Setelah pertemuannya dengan Bangtan dan juga menjelaskan alasan hilangnya Jimin dari Korea beberapa hari belakang ini, Jimin dan juga y/n kembali ke rumah yang sudah lama mereka tinggalkan.
Keadaan rumah benar-benar sepi dan juga kotor, "Sepertinya besok kita harus membersihkan rumah ini" kata y/n sambil berjalan mencari keberadaan saklar lampu.
Sebelum y/n menemukan saklar lampu, ia merasakan sebuah lengan kekar yang sudah melingkar sempurna di perutnya yang rata dan tak lupa kepala yang terbenam di ceruk lehernya. y/n sempat terkejut hingga suara halus yang ia rindukan terdengar tepat di samping kupinyanya.
"Aku merindukanmu" kata Jimin dengan halus.
"Aku sangat merindukanmu, rindu tatapanmu, ocehanmu, wangi tubuhmu dan juga tubuhmu"
Suasana yang awalnya akan terasa romantis lenyap begitu saja ketika Jimin mengatakan rindu dengan tubuh y/n, "mesummu tidak pernah hilang ya" kata y/n dan segera menghidupkan lampu.
Jimin yang melihat y/n pergi meninggalkannya kemudian menyusulnya.
y/n menghirup nafas dalam ketika sampai di kamar yang sudah lama ia tak huni, y/n rindu dengan aroma ruangan ini.
"ah, akhirnya aku bisa kembali ke tempat ini"
"Ya, aku juga senang bisa kembali ke tempat ini, apalagi mengingat hal yang sudah kita lakukan di tempat ini" kata Jimin sambil memberikan senyum smirk pada y/n.
y/n yang melihat Jimin seperti itu bergidik ngeri, seling beberapa detik mata mereka bertemu. Jimin berjalan mendekati y/n, y/n yang merasa dalam bahaya berupaya berlari dari hadapan Jimin, namun nihil tangan y/n sudah digenggam oleh tangan Jimin.
"Kau mau kemana? Apa kau tak merindukanku?" kata Jimin dengan ekspresi wajah yang sedih, hal tersebut membuat y/n merasa iba.
y/n mendekati Jimin dan memeluknya, "Tentu saja aku merindukanmu" kata y/n dengan suara yang gentir, air matanya sudah tak dapat ia bendung. Jimin yang mengetahui y/n menangis segera membalas pelukan y/n dan memberikan kehangatan dengan tubuhnya di tengah malam seperti ini.
***
Hingga tengah malam Jimin dan y/n belum juga tertidur. Mereka berada di atas ranjang dan memeluk satu sama lain. Mereka bergelut dengan pikirannya masing-masing.
"Chagiya, kenapa kau menyusulku ke Paris?"
"Apa maksudmu? Apa aku harus diam saat suamiku dalam masalah? Seharusnya kau memberitahuku sejak awal maka kita bisa melakukan bersama. Jika kau memendam semuanya sendiri maka semua akan menjadi sangat sulit."
"Aigo, apa sekarang kau sedang memarahiku?"
"Tidak, aku hanya tak suka dengan tindakanmu. Kau bertindak seakan bisa melakukan semuanya sendiri tapi lihatlah semua di luar dugaan, bukan?"
Jimin yang mendengar perkataan y/n hanya terdiam, Jimin semakin mengeratkan pelukannya pada y/n.
"Mianhe" kata Jimin sambil membenamkan wajahnya pada ceruk leher y/n.
"Sudahlah, jangan ulangi lagi. Jika kau percaya padaku mari kita selesaikan semua masalah bersama-sama, tidak ada lagi rahasia antara kita"
"Lalu, kenapa kau tau aku sedang di Paris? Ku kira kau sudah melupakanku"
Flashback on
Belakangan ini y/n merasa gelisah, Jimin belum juga menghubunginya semenjak kepergiannya dari café. y/n sudah menghubungi Jin untuk menanyakan perihal Jimin namun tak bisa. y/n juga menghubungi member lain namun tak ada yang tau keadaan Jimin, pilihan terakhirnya yaitu menghubungi Yeseul. Yeseul mengatakan bahwa Jin meminta izin bahwa ia akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.
y/n bingung dengan kondisi yang sedang terjadi, tidak ada yang tau keberadaan Jimin namun mereka terlihat sangat tenang.
Orang tua y/n sangat sedih melihat keadaan y/n, ia mau makan, ia tak melakukan apa pun selama dirumah sang ayah. Ia hanya melamun dan terkadang terlihat menangis.
Orang tua y/n yang tak tega melihatnya pun memberitahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. y/n yang mendengar cerita itupun bertekad menyusul Jimin ke Paris. Orang tua y/n memberikan alamat yang sempat Jimin perlihatkan pada mereka. Hari itu pun y/n menyusul Jimin ke Paris, namun alamat itu tertuju ke sebuah rumah mewah yang tak lain adalah rumah Hyuna.
Flashback off
Jimin yang mendengar cerita y/n tersenyum, ia tak menyangka istrinya seberani itu menyusulnya ke Paris sendiri. Jimin semakin mengeratkan pelukannya, begitu sebaliknya y/n membalas pelukan Jimin dengan lebih erat.
"Chagiya, sudah lama ya" kata Jimin
"Maksudmu?" y/n tak mengerti maksud y/n.
"Sudah lama aku tak mendapat jatahku" jawab Jimin.
"Bukannya kau sudah melakukannya dengan Hyu.. ump" y/n belum menyelesaikan kalimatnya namun Jimin sudah mencium nya.
"Jangan katakan nama itu, aku sangat membenci nama itu. Sekarang aku hanya ingin kau memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri" kata Jimin dengan nada yang dingin namun seksi. y/n yang mendengarnya pun hanya bisa menelan ludah dan pasrah saat tangan Jimin sudah mulai bermain di balik bajunya.
Ini sensasi yang sudah lama tak y/n rasakan, sejujurnya ia merindukan sentuhan hangat Jimin. Ia hanya bisa mengikuti permainan yang Jimin lakukan, sentuhan demi sentuhan ia nikmati begitu juga Jimin. y/n mengimbangi permainan yang Jimin lakukan, namun pada akhirnya Jiminlah yang akan memimpin permainan ini.
"Aw" keluh y/n saat Jimin tak sengaja melakukannya dengan keras.
"Mianhe, aku terlalu kasar. Aku akan melakukannya dengan halus, nikmati saja" kata Jimin di atas badan y/n, senyumnya terlihat samar ditengah remangnya kamar yang sudah lama tak mereka tempati.
.
.
.
.
Maaf buat chapter yang sekarang pendek dan mungkin kurang feel, karena buat adegan romantis itu susah bnget.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding With Park Jimin
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Aigo badanku sakit semua, sepertinya kita salah posisi" "Diamlah, aku tak mengerti ucapanmu" "Apa maksudmu? Bukankah kemarin kau yg mau seperti itu?" "Diam atau... " "Atau kau mau lagi? Begitukan? Sudah ku duga" "Yak Park Jimin" ✨2/11...