Holaa! Cuma mau ngingatin buat baca blurp (deskripsi cerita) dulu sebelum baca lebih jauh ya! Dan cuma kasih peringatan cerita ini banyak mengandung unsur kekerasan meski gak seberapa kasar juga sih.
Bulan purnama bersinar terang menggusur berbagai benda angkasa untuk memonopoli langit, ialah penguasa malam. Bahkan angin menunduk padanya menjalankan perintah menurunkan suhu bumi. Tapi tidak ada yang tahu bahwa bulan tengah memerhatikan seorang gadis di muka bumi. Gadis bernama Lexie Glover yang memiliki kecantikan tiada tara. Rambut merahnya sepanjang pinggang tergerai. Manik kehijauan miliknya meneteskan air mata sebab kedua tangan dan lehernya dirantai begitu kuatnya, gadis itu terlihat menderita. Sementara pria yang berdiri di hadapannya menatapnya dengan sudut mata yang dingin.
Pria itu menarik dagu Lexie agar menatapnya ke sudut matanya yang memancarkan intimidasi hingga Lexie ketakutan luar biasa tapi senyuman miringnya terlihat amat licik. "Aku sudah pernah bilang, jangan pernah berpikir untuk lepas dariku, sayang. Karena lolos dariku hanyalah kematian."
"Kau gila, Clyde!" Maki Lexie. Gadis itu berusaha teriak sekuatnya sebab ketakutan membelenggunya.
Clyde terkekeh pelan kemudian melepas cengkraman tangannya sambil berbisik dengan suara berat nan seksinya. "Kau milikku, Lexie." Sekujur tubuh Lexie merinding mendengar penekanan itu terlebih pada bagian leher sebab hembusan napas Clyde menyapu permukaan kulitnya amat lembut. Clyde kembali memundurkan kepalanya untuk menatap Lexie. "Dan kau tahu apa pun yang sudah menjadi milikku tidak akan bisa pergi dariku."
Lexie terdiam, ia tidak bisa memungkiri hal itu, Clyde itu gila, ia akan mendapatkan apa pun yang ia inginkan dengan caranya sendiri. Lexie buang muka, ia sangat membenci kenyataan yang dilontarkan Clyde seolah-olah harapannya telah hancur berkeping-keping. Lexie kembali menjatuhkan bulir beningnya, ia amat frustrasi, apa yang harus ia lakukan agar bisa lepas dari iblis di hadapannya? Ia tidak habis pikir. "Kumohon lepaskan aku, Clyde!"
"Dan membiarkan mainanku pergi? Oh, tidak sayang, mainan tidak punya akal seperti itu." Clyde terkekeh sambil melangkah ke arah lemari di sisi kirinya, menyiapkan alat setrum ke atas meja tepat di samping Lexie.
"Apa yang ingin kau lakukan?!" Lexie dapat menebak apa yang akan dilakukan Clyde, pria gila itu pasti berniat menyiksanya. "Jangan-" Lexie tidak dapat menyelesaikan perkataannya sebab ia disetrum amat menyakitkan. Lexie tidak pernah menduga bahwa pertemuannya dengan Clyde adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
"Masih ingin pergi?" Clyde bertanya sambil tersenyum miring, tatapan tajamnya mengundang atmosfer semakin mencekam seolah-olah mengatakan, akan kubunuh kau jika kau lari sekali lagi. Lexie tidak menjawab dan hal itu semakin membuat Clyde murka, pria itu kembali menyetrumnya hingga Lexie berteriak histeris. "Jawab!" Bentak Clyde.
"Berengsek!" Maki Lexie disertai air mata, ia benar-benar membenci Clyde, ia harap pria itu cepat lenyap dari muka bumi.
Clyde memutar kedua bola matanya jengah, menyetrum Lexie tidak membuahkan hasil jadi lebih baik ia menghukumnya dengan alat yang lain. Clyde mendorong kursi Lexie ke sisi ruangan, di mana lantainya layaknya lift siap dinaikkan ke atas dan melemparnya ke dalam tabung berisi air serta beragam serangga juga ular berbisa. Clyde tersenyum puas ketika melihat Lexie menangis histeris bertepatan saat Clyde menaikkan tuas sehingga Lexie berada di atas tabung mengerikan itu.
"Kumohon Clyde, jangan lakukan ini! Jangan lempar aku!" Lexie meronta-ronta berusaha melepaskan rantai yang membelenggu leher dan tangannya, ia benar-benar ketakutan dan bergetar hebat, bagaimana jika serangga-serangga itu menggerogotinya? Bagaimana jika ular-ular itu mematuknya? Clyde benar-benar kejam. "Aku tidak akan lari lagi!"
Tidak mendengarkan perkataan Lexie, Clyde menarik tuas sehingga dalam hitungan detik gadis itu masuk ke dalam tabung kaca. Clyde tersenyum miring menatap gadis itu menangis dalam diam seolah-olah takut dengan ular-ular berbisa yang siap mematuk jika merasa terancam.
Lexie menutup bibirnya rapat-rapat, ia tidak ingin serangga-serangga itu masuk ke dalam mulutnya meski mereka merayap di berbagai bagian tubuhnya bahkan masuk ke dalam bajunya. Lexie menangis, ia harap ia mati saja jika Clyde terus melakukan hal seperti ini padanya. Hingga Lexie kesulitan mengontrol alat pernapasannya, ia mulai panik, ia memukul-mukul tabung memberitahu bahwa ia kehabisan napas tapi sialnya hal itu membuat ular-ular mendekat padanya, melilit kaki dan tangannya. Lexie semakin panik, ia tidak terkendali sehingga ia tersedak beberapa serangga.
Byur!
Lexie kembali naik ke permukaan, ia memuntahkan berbagai serangga dari mulutnya, dan menghirup udara sebanyak-banyaknya, ia nyaris mati. Ular yang melilit tangannya semakin siaga, ia bersiap mematuk Lexie sehingga Lexie terus-terusan meminta tolong pada Clyde. "Clyde, kumohon! Uhuk... uhuk... Aku tidak akan lari lagi!"
Byur!
Lexie kembali masuk ke dalam tabung, ia baru saja menghirup udara sedikit dan kembali masuk ke dalam air. Lexie bersumpah ia hanya memikirkan kematian saat ini, paru-parunya amat sakit seolah akan meledak. Lexie terus memukul tabung jika Clyde tidak mau mengangkatnya setidaknya tabung itu pecah sehingga ia bisa bernapas tapi ia lupa bahwa kaca itu sangatlah tebal. Lexie bersumpah ia merasa kepalanya akan meledak jika tidak bernapas sekarang juga, ia kehabisan napas hingga tubuhnya menjadi amat lemas dan kram, pandangannya pun mengabur lalu menggelap.
Clyde menatapnya dingin, itulah akibatnya jika menentangnya. Tidak ada yang bisa berkata tidak padanya, siapa pun. Clyde kembali menarik tuas dan meletakkan Lexie di lantai kemudian memberinya napas buatan sehingga gadis itu kembali sadar sambil terbatuk-batuk bahkan memuntahkan isi perutnya.
Lexie menangis, ia benar-benar frustrasi, ia memilih mati dibandingkan harus dijadikan mainan oleh pria gila itu. Satu hal yang sangat Lexie pahami ialah jangan pernah membantah perkataan Clyde, apa pun itu. Ingin sekali Lexie membunuhnya tapi ia tidak sekuat itu hingga bisa membunuh seorang Clyde Arthur Osborn yang bernama asli Louis Alexander Winston, anak dari pembunuh buronan Texas yang selalu lolos dalam pengepungan polisi.
"Lexie," panggilan Clyde menyadarkan Lexie dari lamunannya. "Aku tidak mendengar maafmu."
Lexie menangis, sungguh ia tidak bisa melawan Clyde. "Aku minta maaf, Clyde. Aku tidak akan mengulanginya."
Clyde menatapnya dingin. "Pembohong!" Kesal Clyde, ia pun mengambil pisau dari atas meja dan membantingnya tepat ke samping leher Lexie.
Tangis Lexie pecah, ia tidak mengerti dengan Clyde, pria itu menyuruhnya meminta maaf tapi malah menyebutnya pembohong. Lexie tahu bahwa Clyde benci kebohongan tapi siapa yang bisa meminta maaf dengan tulus padahal itu bukan kesalahannya? Lexie benar-benar takut, ia heran sebenarnya hati pria itu terbuat dari apa?
"Aku benci kebohongan, Lexie. Kau mengatakan itu karena kau pikir itulah yang ingin kudengar." Kecam Clyde tepat di depan wajah Lexie dengan tangan menjambak rambutnya agar mendongak menatapnya. "Kalau kau benar-benar merasa bersalah, kau akan mengatakan bahwa kau menyesal telah lari dariku bukan mengatakan kata, 'maaf' setelah aku menyuruhmu untuk mengatakannya!"
Lexie hanya menangis mendengar itu, ia memang tidak menyesal karena berusaha lari dari Clyde tapi ia menyesal karena tertangkap oleh Clyde. Sungguh, ia merindukan kehidupannya yang tentram tanpa adanya Clyde. Lexie tidak pernah menyangka pertemuan pertama mereka benar-benar kesalahan fatal, sekali Lexie masuk ke dalam kehidupan Clyde maka ia tidak akan bisa keluar darinya selain dalam keadaan mati. Tapi buruknya Clyde tidak pernah membiarkan mainannya pergi begitu saja karena itulah ia menyiksa Lexie perlahan tanpa menghentikan napas gadis itu.
Clyde semakin mengeratkan jambakannya sehingga Lexie meringis dan tersadar dari lamunannya. "Ingat ini sekali lagi, jangan pernah berpikir untuk lepas dariku karena lolos dariku hanyalah kematian."
-Stylly Rybell-
Instagram : maulida_cy
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Moon [Complete]
Short Story#2 in Scream #10 in Classics #13 in Sadistic #17 in Favorite #19 in Arogant #64 in Jerk #75 in Killer #77 in Sadis #92 in Blood 3rd Winston Books WARNING! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, DAN ADEGAN DEWASA! HARAP BIJAK DALAM M...