"pokoknya aku mau ikut!" titah y/n yang kemudian pergi ke kamarnya.
Jimin menarik nafas panjang, ia merasa frustasi membujuk y/n agar tak ikut dengannya untuk latihan. Mungkin ini bawaan kandungannya, Seokjin juga sering memberitahu Jimin bahwa wanita hamil kadang akan menjadi manja dan juga banyak permintaan jadi mau bagaimana kita harus mengikutinya.
Jimin mengacak rambutnya, bukannya ia tak ingin mengajak y/n, Jimin hanya takut terjadi apa-apa dengan y/n. Mungkin saja dia akan merasa bosan menunggu Jimin latihan dan meminta untuk keluar. Tentu saja Jimin tak bisa menemani y/n kala ia ingin keluar untuk sekedar jalan-jalan. Lalu jika terjadi sesuatu pada y/n tentu saja Jimin akan merasa sangat bersalah.
Setelah memikirkan semuanya Jimin pun mencari y/n yang mungkin saat ini sedang merajuk di dalam kamar.
"Baiklah, kau bisa ikut denganku tapi dengan satu syarat" kata Jimin ketika memasuki kamar dan mendapat y/n yang tengah memainkan laptopnya.
Y/n yang mendengar pun tersenyum dan beranjak dari tempatnya. Ia mendekati Jimin dan memeluknya.
"Apa syaratnya?"
"Kau hanya perlu mengikuti apa yang aku katakan, tidak ada membantah ataupun melanggar apa yang ku katakan, janji?" kata Jimin sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
Y/n pun membalas mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Jimin yang mungil.
"Semoga anak kita tidak memiliki jari sepertimu, hahaha" ucap y/n sambil segera menjauh dari Jimin sebelum ia marah.
***
Y/n mulai mengemas semua barang yang akan ia bawa, y/n memasukkan laptop dan juga buku pada sebuah tas yang akan dia bawa.
"Kenapa kau membawa buku dan laptop?" tanya Jimin yang melihat y/n sibuk dengan tasnya.
"Aku akan menulis juga disana atau mungkin membaca untuk mencari referensi" jelas y/n
"Bukankah itu bisa kau lakukan di rumah?" tanya Jimin.
Y/n yang mendengar pertanyaan Jimin kemudian menatap Jimin dengan intens. "Jadi, apa itu salah satu cara agar aku tak ikut? Kau mengatakan bahwa aku bisa melakukan di rumah agar aku tak ikut hm?"
Jimin yang mendengar y/n pun bertingkah gelagap, tak seharusnya ia mengatakan itu sebab y/n dalam kondisi mudah tersinggung. Jimin memukul jidatnya lalu pergi keluar dari kamar.
"JIMIN-SHI!!!" teriak y/n
***
Y/n memasuki mobil yang akan di kendarai Jimin ke tempat latihan. Tangannya terlipat di depan dada, sedikit sulit untuknya sebab perutnya yang mulai membesar.
Cukup lama y/n menunggu Jimin di dalam mobil sembari mengelus perutnya. Y/n yang mulai geram dengan Jimin pun mengambil ponselnya dan hendak menelpon Jimin yang masih berada di dalam rumah.
Sebelum ia menekan tombol panggilan suara pintu mobil terbuka. Terlihat Jimin yang sudah selesai bersiap-siap.
Bau harum terciup sangat keras di hidung y/n. Y/n mengerutkan keningnya "Yak! Kenapa kau sangat harum?" teriak y/n mengagetkan Jimin.
"Maksudmu? Aku memakai parfume seperti biasanya, tak kulebih atau kurang" kata Jimin sambil mencium sekelilinh badannya.
Y/n pun hanya memanyunkan bibirnya dan melihat keluar jendela. Jimin yang melihat tingkah y/n berusaha bersabar, ia memenjalankan mobilnya menuju ke kantor agensi.
***
Sesampainya di ruang latihan y/n langsung mencari tempat nyaman. Ia memilih berada di pojok ruangan, tempat yang tepat untuk mengamati Jimin dan juga memainkan laptopnya atau membaca buku. Tujuan y/n ikut dengan Jimin tidak lebih dari memantau apa yang dilakukan suaminya di ruang latihan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding With Park Jimin
Fanfiction[COMPLETED] ✔ "Aigo badanku sakit semua, sepertinya kita salah posisi" "Diamlah, aku tak mengerti ucapanmu" "Apa maksudmu? Bukankah kemarin kau yg mau seperti itu?" "Diam atau... " "Atau kau mau lagi? Begitukan? Sudah ku duga" "Yak Park Jimin" ✨2/11...