00; prologue

556 71 10
                                    

"Bertemu denganmu, menjadi kebahagiaan bagiku"

***

"KAU  kenapa?"

Lelaki berumur delapan tahun tersebut mendongakkan wajahnya, menemukan wajah seorang gadis yang tampaknya lebih muda dibandingkan dia.

Lelaki itu menggeleng. "Aku tak apa kok."

"Kau sedang berbohong 'kan? Kata Kei, orang yang mengatakan 'kok' pasti bohong," ucap si gadis. 

Lelaki bersurai perak itu itu menggigiti bibirnya. "Kakiku luka."

"Kau nangis hanya karena itu? Aku sendiri tak pernah nangis karena itu! Soalnya, Kei pasti akan mengejekku." Gadis itu merogoh saku roknya. Dia menyodorkan kepalan tangannya. "Buka tanganmu."

Lelaki itu menyodorkan tangannya. Disaat yang sama, gadis itu menjatuhkan sebuah permen diatas telapak tangan lelaki itu.

"Ini, kukasih. Kei selalu memberiku ini tiap aku menangis. Enak loh, rasa stroberi!" ucap gadis itu.

Lelaki bersurai perak itu mengangguk.

"(Name)!!"

"Kei!!" gadis itu berseru kembali. "Kalau begitu, sampai nanti Kak Beruang!!"

Lelaki bersurai perak itu mengerutkan keningnya. "Beruang?"

Gadis itu terkikih, dia menunjuk kaus lelaki itu dengan cengiran. "Kaus-mu gambar beruang. Sangat lucu. Aku suka." Lalu, gadis itu berlari tertatih menuju lelaki bersurai pirang.

"Namanya... (Name), ya?" Lelaki bersurai perak itu menggenggam permen di dalam tangannya. 

"Koushi!"

Lelaki itu menoleh.

"Kenapa lututmu lecet?" tanya wanita itu. "Apakah kau jatuh? Kau tak menangis kan?"

"Tidak, aku tidak menangis. Seorang gadis memberiku semangat, jadi aku tak apa!" senyum lelaki bernama lengkap Koushi Sugawara tersebut.

***

"KENAPA kau memberikan kepadanya, (Name) bodoh!"

(Name) mengerucutkan bibirnya. "Habisnya, kakak itu sedang menangis."

"Cih, kau sok akrab pula sama dia. Dasar tak sopan!"

"Kei jahat sekali!" (Name) memukul bahu sahabat lelakinya, Kei Tsukishima.

"Berisik!" balas Tsukishima. "Padahal aku sudah bersusah payah mencarikan toko manisan yang menjual permen stroberi itu. Kau tahu kalau permen itu sudah jarang ditemukan."

"Aku mengerti, Kei. Makanya aku meminta maaf!" (Name) berseru.

Tsukishima mendecak. "Sudahlah! Aku tak peduli lagi!"  Tsukishima melipatkan tangannya di depan dadanya sembari bergumam-gumam kesal.

***

tbc.

epiphany | k.t & k.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang