Shilla sedikit memundurkan diri. Ia membisikkan sesuatu yang serta-merta menerbitkan senyum Gabriel.
Keduanya memejamkan mata. Malam ini, biar keduanya menikmati kebahagiaan mereka. Tangan mereka mengepal dalam genggam satu sama lain.
"We'll be fine, Gabriel Pangestu."
***
Sesuatu yang berbeda terjadi di pagi hari. Jika biasanya gadis -atau mulai kini bisa dikatakan sebagai wanita ini- tengah merapikan kamar, sekarang dirinya masih tergolek di kasur.
Kedua netra Shilla mengerjap pelan. Sepertinya, dirinya bangun jauh lebih siang dari hari-hari kemarin. Cahya matahari bahkan sudah berdesakkan menerobos tirai jendela.
Dimiringkannya tubuh yang tak terbalut itu ke arah kiri. Melihat Gabriel yang masih tertidur pulas di sebelahnya dengan kondisi yang tidak berbeda dari dirinya sontak membuat Shilla tersipu.
Aku berhasil.
Bibirnya merekah. Ya, perjuangannya tidak sia-sia. Gabriel berhasil membuat ia lebih yakin pada dirinya sendiri. Tentu saja, seorang Ashilla bangga akan dirinya, ketakutan itu ternyata sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan sebuah rasa yang mereka pupuk dari kesalahan masa lalu.
"Terima kasih," bisik Shilla tepat di telinga Gabriel yang masih betah menikmati alam mimpi.
Shilla tidak ingin mengganggu tidur suaminya. Perlahan-lahan, diangkatnya selimut besar yang menutupi seluruh tubuhnya itu. Ia menuju kamar mandi, membereskan segala sisa-sisa kegiatan mereka kemarin malam.
***
Sejurus perpaduan aroma sedap memasuki indera penciumannya. Berhasil mengusik tidur panjangnya.
Gabriel merentangkan kedua lengannya ke udara. Dengan santainya, ia menyandarkan punggung tegap di bahu kasur.
Memejamkan mata sebentar, akhirnya kesadaran ada bersamanya. Gabriel serta-merta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tubuh kekarnya polos – benar-benar polos dalam artian yang literal. Hilangnya eksistensi selimut yang tadi malam bentuknya sudah ruwet membuat Gabriel merasakan hawa dingin angin pagi.
Oh iya, kasurnya luas sekali. Tinggal ia sendiri. Kemana Shilla pagi ini tidak Gabriel pertanyakan. Pintu kamar mandi yang terbuka dan terang serta wangi bumbu dari luar kamarnya adalah penyebabnya.
Shilla bangun lebih dulu darinya.
Istri idaman sekali, Gabriel acungi tinggi-tinggi jempol untuk Shilla.Tak ingin berlama-lama membiarkan sang istri sibuk, Gabriel langsung membersihkan diri. Ia ingin berendam sebentar untuk melemaskan otot-ototnya.
Selepas acara pribadinya tersebut ia tuntaskan, Gabriel menuju ke dapur. Di sana tampak sang istri tengah mencicipi masakannya.
Shilla terkejut bukan main ketika merasakan tangan atletis melingkari pinggangnya. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa sosok tersebut.
"Selamat pagi, Gabriel."
Ditopangkan dagunya ke bahu gadis yang baru menjadi wanitanya, "selamat pagi juga, sayang."
Shilla terkikik pelan. Sejak menikah, Gabriel memperlakukannya dengan manis sampai-sampai Shilla tidak dapat berkutik di hadapannya.
"Kamu duduk di ruang makan dulu, ya, Yel. Nanti aku anterin nasi goreng spesialnya." Shilla masih sibuk menuangkan dua porsi nasi gorengnya ke piring saji.
Mana peduli Gabriel. Dirinya malah merapatkan tubuhnya dengan perempuan yang kini menyandang marga keluarganya.
"Terima kasih untuk yang kemarin. Kamu benar-benar cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haphephobia | ✔
Fanfiction[Featured in "Kisah Klasik di Sekolah" - September 2022 @WattpadRomanceID] Highest rank #1 mental (01/10/2022) #1 haphephobia (28/09/2022) #1 shilla (17/07/2022) #1 icl (07/08/2022) #1 touch (08/04/2024) #2 relation (09/08/2022) #7 phobia (06/09/20...