15. A.G

24 8 0
                                    

Bab ini dikerjakan oleh STEVANYLA

Terdiri dari 3445 kata

🎯🎯

Ini di mana?

Aku menyapu pandang sekitaran. Tidak asing. Ada pohon mangga yang sedang berbuah dan sebuah rumah?

Rumah? Aku mengamati rumah yang ada di hadapanku. Rumah yang secara keseluruhan terbuat dari kayu, di teras terdapat kursi panjang di dekat pintu.

Terdengar bunyi suara burung berkicau di atas atap rumah.

Aku berjalan dan berdiri di teras rumah tersebut.

"Al. Lihat apa yang Kakak dapat dari Gunung Tiga Kembar?"

Aku tersentak kaget, ketika ada yang memanggil namaku. Siapa? Aku menatap lekat lelaki yang berdiri di sampingku. Lelaki itu memakai baju biru, rambutnya warna hitam dan netranya kelabu. Dia tersenyum seraya menenteng sebuah keranjang anyaman bambu berisi puluhan jangkring yang berterbangan di dalamnya.

Wajahnya familiar. Aku merasakan jantungku berdenyut nyeri. Dia memanggilku? Atau ... siapa?

"Kakak."

Anak kecil berbaju hitam berlari dari dalam rumah dan menubruk lelaki berbaju biru. Mereka berpelukan seperti sedang melepas rindu.

Aku memandangi anak kecil itu. Dia yang namanya Al? Warna rambutnya hitam dan iris matanya kelabu. Sama seperti lelaki berbaju biru itu. Apakah mereka kakak beradik?

"Kakak lama sekali! Katanya hanya tiga hari." Anak kecil berbaju hitam itu menaruh tangannya di depan dada dan mengerucutkan bibirnya. Menggemaskan sekali.

Aku mendekati mereka. Aku tersentak dari kesadaranku. Aku dari tadi ada di antara mereka. Tetapi kenapa mereka tidak menggubris keberadaanku? Apakah mereka tidak melihatku? Lalu, aku ada di mana?

"Maafkan, Kakak." Lelaki berbaju biru itu mengulum senyuman sedih, air mukanya mendadak berubah muram dan mata kelabunya berkaca-kaca. Dia terlihat sangat menyayangi adiknya. Dia menjawel pipi gembul anak kecil berbaju hitam yang masih manyun. "Lihat. Kakak menangkap banyak jangkring." Dia menunjukkan keranjang berisi jangkrik dan memberikannya pada anak kecil yang ada di hadapannya.

Anak kecil itu matanya berbinar-binar. Dia bertepuk tangan heboh melihat betapa banyaknya jangkring yang ada di dalam keranjang. "Wow. Wow. Kak Ad, memang yang paling terbaik dalam menangkap jangkring!" Dia mengambil keranjang tersebut dan memandangi jangkring yang berterbangan di dalamnya. "Ayo, Kak. Kita goreng jangkringnya!" Dia menyeret lelaki berbaju hitam yang tersenyum bahagia melihat adiknya kembali ceria dan mau menerima pemberiannya.

Aku berjalan ke dalam rumah, ingin melihat apa yang akan kakak beradik itu lakukan pada puluhan jangkring. Entah kenapa, aku ikut merasakan kebahagiaan yang anak kecil itu rasakan. Seketika, aku juga ingin memakan jangkring. Sepertinya sudah lama sekali aku tidak memakan serangga terbang itu.

Keningku mengkerut dalam. Aneh. Kenapa kakak beradik itu warna bajunya berbeda dari yang tadi aku lihat? Padahal baru sekitar tiga menit yang lalu. Mereka cepat sekali berganti bajunya.

"Kakak baru saja pulang dua hari yang lalu. Hari ini sudah pergi lagi?!" Anak kecil itu kini bajunya berwarna cokelat. Dia bersedekap, wajahnya terlihat kesal.

"Kakak harus berlatih di sana, Al. Gunung Tiga Kembar dihuni oleh kaum siluman naga. Mereka semua sangat hebat dan ramah. Nanti saat kamu umur delapan tahun, kamu juga akan ke sana," kata si kakak yang kini memakai baju berwarna putih. Dia sedang berusaha membuat adiknya tenang dan agar tidak meminta untuk ikut ke sana.

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang