12; miss him?

161 26 2
                                    

"Orangtua kadang tak paham, bahwa anak-anak masih ingin kasih sayang walau sudah berumur"

***

"

OKAA-SAN?"

Ibu Sugawara tampak ingin menangis. "Kou.. kenapa-"

Sebelum Ibu Sugawara mendekat, Sugawara sudah lebih dahulu berlari. 

"H-hei! Kou-senpai!?" (Name) ikutan berlari, mengejar lelaki itu.

Apa yang terjadi? Mengapa Ibu Sugawara tiba-tiba muncul? Mengapa Sugawara kabur begitu bertemu dengan Ibu-nya?

(Name) berhasil menangkap tangan Sugawara, membuat lelaki itu berhenti berlari. Napas mereka sama-sama memburu.

"Kenapa senpai.."

"KAU TAK MENGERTI!" teriak Sugawara. "Aku... sudah seminggu, (Name). SEMINGGU! Dan sekarang mereka baru mencariku?! Apakah mereka tak pernah khawatir? Apa mereka tak pernah menanyakan tentangku?! Tidak kan!?"

Baru kali ini, (Name) melihat Sugawara yang... eksplosif.

"Kou-senpai," ujar (Name), lembut. "Apapun yang terjadi, beliau adalah ibu senpai. Senpai jangan seperti itu..." (Name) menarik napasnya. "Pasti ada alasan mengapa beliau seperti itu."

"Tapi, (Name)," ujar Sugawara. "Mengapa... mengapa mereka.."

(Name) memeluk punggung Sugawara. "Mama suka memelukku kalau aku sedang marah," ucap (Name). "Aku harap, pelukan ini akan membuat senpai merasa tenang juga.."

Sugawara memegang tangan (Name) yang melingkar di pinggangnya. Lelaki itu menangis.

"Sudah, ayo pulang," ajak (Name).

Sugawara mengangguk.

Mereka menuju rumah (Name), dan benar saja!

Ibu dan ayah Sugawara disana. Sepertinya Tsukishima yang membawa mereka ke sana.

Begitu melihat Sugawara, Ibu dan Ayah Sugawara langsung berlari ke arah anaknya, memeluknya. Sugawara menangis. Dia sebenarnya merindukan keluarga yang harmonis.

"Syukurlah," gumam (Name). 

***

"MAAFA telah merepotkan," ujar Ibu Sugawara, Yuki. "Kami, sungguh-sungguh meminta maaf."

"Tidak, tidak. Koushi malah banyak membantu. Dia anak yang sangat baik," ujar Mama.

"Terima kasih," ujar Sugawara.

"Kalau begitu, kami pamit," ujar Ayah Sugawara, Taro. "Terima kasih telah menjaga anak kami."

Setelah itu, keluarga Sugawara pamit pulang.

"(Name) ke kamar ya, Ma, Pa, oyasumi," ujar (Name). Kakinya melangkah menuju kamarnya. Dia masuk dan menutup pintu kamarnya.

Rasanya sepi.

(Name) sudah menikmati kehadiran Sugawara selama seminggu ini. Rasanya aneh bila lelaki itu tiada.

"Oi!"

(Name) mendekat ke jendela, membukanya, dan mendapatkan Tsukishima disana. 

"Sugawara-san sudah pulang?" tanya Tsukishima.

"Barusan sudah," balas (Name).

"Kau merindukannya?"

"Dia tidak pindah, Kei. Dia tetap bersekolah di tempat yang sama, tahu!" ujar (Name).

"Kau merindukannya?"

Tsukishima mengulang pertanyaannya.

Kali ini (Name) mencerna pertanyaan itu. Gadis itu tidak menjawab. Dia menutup jendela. Lalu duduk di kasur, menghelakan napasnya. "Kei menyebalkan."

Sedangkan Tsukishima menatap nanar ke arah jendela (Name) yang sudah ditutup, dengan korden yang sudah tersibak dan menghalanginya untuk melihat isi kamar (Name). Lampu di kamar (Name) sudah dipadamkan.

"Masih saja, masih saja," gumam Tsukishima. Lalu dia juga beranjak tidur.

a.n

Mungkin besok update, ditunggu aja sayang ;)

-Mochii

epiphany | k.t & k.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang