Kilat amarah yang belum mereda di telaga hitam milik Gabriel menandakan banyak arti. 'Monster' yang bersamanya ini kelewat menyeramkan!
Kali ini hanya Dewi Fortuna yang bisa menyelamatkannya. Dan sayang, Dewi Fortuna sedang tidak ingin berwelas asih kepada Shilla.
Gadis baru itu hanya terdiam. Mengharapkan masih ada hal selain keberuntungan yang dapat membebaskannya dari Gabriel.
"Nama kamu Ashilla, kalau aku gak salah ingat." Tanpa menoleh ke arah Shilla sedikit pun, Gabriel menghadap lurus ke dinding kayu ruangan itu.
Terbata, Shilla tidak berani menatap Gabriel.
Lagi, Gabriel melontarkan pertanyaan yang tidak menemukan jawaban dari penerimanya, "sejak kapan kamu ada di situ?"
Matanya terpaku di ujung sepatu. Satu-satunya hal yang logis untuk Shilla pikirkan saat ini adalah mencari cara melarikan diri dari Gabriel.
Decakan keras yang pastinya ditujukan Gabriel untuk Shilla sedikit banyak terdengar oleh gadis itu.
Apakah gadis ini bisu? Atau jangan-jangan tuli? Atau keduanya?
Layaknya ada darah mendidih di dalam tubuh, Gabriel tiba-tiba berbalik mendekati Shilla.
"Kenapa kamu gak mau jawab, hm?" Oh ayolah, Gabriel masih mencoba menahan diri, meski sebenar-benarnya ia telanjur naik pitam.
Shilla tergagap, menjawab asal-yang malah seakan menariknya masuk ke gua singa yang tengah lapar.
"Bukan gitu, kemarin aku-, maksud aku-"
Ah, Gabriel mengerti. Kemarin, ya?
Artinya, Ashilla mendengar dan mengetahui apa yang terjadi di belakang antara dia dan Angel.Meneguk ludah melihat ekspresi Gabriel, Shilla berusaha berdalih lain.
"Aku cuma gak bisa liat perempuan yang keliatan ketakutan," tuturnya gemeteran, "tapi aku gak akan kasih tau siapa pun."
Alisnya ia tinggikan sebelah, "so what? Semua orang punya privasi masing-masing. Kenapa kamu harus ikut campur?"
"Gak ikut campur, aku cuma-"
"Alasan basi tau gak!"
Gabriel sempurna emosi. Belum selesai sisa-sisa pertengkarannya dengan Angel, perempuan di depannya ini seperti ingin membuatnya tidak dapat menjernihkan pikiran dengan tenang.
"Gabriel!"
Pertama kali Shilla menyuarakan nama laki-laki itu, Shilla kira akan sama seperti perkenalannya dengan orang-orang lain. Tapi tidak, tidak semudah itu. Apalagi ketika Gabriel mendorongnya ke tembok, menyudutkannya pula dengan tatapan menggelap hebat.
Gabriel sendiri kalap, tak lagi dapat mengatur gerak-geriknya. Entah sejak kapan, bibirnya ia sentuhkan ke milik Shilla. Membuat pemilik bibir ranum itu meronta-ronta.
Keringat dingin membasahi permukaan kulitnya. Rasa panik yang menyergap menyebabkan Shilla mengeluarkan seluruh sisa tenaga masih sanggup ia kerahkan untuk mendorong balik dada pria itu.
"Yel, I'm sorry. Let me go, please."
Gabriel rasa suara Shill barusan adalah angin lalu semata. Anggota tubuhnya bergerak sendiri, mulai dari bibirnya yang berpindah menyusuri rahang disertai dengan tangannya yang mengerayangi tempat yang tidak seharusnya ia sentuh.
Sembari menggigit bibirnya agar tidak meloloskan suaranya, Shilla kehilangan dirinya. Telapak tangan dan kakinya kesemutan, perasaan cemas timbul di kala ia tau ia tak bisa melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haphephobia | ✔
Fanfiction[Featured in "Kisah Klasik di Sekolah" - September 2022 @WattpadRomanceID] Highest rank #1 mental (01/10/2022) #1 haphephobia (28/09/2022) #1 shilla (17/07/2022) #1 icl (07/08/2022) #1 touch (08/04/2024) #2 relation (09/08/2022) #7 phobia (06/09/20...