10. Stay

314 140 247
                                    

Bahunya bergetar naik-turun dengan irama acak. Dadanya sesak menyadari Gabriel kini memandangnya datar, sama seperti hari pertamanya di sekolah ini. Seolah memang betul tidak ada yang terjadi antara mereka.

Ashilla sudah berusaha sekuat mungkin, namun sayangnya air di sudut matanya tak bisa ia bendung.

Shilla menangis tanpa mengerti perasaannya sendiri.

***

Seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Artinya, seminggu tanpa Shilla yang membuat perasaannya tak menentu.

Ya, rupanya Gabriel tidak akan pernah bisa benar-benar menghindari Shilla. Hanya terhitung satu hari pertama yang berjalan -sisanya tidak juga. Terbukti, selama seminggu ini, paling tidak ada dua atau tiga pesan yang ia ketikan ke nomor gadis itu. Dan siapa yang tahu, Shilla di lain tempat sana kian membalas percakapan mereka. Setidaknya Gabriel berjaga-jaga memastikan kondisi. Bagaimanapun mereka mempersempit komunikasi, hubungan mereka harus tetap terkoneksi. Terlebih, Alena pastinya akan kecewa jika mengetahui adanya kecanggungan antara mereka.

Ting.

Panjang umur. Baru terbesit wajahnya di benak Gabriel, akhirnya nama yang Gabriel nantikan muncul di notifikasi gawainya.

Dahinya berkerut. Pesan Shilla disinyalirnya janggal hari ini. Selain itu, kalau dibandingkan dengan biasanya, jawab yang ia terima lebih lama hari ini.

Ashilla M.
Hai juga, Yel.
Aku mau titip pesan ke kamu. Kamu udah baikan sama Sivia, 'kan? Karena kamu kenal dia lebih dulu, jadi udah seharusnya begitu.

Memang benar adanya, selama seminggu ini pula, Shilla menanyakan hal yang sama. Dapat ia katakan, tiga per empat isi ruang obrolan mereka membahas ini.

Cepat, Gabriel memilih menjawab seadanya.

Gabriel Pangestu
Sudah, kok.
Kemarin, kami udah bisa jalan bareng.
Setidaknya aku pikir Sivia gak marah lagi.

Baiklah, lebih tepatnya Gabriel tengah berusaha mengubah semua kekacauan ini agar kembali seperti mulanya. Teman dekatnya yang satu ini memang sedikit lebih sulit diajak berbaikan. Perihalnya, ia masih sensitif dengan Gabriel.

Namun, ya. Sesukar apapun, ini juga permintaan Shilla, supaya ia dapat meredakan emosi labil Sivia.

Kamu sendiri gimana sama Sivia?

Perlu menunggu beberapa saat untuk melihat jawaban dari Ashilla. Seakan banyak hal yang harus ia pikirkan untuk menuturkan fakta tersebut.

Baik, tentu.

Udah ketemuan lagi?
Atau masih jauh-jauhan?

Rencananya sore ini.

Oh, gitu.
Semoga kalian bisa dekat lagi.

Iya amin. Makasih, Yel.

Disimpannya perangkat pintar miliknya di saku celana. Satu kesamaan yang tepat. Dirinya dapat sekali jalan bertemu dengan Shilla nanti sore setelah sekarang ia pergi bersama Sivia. Katanya, gadis bersuara imut tersebut ingin pergi karaoke bersamanya seperti biasa.

Perubahan yang baik untuk dirinya dan Sivia. Namun, bagaimana dengan Shilla, ya?

***

Mendesah pelan, Shilla menenggelamkan wajahnya ke bantal. Dikuncinya layar ponsel di tangan kiri. Apa ia akan terkesan berharap pada Gabriel dengan justru menghubungi laki-laki itu ketika ia sok menjauh?

Haphephobia | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang