Epilog

1.5K 65 17
                                    

Clyde baru saja ingin masuk ke kamarnya tapi ia terkejut begitu mendapati ayah angkatnya-Damon menemukan surat kabar yang berusaha ia sembunyikan. Damon terlihat terkejut dan buru-buru pergi keluar mungkin takut ketahuan oleh Clyde. Sementara Clyde bersembunyi sebentar lalu memasuki kamarnya untuk berpikir sejenak. Clyde mengambil sebuah botol kecil dari lemarinya lalu menyelipkannya ke saku. Clyde berjalan tenang menuju dapur sebab sudah tiba waktunya makan malam. Seperti biasa, Clyde tersenyum ramah pada ayah angkatnya itu lalu membuatkan kopi untuk mereka berdua.

"Tidak perlu." Cegah Damon, ia dalam keadaan mood tidak bagus untuk meminum buatan dari anak angkatnya itu.

"Ayolah, hanya sedikit." Bujuk Clyde. Clyde membuat kopi dengan tenang tanpa ada sedikitpun kecurigaan, ia memasukan racun yang ia bawa tadi lalu menyerahkan kopi itu untuk ayah angkatnya.

Tanpa ada kecurigaan, Damon menenggak kopi itu sedikit lalu berbicara pada Clyde. "Mengapa kau lakukan itu?" Melihat Clyde mengangkat salah satu alisnya sebagai tanda Damon belum lengkap dengan kalimatnya. "Mengapa kau mengubah identitasmu dan tidak memberitahuku?" Melihat Clyde hanya tersenyum miring, Damon menghela napas. "Tidak apa-apa, asalkan kau mau berubah, aku akan tutup mulut." Damon menggeleng heran lalu kembali memakan makanannya dan meminum kopi buatan Clyde. "Apa kau akan membunuhku?" Tidak juga anak angkatnya itu menjawab, di saat itu juga ia merasakan cekat di tenggorokannya lalu kembali meminum kopi Clyde sampai habis.

"Kau tersedak, Dad."

Damon tidak menjawab, ia benar-benar merasa seperti tercekik dan panas dari leher hingga ke kepalanya. Damon menyentuh lehernya begitu panik, segera ia mengambil air mineral dan menenggaknya tapi tidak ada reaksi apa pun.

Clyde tersenyum miring. "Akan kubantu mengeluarkannya." Clyde mengacungkan pisaunya.

"S-Son of... bitch!"

"Anak Tuan Osborn selamat tapi maaf, Nona Glover tidak terselamatkan." Perkataan suster itu membuat Clyde mendongak serta terbangun dari ingatannya.

Clyde mengerutkan kening, ia pikir Lexie dan anak mereka tidak terselamatkan sebab sebelum dibawa ke rumah sakit, jantung Lexie telah berhenti. Clyde pun mengikuti langkah suster itu untuk segera melihat Lexie dan anaknya.

Jantung Clyde berdegup kencang, air matanya begitu saja meluruh begitu melihat anaknya di dalam tabung, ia tidak percaya ini. Ayah macam apa dirinya yang tidak menyadari kehadirannya di dunia ini? Mengapa Lexie merahasiakannya darinya? Clyde mengusap-usap wajahnya frustrasi.

"Mengapa kau rahasiakan ini dariku, Lexie?!" gumam Clyde marah pada jasad cantik kekasihnya. "Apa ini alasanmu terus menolakku?! Tapi mengapa kau tidak memberitahuku, kenapa?!"

Apa kau takut aku membunuh anak kita? Apa kau pikir aku sekejam itu sehingga bisa membunuh anakku sendiri? Apa kau pikir aku tidak mencintaimu karena itu kau merahasiakannya?

"Aku benar-benar bodoh!" erang Clyde marah pada diri sendiri. Mengapa ia tidak mengakui perasaannya? Mengapa ia terlalu gengsi? Dan sekarang ia hanya bisa menyesali semuanya. "Sialan!" maki Clyde sambil memukul-mukul dinding di sampingnya tanpa peduli tangannya lebam bahkan berdarah.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu Tuan Osborn tapi-"

"Kau tidak tahu!" Bentak Clyde tajam. "Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!" Tanpa membantah perawat itu pergi meninggalkan Clyde yang marah-marah seperti orang kesetanan. Pria itu mencengkram kasar dagu mayat kekasihnya. "Kuperintahkan kau untuk bangun sekarang, Lexie!" Bentak Clyde kasar.

***

"Sudah kubilang Ayah enggak mungkin meracuni Mama!" Bentak Louis pada kakaknya meski adu tinju mereka tiada hentinya. "Dokter John bilang, Mama enggak mau keluarganya menangis karena dirinya!"

"Kamu buta? Ayah melakukannya tepat di depan mata kita!" balas Aaron- Kakaknya kesal.

Bugh!

Louis memukul kakaknya dengan pukulan telak sehingga Aaron jatuh tersungkur. "Aku bilang cabut tuntutanmu itu!"

Bugh!

Louis terjatuh akibat pukulan keras sebuah kayu yang baru saja diambil kakaknya hingga ia pingsan disertai darah mengalir deras dari kepalanya. Karena itulah semua orang mengira bahwa Louis telah meninggal termasuk kakaknya yang menyimpan dirinya di gudang.

Clyde menatap sinar pada tubuh perkasa Sang Penguasa Malam saat itu, bulan purnama. Hal itu mengingatkannya pada pertemuan pertamanya dengan kekasihnya beberapa tahun yang lalu. Clyde menghela napas berat lalu pergi ke ruangan khusus di mana ia mengawetkan mayat kekasihnya, Lexie. Lexie terbaring di atas kasur empuknya dengan penutup kaca seolah-olah wanita itu adalah pajangan mahal. Clyde membuka kaca pemisah antara dirinya dan kekasihnya lalu mengecup lembut kening Lexie.

"I love you, Lexie. Only you." Lirihnya frustrasi disertai air mata yang mengalir.

"Dad?"

Panggilan anaknya membuat Clyde menghapus air matanya tanpa memalingkan wajahnya seolah-olah menyembunyikan tangisnya. "Ada apa, sayang?"

Tiba-tiba saja Clyde merasakan dirinya dipeluk dari belakang oleh putrinya. "Jangan menangis, Kelsey di sini untuk Dad." Melihat ayahnya hanya diam tanpa menjawab, Kelsey mengecup pipi ayahnya lembut. "Mom telah mengorbankan nyawanya untukku dan sekarang aku diberi tugas agar Dad tidak bersedih, bantulah aku agar tidak kena amukan Mom. Atau bagaimana jika Dad menikah?"

"Kelsey!" Bentak Clyde marah. "Kau menyuruhayahmu untuk mengkhianati ibumu?" Melihat anaknya hendak menangis Clyde segeramemeluknya untuk menenangkan. "Dadtidak bisa, sayang. Bagi Dad bulanhanya satu, ibumu."


Holaaaa! Sequelnya ini bakalan bercerita tentang anaknya Clyde nih si Kelsey Tamara Osborn tapi belum aku update karena pasangannya Kelsey ini si Luke Danzi Stone saudara dari work sebelah (The Godfather's Obsession) jadi aku selesain work sebelah dulu baru update cerita antara Kelsey dan Luke ini (Padahal aku juga belum ngetik hehe tapi udah ada konsepnya kok) Kelsey ini Psychopath sementara Luke adalah Mafia, gimana keseruannya? keep wait ya! Hehehe

The First Moon [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang