13. A.G

21 8 0
                                    

Bab ini dikerjakan oleh STEVANYLA

Bab ini terdiri dari 2279 kata

❄❄❄

Ini baru pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Desa Kinglajh, sama halnya dengan Levan dan Levin.
Selama ini hanya melewati desa ini tanpa masuk ke dalam. Jika mau ke Bukit Belang, kami bertiga memilih lewat jalan setapak dan mengikuti aliran sungai.

Seperti kata para siluman laba-laba yang pernah memasukki Desa Kinglajh. Ternyata benar, desa ini menyeramkan dan suram sekali. Sepanjang perjalanan, pandangan kami tertutup kabut tipis. Tetapi aku tetap dapat melihat dengan jelas bagaimana penampakan desa ini, dan juga wujud dan wajah para siluman kalajengking bila menjadi manusia. Entah deh kalau yang lain.

Memang benar, hanya raja dan putrinya saja yang wujudnya sangat mirip dengan manusia. Tidak ada ekor capit di belakang tubuh mereka. Para tentara yang berjaga di depan gerbang perbatasan juga tidak ada, mungkin karena tahu caranya menyembunyikan ekor capit beracun yang mereka miliki?

Tidak ada siluman yang mau tinggal di desa menyeramkan ini dan alasan yang paling utama ialah, tidak mau hidup bersama dengan siluman kalajengking yang terkenal jahat, kejam, licik, sombong, dan sifat buruk lainnya.

Juga siluman kalajengking merupakan siluman yang tidak mau bergaul dengan siluman lainnya. Mereka menganggap dirinya yang paling hebat dan berkuasa. Cuih, di atas langit masih ada langit. Tetapi sombongnya minta ampun.

Kami melewati rumah penduduk, pasar, dan sebuah padepokan yang sepertinya merupakan sekolah bagi siluman kalajengking. Mereka semua menatap kami dengan tatapan tidak ramah, kelihatan sekali mereka tidak menyukai kami yang sedang berjalan di desa ini guna untuk menumpang ke Bukit Belang.

Oh, aku lupa menceritakan tentang tentara yang mengantarkan kami. Totalnya ada 10 tentara. Lima tentara berada di depan sebagai penunjuk jalan, dan lima lainnya tepat ada di belakangku! Punggungku terasa panas seperti terbakar. Sepertinya kelima tentara yang berjalan di belakang, menatap kami dengan sangat tajam. Aku gak membayangkan betapa menyeramkan wajah mereka saat ini. Uuuh.

Kami tidak ada yang bicara sama sekali. Kami membisu dalam keheningan. Sepertinya kami terbawa suasana hening dan sunyinya desa ini. Kami takut bila bicara, suara kami akan menggema. Karena di desa ini benar-benar sunyi! Tidak ada suara yang terdengar. Aku tidak tahu bagaimana caranya para siluman kalajengking berkomunikasi satu sama lain. Mereka berkomunikasi lewat telepati, kah? Melalui tatapan mata? Bahasa isyarat? Atau saling berbisik?

Ah, bodo lah. Pusing aku memikirkannya.

Tiba-tiba aku teringat dengan Ainsley. Siluman kupu-kupu pertama yang pernah kulihat dan kukenal. Bisa dibilang, dia cinta pertamaku. Ah, malu bila membicarakan masalah hati.

Aku mengenalnya saat pelatihan di Hutan Zonk sekitar 1 tahun yang lalu, dia siluman perempuan pertama yang berani menyapaku duluan. Padahal siluman laba-laba perempuan saja pada takut menatapku, apalagi mendekatiku. Bukan hanya aku saja sih, Levan dan Levin juga ditakuti.

Hmm, aku tidak tahu kenapa para siluman laba-laba perempuan takut pada kami bertiga. Menurutku, wajah kami tidak menyeramkan, kami tampan dan imut kok. Malah sangat tampan. Aku ini yang paling tertampan di desaku. Serius. Aku sering mendengar para ibu-ibu dan perempuan-perempuan yang sedang bergosip. Pasti namaku selalu disebut, mereka mengagumi wajah tampan dan senyuman mautku.

Sudah, sudah, kembali ke Ainsley. Dia itu perempuan yang sangat baik dan ramah. Dia sosok yang ceria dan riang. Dia yang membuatku tetap semangat menjalani pelatihan yang sangat membosankan itu. Berbanding terbalik dengan Aqqia yang jutek dan songong. Eh, ngomong-ngomong tentang Aqqia. Aku sangat terkejut ternyata dia merupakan sahabatnya Ainsley. Apa jangan-jangan Aqqia yang ingin dikenalkan oleh Ainsley padaku, ya?

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang