18. (A.C)

11 8 0
                                    

Bab ini dikerjakan oleh DeswitaAera

Bab ini terdiri dari 3099 kata

🛶


Kemarin adalah hari yang melelahkan untuk Altheo dan gengnya. Malam-malam, mereka harus membuat perahu dari batang pohon mahoni yang tertanam di sebelah gua centaurus. Hebat sekali mereka berlima, Altheo, Levan, Levin, Javan, dan Juro. Kemarin mereka membuat sebagian tubuh perahu dalam waktu satu setengah hari. Mereka sampai makan sambil bekerja, karena kami diburu oleh waktu.

Kata Mozza, darah siluman laba-laba yang diminum oleh para siluman kelelawar dan burung gagak, akan tercampur seutuhnya dengan darah mereka dalam waktu 40 hari. Kalau tidak salah hitung, ini adalah hari ke 38, setelah kedua bangsa itu memusnahkan seluruh warga Desa Wisteria, para siluman laba-laba.

Jika darah siluman laba-laba yang mereka minum telah tercampur sepenuhnya dengan darah mereka, itu sangat berbahaya! Berarti kedua bangsa itu secara resmi menjadi half blood, sebab mereka memiliki darah siluman laba-laba. Mereka rakus dan juga tamak. Apa bagusnya, sih, menimbun-nimbun kekuatan? Aku jadi bingung.

Hm. Dikarenakan untuk ke istana si makhluk hitam pekat itu, kita harus melewati lautan yang dihuni oleh para siluman manusia bersisik, atau yang lebih dikenal dengan sebutan siren dan mermaid. Kami jadi harus membuat perahu itu.

Soal itu. Sampai sekarang aku juga masih bingung, memangnya apa perbedaan dari mereka berdua? Perasaan bentuknya sama saja, tapi anehnya, mereka tidak pernah mau disamakan satu sama lain. Ya, walaupun sifat siren lebih jahat dan genit, mungkin itu penyebab kaum mermaid tidak mau disamakan dengan kaum siren? Dan kaum siren tidak mau disamakan dengan kaum mermaid, karena kaum mermaid memiliki sifat kalem dan lemah lembut? Ah, masa bodo. Pusing aku mikirin hal itu.

Ngomong-ngomong, sekarang si laba-laba hitam yang tidak pernah mau disebut hitam, sudah tahu kalau dia ternyata half blood. Aku tahu hal ini dari Nara dan Javan. Jadi kemarin, sebelum disuruh Moza untuk merubuhkan pohon mahoni, Altheo dilatih kekuatan sihirnya oleh Javan. Aku dan yang lain hanya bisa memerhatikan mereka berdua dari kejauhan. Altheo cepat sekali mendalami kekuatan sihir miliknya, sampai membuat Javan beberapa kali bertepuk tangan karena takjub dengan kekuatannya.

Pagi ini udaranya sejuk sekali. Langit pagi yang biasanya berwarna biru tua kehitaman, sudah berubah saja menjadi biru terang. Mungkin langit saat ini sedang memberi kami sebuah semangat? Agar kami berani untuk membasmi mereka.Hm, semoga saja.

Jadi sekarang, tugas kami--para perempuan--hanya diam sambil memerhatikan mereka semua--para laki-laki--, yang sedang sibuk memotong-motong batang pohon mahoni yang tebalnya minta ampun, di pinggir laut Vinetta. Beberapa kali Altheo dan Javan mengeluh kecapean karena batang pohonnya susah dipotong. Sebenarnya tanganku gatal ingin ikut memotong juga, tapi Moza tidak mengizinkan. Katanya, lebih baik tenagaku disimpan untuk perang nanti.

Wuh, semangatku semakin membara! Aku tak sabar ingin menghabisi makhluk hitam pekat itu! Lihat saja mereka, akan kucelupkan ke dalam api neraka yang paling dalam!

Aku menoleh ke samping kananku. Nedhia kepalanya termangut-mangut, dia mengapit erat lenganku dan lengan Unga, matanya menyorot lurus ke depan dengan setengah terbuka. Haduh, si Nedhia ini. Gak ada semangat bertarungnya sama sekali. Aku saja tadi malam sampai gak bisa tidur karena terlalu bersemangat.

"Huu, Javan dan Levan payah! Pakai dong kekuatan kalian! Kalau motongnya cuma pakai pedang saja, tidak akan selesai-selesai nanti!" Nara berseru heboh di ujung sana. Javan dan Levan nyengir. Hm, aku yakin, pasti Nara juga geregetan ingin membantu.

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang