Gabriel meringsut berdiri, mengucap sepatah dua-kata terima kasih sekaligus maaf -tanpa menyertakan alasan sungguhan, pastinya- pada ibu yang gadisnya telah ia sakiti.
Jauh di lubuk hatinya, Gabriel berjanji pada dirinya sendiri. Ia harus mengembalikan senyuman yang semestinya menjadi milik Shilla. Tanggung jawabnya menjadikan Shilla gadis manis seperti yang Mina kenal sebelum tragedi itu merampas kebahagiaannya.
***
Gabriel tidak mengerti, baru kali ini ia mengusahakan sesuatu hingga sekentara ini.
Mengetahui serapuh apa Shilla di balik pribadinya yang tenang, rasanya hatinya tergerak. Dan belum ada gadis mana pun yang membuatnya segila ini, bahkan tidak dengan Sivia.
Untuk pertama kalinya, separuh dirinya mengakui kenyataan itu, bahwa sama sekali tidak ada buruknya peduli dengan orang lain.
Awalnya, walau memang belum bilang, Gabriel berniat berangkat ke sekolah bersama Sivia. Namun, siapa sangka Gabriel mendapati seseorang yang ia kenal muncul dari pintu tetangga.
Tunggu. Ada kemungkinan, sekarang dirinya tiba di depan pagar rumah pun Sivia tak tau. Jika memang demikian, Gabriel rasa ia akan mengambil kesempatannya.
Mari buat rencana dadakan. Ia harus tau kalau sebenarnya aku tidak seperti yang orang-orang katakan saat melihatnya.
Laki-laki itu melangkahkan kaki ke titik yang sebelumnya sempat mencuri perhatiannya.
"Permisi, selamat pagi."
Sontak dua sosok penghuni rumah tersebut menghentikan gerakannya. Salah satu dari mereka mengerutkan alis.
"Pagi. Maaf, kamu siapa?"
Menatap sekilas perempuan yang tengah menatapnya terkejut, Gabriel memperkenalkan diri.
"Saya Gabriel. Temannya Shilla. Kalau boleh, saya mau ajak Shilla pergi sekolah bersama."
Alena, sosok yang tadinya tidak mengerti, kini menganggukkan kepalanya. Nama itu tidak asing, sepertinya Alena pernah mendengar namanya dari bibir Shilla.
"Oh iya. Kenalin nama saya Alena. Bisa kita bicara sebentar?"
Gabriel mengangguk pelan sebagai jawaban.
Alena. Bukankah itu nama yang pernah disebut oleh ibu Shilla? Gabriel menerka.
Memastikan Ashilla tidak mendengar suaranya, dara cantik tersebut membuka suara.
"Saya psikolognya Shilla, kalau kamu dari tadi bingung." Senyum manis ala Alena mengembang.
"Salam kenal, Kak."
Dia mengiyakan perkataan Gabriel. "Apa kamu kondisi Shilla sekarang?"
Gabriel mendesah pelan, tentu saja karena teringat pertemuannya dengan Mina. Belum lagi dirinya mengaitkan fakta bahwa ia tengah berhadapan dengan seorang ahli psikologi.
"Ya."
Masih dengan ekspresi menenangkan yang sama, Alena sedikit melega. "Jadi kamu laki-laki itu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Haphephobia | ✔
Fanfiction[Featured in "Kisah Klasik di Sekolah" - September 2022 @WattpadRomanceID] Highest rank #1 mental (01/10/2022) #1 haphephobia (28/09/2022) #1 shilla (17/07/2022) #1 icl (07/08/2022) #1 touch (08/04/2024) #2 relation (09/08/2022) #7 phobia (06/09/20...