19. War

13 8 0
                                    

Bab ini selesai diketik oleh Stevanyla_ pada bulan April 2021, tapi baru direvisi oleh DeswitaAera tanggal 2 Desember 2021. DeswitaAera memang sok sibuk😑 Sampai Stevanyla lupa alur ceritanya😅

Bab ini terdiri dari 3427

🦇🦅

Hujan deras yang sempat menghampiri lautan kini telah digantikan oleh sinar matahari yang menancap tinggi di langit. Segerombolan burung camar terbang meliuk ke sana kemari. Bumi seperti sedang berpihak kepada Altheo dan kawan-kawan untuk segera menuntaskan hajat mereka, yaitu memusnahkan bangsa siluman kelelawar dan burung gagak.

Sekitar 100 meter lagi mereka akan sampai di istana milik kedua kaum hitam yang haus kekuasaan dan keabadian itu.

Kabut-kabut tipis yang menyelubungi kedua istana itu semakin lama semakin memudar kala kapal yang mereka naiki mendekat, memperlihatkan betapa menyeramkan dan gaharnya kedua bangsa tersebut. Apalagi pulau yang dihuni oleh mereka sama sekali tidak terkena sinar matahari. Bukan, lebih tepatnya mereka menolak adanya cahaya, oleh karena itu matahari hanya menyinari lautan yang mengelilingi pulau itu.

Namun, aneh. Ada yang aneh. Mereka sama sekali tidak melihat para siluman burung gagak dan kelelawar. Ke mana mereka? Kabar yang beredar, kedua istana itu selalu dijaga ketat oleh para prajurit yang mereka miliki, yang akan mengelilingi kawasan pulau sampai tidak ada celah sedikit pun untuk siluman dari bangsa lain memasuki wilayah mereka. Hanya dengan menginjakkan kaki di sana saja nyawa langsung melayang.

Melihat kedua istana itu tidak ada penjagaan, justru membuat mereka waspada. Tidak mungkin kedua bangsa itu tidak menyadari ke arah mana tujuan kapal yang mereka naiki ini dan mengangkut penumpang dari bangsa apa.

"Jangan lengah." Tatapan mata hitam Moza terpaku pada pemandangan kedua istana yang tampak sepi. "Bisa saja mereka sedang memanipulasi penglihatan kita. Pokoknya, harus hati-hati." Moza menekan patah kata pada kalimat terakhirnya.

Apa pun dapat mereka lakukan. Bisa dikatakan dan memang telah diakui, bangsa siluman kelelawar dan burung gagak merupakan bangsa yang telah maju. Bahkan mereka memiliki pistol, senapan, dan bom yang katanya mereka dapatkan dari dunia manusia. Tidak heran, mereka memiliki berbagai senjata aneh dan canggih dari manusia. Karena hanya kedua bangsa itu yang sering berkunjung dan berhubungan baik dengan manusia.

Sebenarnya ini tidak adil. Kedua bangsa itu memiliki pistol dan senapan yang dapat melumpuhkan lawan sekali tembakan dan yang lebih menyeramkan adalah bom. Kabar yang santer terdengar, satu jenis bom dapat menghancurkan satu desa. Bayangkan, kalau mereka menggunakan bom! Sedangkan, musuh yang akan melawan kedua bangsa itu hanya mengandalkan kekuatan. Kekuatan yang mereka miliki secara alami, hasil dari latihan keras yang mereka jalani sejak usia belia. Bukankah ini sungguh tidak adil?

"Ayo, kawan-kawan. Jangan memikirkan dan mengkhawatirkan apa pun. Jangan gentar apalagi goyah. Ingat tujuan awal kita, jadikan itu sebagai pemicu semangat. Kita di sini bersama-sama untuk memberi mereka pelajaran dan membuktikan kalau kita tidak lemah. Kita kuat!" Levan berorasi untuk memberikan semangat. Dia tidak suka melihat wajah teman-temannya yang memucat dan seperti sedang memikirkan apa mereka akan menang atau malah berakhir dibuang ke lautan lalu dimakan oleh ikan hiu?

"Yapp, buktikan kalau kita itu kuat!" Elena termanggut-manggut. "Yang kita lakukan ini demi kedamaian. Jangan biarkan mereka merajalela!"

"Yosh, semangat! Semangat!" Altheo menghentak-hentakan kakinya.

"Betul. Kita bersama, jadi jangan takut. Terus maju, tidak ada kata mundur!" Nara menaikkan dagunya lalu bertolak pinggang, senyuman mengembang di wajah bulatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OENOMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang