2. Kejutan untuk Ashilla

417 196 413
                                    

Sejauh ini, harinya masih baik-baik saja. Walau Shilla sendiri belum membuka diri seperti yang Alena sarankan.

Ya, Shilla harap, hari perdananya yang hampir berakhir ini akan berjalan seperti yang Shilla dan Alena inginkan.

***

Tak terasa, bunyi bel terakhir di sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa-siswi menyerukan napas lega. Waktunya untuk pulang sudah di depan mata.

Shilla, yang baru saja merapikan perlengkapannya, melirik seisi kelas. Matanya mencari Sivia, hendak pulang bersama dengan perempuan itu.

Pucuk dinanti, ulam pun tiba. Belum lama dari usahanya menunggu gadis itu, Sivia menampakkan batang hidungnya.

"Nyariin aku, ya?"

Dengan santai, Shilla mengiyakan.

"Iya. Mau pulang bareng?"

"Oh, maaf, ya. Tadi aku dari toilet sama ada ketemu orang sebentar," jelasnya, "ngomong-ngomong tadi aku kebetulan ketemu Pak Hendra dari staff administrasi. Katanya kalau kamu senggang sekarang, beliau ada perlu sama kamu. Mungkin perihal data-data murid baru selama di sekolah."

Shilla bangkit berdiri. Menenteng tas coklatnya di bahu kanan, Shilla mulai melangkahkan kaki.

"Oke. Makasih informasinya. Kalo gitu aku langsung ke ruang admin, ya."

"Sendiri? Aku temenin gak apa, kok, Shill." Sivia mencoba memberikan penawaran. Ya, walaupun ia tahu Shilla mengetahui letak ruang itu, tidak ada salahnya juga bersama-sama menuju ke sana. Demikianlah kira-kira yang Sivia pikirkan.

Berbeda dengan Sivia, kepalanya menggeleng, itu cukup merepotkan untuk Sivia. Shilla tidak mau jadi Sivia pulang terlalu lama jika mengikuti kemana pun ia pergi.

"Gak usah, deh, Vi. Kamu pulang duluan aja, aku oke, kok. Lagian cuma sebentar juga. Nanti kamu pulang terlalu malam kalo nungguin aku."

"Yakin?" Ada sedikit keraguan yang Sivia rasakan ketika meninggalkan Shilla sendirian. Pasalnya, ia sudah berjanji pada Alena akan pulang bersama Shilla.

Sembari mengangkat ibu jari ke arah temannya, Shilla melemparkan senyum terbaiknya.

"Ya. Kalau Kak Alena tanya, aku titip pesan. Tolong bilang ada urusan sekolah dan mau urus sendiri. Hanya sebentar."

"Baiklah, aku duluan, ya, Shill."

Balik menjawab Sivia, wajah Shilla tampak cerah.

"Iya. Makasih udah bantuin hari ini."

Keduanya berpisah di depan ruang kelas 12 IPA 1.

Sesekali Shilla melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. Waktu menunjukkan pukul setengah empat. Ia menuju ruangan Pak Hendra untuk mengurus keperluan pribadinya di sekolah ini.

Setelah menyelesaikan masalah kartu pelajarnya, Shilla diperbolehkan untuk kembali ke rumah.

"Oke, Shilla. Biodata kartu pelajar kamu sudah rampung. Mungkin besok atau dua hari lagi kamu bisa ambil kartunya di saya." Pak Hendra mengantarkan murid terbaru tersebut keluar dari ruang kerjanya.

Haphephobia | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang