Jam menunjukkan pukul 10 pagi, tetapi pasangan suami istri ini masih bergelud dengan alam mimpi mereka masing-masing. Setelah lama tak bertemu akhirnya mereka bisa bersama, setelah banyak sekali rintangan yang mesti mereka lewati akhirnya mereka bisa berkumpul dan melanjutkan kehidupannya seperti orang biasa.
Pagi ini begitu cerah, secerah wajah y/n yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sementara Jimin masih tertidur lelap. y/n beranjak ke dapur setelah menyelesaikan skincare nya. Ia memasak untuk sarapan Jimin dan juga dirinya. Ini memang sudah lewat dari jam sarapan bahkan akan sampai pada makan siang, tapi y/n dan Jimin harus mengisi kembali tenaga mereka setelah mengeluarkan banyak tenaga malam tadi.
"Chagiya, kau masak apa?"
y/n menoleh dan melihat Jimin yang terduduk di meja makan " aku memasak sarapan"
Jimin mendekati y/n dan memeluknya dari belakang, sementara y/n dapat merasakan deru nafas Jimin tepat di samping telinganya. y/n melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Chagiya, aku ingin memiliki anak" kata Jimin langsung pada intinya.
"Kenapa begitu cepat?"
Jimin hanya terdiam, ia melepas pelukannya dan pergi ke meja makan. y/n yang melihat itu hanya terdiam dan melanjutkan kegiatan memasaknya. Butuh 15 menit untuk y/n menyelesaikan masakannya, akhirnya ia membawa nasi goring tersebut ke meja makan. Terlihat Jimin yang memainkan handphonenya.
Suasana hening, hanya terdengar detingan sendok dan piring yang saling beradu. y/n menatap Jimin sekilas, Jimin masih sibuk dengan makanannya. Jimin yang merasa dilihat pun memberhentikan kegiatan makannya.
"Maaf karna aku tak menjawab pertanyaanmu tadi, apa jawabanmu mengartikan kau tak ingin memiliki anak dalam waktu dekat?" Jimin memulai pembicaraan.
y/n menghela nafas "Apa maksudmu? Bukankah tujuan dari pernikahan yaitu memiliki keturunan? Tentu saja aku ingin memiliki anak, apalagi setelah melihat anak Seokjin oppa, ah, dia sangat manis seperti ibunya" jawab y/n.
"Jadi?"
"Hey Mr. Park Jimin, memiliki anak tak semudah kau berkata. Aku harus mengandung dulu untuk memiliki seorang anak tuan." Jawab y/n dengan ekspresi seolah menjengkelkan.
Jimin tersenyum "Aku harap yang kemarin jadi"
y/n mengerutkan dahinya "Apa?" y/n sebab tak mendengar yang Jimin katakan tadi.
"Ah tidak, bagaimana jika nanti kita kerumah Jin hyung untuk menjenguk anaknya, aku belum melihatnya sama sekali" Jimin mengalihkan pembicaraannya.
"Wah benarkah? Aku juga ingin melihatnya, kemarin aku hanya melihatnya lewat foto"
***
Siapa yang tidak bahagia ketika melihat banyak komentar baik mengenai kelahirnya anaknya ke dunia ini. Seorang artis internasional memiliki anak pasti akan menggemparkan dunia, apalagi ia adalah anggota BTS yang memiliki fans yang sangat besar.
Jin masih tersenyum melihat banyak komentar yang mengatakan anaknya yang tampan seperti dirinya. Jika kecil saja sudah banyak yang menyukai bagaimana besarnya? Pikir Seokjin.
Ia meletakkan ponselnya ketika suara bel mengalihkan fokusnya.
"Wah lihatlah siapa yang datang" teriak Seokjin
Jimin tak menghiraukan hyungnya itu, ia memilih langsung masuk dan mencari anak Seokjin.
"Ah, mianhe oppa, Jimin terlalu semangat" kata y/n sambil membungkuk memberi hormat.
"Tidak apa, aku sudah terbiasa dengan sikapnya hahaha" jawab Seokjin yang diikuti oleh tawanya.
Sementara Jimin masih mencari keberadaan anak Seokjin, namun nihil ia tak menemukan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding With Park Jimin
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Aigo badanku sakit semua, sepertinya kita salah posisi" "Diamlah, aku tak mengerti ucapanmu" "Apa maksudmu? Bukankah kemarin kau yg mau seperti itu?" "Diam atau... " "Atau kau mau lagi? Begitukan? Sudah ku duga" "Yak Park Jimin" ✨2/11...