"Sial, Danial kemarin bilang dikumpulkan sore." Aya mengeluh menyebut ketua organisasi dengan kesal. "Kenapa lagi, sih?" Aya mengeluh lagi, menyadari kertas formulir di tangannya tidak lengkap tiga puluh lembar seperti jumlah awal.
Tanpa pikir panjang, gadis itu balik badan, menyusuri lorong sekolah yang dilewati sebelumnya, berusaha mencari kertasnya yang mungkin saja jatuh di jalan.
Gadis itu menghela napas lega saat akhirnya melihat satu kertas formulirnya tergeletak di tengah jalan. Beruntung tidak ada yang menginjaknya.
Langkah Aya berhenti sepersekian detik saat melihat kertas itu diambil seseorang. Aya mendekat cepat. Gadis itu merasa tidak asing dengan sosok ini tapi ia tidak begitu yakin dengan namanya.
"Pardon. Itu kertasku."
Sosok itu mendongak, menatap Aya datar yang kemudian tersenyum tipis tidak menyenangkan.
Aya sedikit tersentak dengan respon lelaki di depannya tapi ia segera menguasai diri. "Aku sedang buru-buru," ujar Aya kini tanpa permisi mencoba menarik kertas di tangan orang itu—tapi tidak berhasil.
Lelaki di depan Aya mengangkat kertas di genggamannya, menerka-nerka dalam diam.
"Kau yang dekat dengan Mark akhir-akhir ini?"
Aya mengernyit.
"Kau tau dimana Mark seharian ini?"
Aya menggeleng—lebih karena tidak peduli. Kini sekali lagi mencoba mengambil kertasnya. "Aku tidak tau," jawab Aya mendengus. Lelaki itu belum juga menyerahkan formulirnya. "Hey, ayolah. Aku buru-buru."
Ah iya, Aya ingat. Dia ini Nick Phenomenon, siswa laki-laki yang dulu pernah bertengkar hebat dengan Ethan di tahun pertama. Aya juga jadi ingat, lelaki dengan wajah kurang bersahabat ini beberapa kali terlihat bersama Mark.
Aya jadi mengumpat kecil, melengos. Jujur, ini adalah kali pertama ia bicara dengan sosok yang pernah jadi buah bibir angkatan di tahun pertama itu. Rasanya jadi tidak heran kenapa Ethan mudah tersulut emosi dengan lelaki di depannya kini kala itu.
Mungkin akan lain cerita jika Mark yang memainkan kertas formulir miliknya sekarang, pasti ia sudah cengengesan menyebalkan—lebih baik begitu Aya kira dibanding dengan wajah datar Nick yang minta ditonjok.
Diam-diam Nick mencoba melakukan sesuatu, dengan hasil yang kemudian menyebabkannya mematung beberapa saat lalu menyadari suatu hal.
"Hello?"
Dengan gerakan cepat, Nick menahan tangan Aya yang mencoba mengambil kertas darinya. Pandangannya berkilat tajam dilengkapi mimik wajah yang membuat Aya menciut sedikit ketakutan.
Lelaki itu segera membuka bibir berniat bicara, menyadarkan Aya jika lelaki jangkung di depannya kini ternyata memiliki gigi taring yang cukup baik, sebenarnya ukurannya relatif kecil tapi Aya kira gigi itu lebih tajam dari milik orang kebanyakan.
Nick memotong kalimat Aya sebelumnya dan bertanya cepat.
"Siapa ... kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
dimension
WerewolfAya Shannon punya masalah dengan kepalanya. Meski sudah berkali-kali ke dokter, hasilnya selalu normal dan dia dikatakan baik-baik saja. Padahal gadis itu merasa bagai memakai otak setengah pakai yang di-set ulang entah oleh siapa. Suatu ketika, se...