4. ( A.C )

41 14 0
                                    

Bab ini dikerjakan oleh DeswitaAera
Pemain laki-laki oleh STEVANYLA

Bab ini terdiri dari 2970 kata


💤💤💤

"Aku akan ikut. Ayo, kita berpetualang."

Aku cukup senang mendengar mereka mau membantuku mencari obat untuk kakak. Walaupun mereka juga sedang tertimpa masalah yang lebih berat dibandingkan aku.

"E-emm... bagaimana dengan nasib keluargaku, ya?" kata Nedhia sambil menundukkan kepalanya.

Aku melihat dengan jelas raut ekspresi keempat lelaki itu. Mereka juga sama terkejutnya seperti aku. Kami ... egois sekali, sampai melupakan Nedhia.

"Eh, maaf, Nedhia. Kami sampai melupakan keluargamu," kata Javan menyesal.

Levin menyahut tenang, "Ayo, kita ke rumahmu, Nedhia. Untuk melihat kondisi keluargamu. Tapi setelah kami bertiga selesai mengubur jasad orang tua kami."

***

Altheo, Levan dan Levin mengubur orang tua mereka di halaman belakang rumah Altheo. Lalu, mereka bertiga ganti baju. Katanya malas memakai baju Javan yang serba hitam, sebenarnya ini perkataan Altheo.

"Memangnya di mana rumahmu?" Altheo bertanya. Rambutnya sangat acak-acakkan. Mata kelabunya berubah menyorot dingin, menyiratkan api dendam pada para pelaku.

"Di bagian utara desa," kata Nedhia serak.

Aku menepuk bahu Nedhia. Ia menatapku begitu murung. "Aku ikut, kok. Kita ke sana bareng-bareng, ya," kataku mencoba menenangkannya.

Nedhia mengangguk, "Terima kasih," katanya dengan suara pelan.

🕯..🕯..🕯

Kami sampai di rumah Nedhia. Nedhia langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Aku dan keempat lelaki itu ikut masuk ke dalam untuk mengecek keadaan.

Kami semua terdiam di depan pintu, saat melihat Nedhia yang sedang terduduk lemas sambil menangis di depan... astaga, aku tidak bisa tidak menutup mulutku. Keadaannya menyeramkan sekali, walaupun darahnya sudah berhenti mengalir dan mengering, tetapi tetap saja mengerikan. Organ-organ tubuhnya keluar dari perut seorang anak laki-laki itu. Mungkin dia adik Nedhia? Atau kakaknya?

Nedhia masih menangis, walaupun tidak bersuara. Tetapi tetap saja terlihat pilu dimataku. Aku, Altheo, Levan, Levin, dan Javan berjalan mendekati Nedhia.

Aku jongkok di sebelah kanan Nedhia dan Levin di sebelah kirinya. Levin seperti sedang meneliti sesuatu yang ada di mayat anak laki-laki itu.

Aku mengelus pelan punggung Nedhia. Ia masih menangis. Aku juga ikut sedih melihatnya.

"Kakak." Nedhia berucap di sela tangisnya.

Kakak? Oh, jadi ini kakaknya Nedhia. Aku masih terus mengelus punggung rapuh Nedhia.

Aku menoleh ke belakang. Altheo menatapku dalam. Aku memiringkan kepala. Aku mengerutkan kening.

"Apa?" Aku berbicara pelan ke Altheo, tidak ingin mengganggu Nedhia.

Altheo mengerjap beberapa kali dan menggeleng, tidak jelas.

Aku beralih menatap Levan, keningnya begitu mengkerut, sedang memikirkan apa dia?

Dan Javan? Aku tidak tahu dia sedang ke mana sekarang. Karena aku tidak bisa menemukannya di sini.

Tidak mau memusingkan makhluk di belakangku ini. Aku kembali menatap ke depan. Menatap mayat kakak laki-laki Nedhia. Levin masih saja sibuk memperhatikan mayat itu, entah sedang meneliti apa.

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang