💮💮💮
Sebelumnya terima kasih yang sudah berkenan mampir untuk membaca karya pertamaku setelah Hiatus menulis cerita selama 15 tahun. Wow 15 tahun? 😚 Iya terakhir menulis cerita iseng-iseng itu tahun 2005. Itu pun hanya berupa coretan di buku.
Kisah ini pertama ditulis saat awal pandemic Covid 19, Januari 2020 dan tamat pertengahan tahun.
So, semoga suka dan selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komentar. Maaf kalau byk typo. Proses revisi berjalan. 😊
☘️☘️☘️
Untuk kesekian kalinya, seorang wanita muda berusia 25 tahun, Rania, menyesap minuman dingin di gelasnya yang hampir kosong. Dalam waktu hampir dua jam itu, ia merasa jenuh menunggu di sebuah Coffee shop. Bahkan gelas kaca berisi cairan manis berwarna coklat itu merupakan minuman kedua yang dipesannya. Perutnya sudah kelewat kembung. Sampai akhirnya ia mendengus kesal sendiri dan mulai angkat bicara.
"Mah, masih lama gak sih? Rania pulang aja deh ya," ucapnya bosan pada mamanya yang duduk di samping. Jari jemari ibunya sibuk mengetik sesuatu di layar ponsel.
"Sebentar, Sayang. Mereka sudah dalam perjalanan kok. Sudah gak sabar ya ketemu Papamu?" ujar Tika, ibu Rania tersenyum geli melihat tingkah anaknya itu.
Gadis itu mendengus bosan lagi. Ia bersedekap di dada. Bibir tipisnya cemberut. Hari yang bersejarah ini rasanya begitu lama baginya. Benar. Salah satu hari bersejarah dan terpenting dalam hidupnya. Selama 25 tahun, baru kali ini ia akan dipertemukan dengan sang ayah kandung, Edwin.
Tak dipungkiri lagi jika dirinya memendam rindu akan sosok ayahnya yang tak pernah dia tahu keberadaannya itu semenjak masih di dalam kandungan. Walaupun dia sendiri tak pernah kekurangan kasih sayang dari seorang ayah sambung yaitu Papa Doni, ayah tirinya yang sudah berpulang 2 tahun lalu. Tapi tetap saja sosok pria itu menjadi bagian yang hilang dalam sejarah hidupnya.
Sampai akhirnya 25 tahun kemudian, Edwin dan Tika bertemu lagi tanpa sengaja di suatu acara. Mereka berdua tampak kaget satu sama lain. Sejak itulah mereka mulai menyambung tali silahturahmi lagi. Dan rupanya benih-benih cinta yang dulu sempat hilang, nyatanya masih tertanam jauh di dalam lubuk hati dan kini bersemi kembali perlahan-lahan.
Hubungan baru itu pun sanggup mengurai perselisihan dan kesalahpahaman yang terjadi saat mereka bercerai.
Dan hari ini adalah pertemuan keluarga antara ayah kandungnya dengan dirinya. Ia senang bukan main saat ibunya memberitahu akan rujuk kembali dengan ayahnya.
"Nah itu dia Papamu datang, Ran," seru Tika sambil menunjuk ke arah pintu masuk Coffee shop.
Seorang pria paruh baya dengan kaca mata, perut sedikit tambun, kemeja lengan pendek dan celana jeans biru, berjalan masuk menuju mereka. Orang yang dinantikan sejak tadi itu datang juga. Edwin melambaikan tangan pada keduanya. Wajahnya tersenyum ceria.
"Maaf menunggu lama ya? Tadi ban mobilnya kena paku sampai sobek. Jadi harus ke bengkel dulu," ungkap Edwin menjelaskan sambil duduk di depan mantan istrinya. Ia menatap Rania dan Tika bergantian.
"Iya gak apa-apa, Mas? Kan tadi sudah cerita di telepon." Tangan Tika mengusap-usap bahu Edwin.
Edwin balas tersenyum lega padanya. Lalu beralih memandang Rania yang masih duduk canggung melihat dirinya.
"Bagaimana kabarmu Rania? Apakah kamu kaget melihat Papamu ini?" Pria itu mendelik pada anak gadisnya sambil terkekeh.
"A-aku baik-baik saja, Pah. Aku cuma gak nyangka bisa ketemu juga akhirnya sama Papa hari ini. Di foto Papah terlihat masih muda ternyata Papa sudah banyak ubannya," balas Rania terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Rania
Romance[Proses Revisi] Ketika aku terpuruk karena cinta seorang lelaki yang berkhianat. Saat itu juga seorang lelaki lain memberikan hatinya padaku secara tulus. Aku mulai bangkit dan menyusun ulang masa depan indah bersamanya. Namun, sayangnya impian kami...