14. (A.C)

20 9 3
                                    

Bab ini dikerjakan olehDeswitaAera
Bagian laki-laki oleh STEVANYLA

Bab ini terdiri dari 2650 kata


☔🌂☂

"Apakah ayah ingat dengan kejadian tujuh bulan yang lalu. Yang aku ditolong oleh siluman laba-laba, kupu-kupu, dan satu siluman gagak dari lumpur berhisab di Hutan Zonk. Tapi malah ... para pengawal pribadiku mengira aku diserang oleh mereka, yang membuat gadis siluman kupu-kupu tewas."

-------------------------------------------------------------

Sial, sial, sial! Kenapa, sih, semua orang yang kusayang pasti mengalami hal yang tidak menyenangkan!

Tidak mama, papa, kakek, kakak, dan Ainsley! Semuanya pergi ... kenapa ... aku tidak ikut mati saja sekalian.

Mama, papa, dan kakek tewas diterkam elang saat sedang menolongku, yang sedang duduk melamun di batang pohon. Kakak tewas karena diserang segerombolan siluman tawon sialan, yang sampai sekarang aku tidak tahu apa dan kenapa. Lalu Ainsley? Diserang hanya karena sebuah kesalah pahaman.

Jujur saja, aku tipe orang pendendam! Aku dendam pada siluman burung elang, tawon, dan kalajengking akan terus abadi! Tidak peduli mereka sudah mati atau belum.

Memaafkan mereka tidak ada gunanya.

Oh ya, sekarang aku ingat ...  siapa 'pangeran' yang sering dibicarakan dan dibangga-banggakan oleh Ainsley. Ya, pangeran itu adalah ... Altheo.

Kenapa harus dia, Ainsley?

*  *  *  *


Kini aku, Nedhia, Levan, Levin, Altheo, Nara dan Javan sedang berada di desa siluman harimau. Siluman yang terkenal mempunyai sifat galak dan mengerikan. Tetapi sepertinya tidak begitu, karena mereka --teman-teman Nara dan para penduduk desa-- memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik dengan kata 'mengerikan'. Mereka ramah dan menyenangkan. Tadi di sepanjang jalan menuju rumah teman Nara, para warga harimau menyambut kami dengan senyuman yang hangat dan ramah.

Setelah saling berkenalan satu sama lain. Kami makan makanan ringan yang disediakan oleh nona Elena.

Levan, Javan, Nara, Juro, dan Elena mengobrolkan banyak hal. Dari kejadian yang menimpa Desa Wisteria, cerita tentang kakakku, dan juga cerita tentang perjalanan kami bertujuh untuk menuju ke sini. Altheo dan Nedhia sesekali ikut nimbrung. Sedangkan aku, Levin, dan nona Xivi hanya menyimak.

Aku menghela napas. Lagi malas berbicara, moodku buruk sekali.

"Aqqia, kau terlihat murung dari tadi. Ada apa?" Suara Juro membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng. "Aku tidak apa-apa."

"Aqqia anaknya memang jarang tersenyum, tapi kalau sekalinya tersenyum malah menyebalkan." Ucapan Nedhia membuatku terkejut, aku memicingkan mata.

Kurasakan semua pandangan tertuju padaku, aku menggaruk kepalaku canggung. Kata-kata Nedhia itu cukup membuatku kesal, apa tadi? Sekalinya tersenyum malah menyebalkan? Hmp, aku tidak terima.

Nona Elena tiba-tiba saja memelukku, membuatku susah untuk bernapas lancar. Pelukkannya erat sekali.

"Sabar, ya, siluman kalajengking memang seperti itu. Sering kali salah paham dan berburuk sangka kepada siluman lain. Padahal mereka yang patut dicuragai! Huhuhuhu," kata nona Elena seraya pura-pura menangis. Aku mengangguk patah-patah, baju nona Elena beraroma bunga kamboja, baunya sangat menenangkan.

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang