Part 7 - Believe Me

194 16 1
                                    

'Kencan? Iya kemarin rasanya seperti kencan. Padahal kan kita bukan siapa-siapa.' Begitulah pikiran Rania saat ia tiba di rumahnya.

Saking senangnya ia menuliskan pengalamannya itu di buku sketsanya begitu sampai di rumah. Masih terasa debaran jantung itu. Hangatnya pelukan Satria dan jarinya yang bertautan dengan jarinya saat menyeberang. Serta dirinya yang memeluk pinggang Satria saat naik motor. Tak bisa ia lukiskan dengan kata-kata walaupun ia mencoba menjabarkannya sendiri.

Esok paginya Rania bangun pagi lebih bersemangat daripada sebelumnya. Padahal biasanya ia bangun dengan perasaan malas dan capek karena harus berkutat pada gambar lagi dan lagi. Revisi lagi dan lagi. Seperti tak ada habisnya.

"Kemarin kata Bi Mirnah ada tamu laki-laki main ke rumah. Siapa dia, Ran?" tanya Tika penasaran saat ibu dan anak itu sarapan.

Makan Rania terhenti. Langsung terasa seret di tenggorokan mendengar pertanyaan mamanya itu.

"Cuma teman kantor aja kok Mah."

"Beneran cuma teman?" Mata Tika mendelik penuh tanya.

"I-iya kok gak ada hubungan apa-apa. Dia itu bos aku mah."

'Cuma bos? Ya emang iya kan. Status hubungan kita belum jelas. Kayak orang pacaran tapi gak pernah ada kejelasan.' Sesalnya berharap.

"Owalaaahhh ... Dapet kakap toh kamu, Ran," kelakar Tika, ia terkekeh.

"Kakap? Emang ikan Mah?" Ia terkekeh juga.

"Nanti dikenalin ke Mama ya Ran?" Matanya berkedip nakal.

Rania hanya mencibir sambil melanjutkan sarapan roti bakar.

***

Tiba di kantornya, beberapa karyawan wanita sedang berkumpul di meja Mala. Mereka tertawa-tawa dan begitu antusias mendengarkan seseorang berbicara.

Ketika didekati barulah ketahuan siapa biang kehebohan pagi ini. Rania merasa terganggu karena kebetulan meja kerja Mala sebelahan dengan mejanya.

"Nanti aku mau ajak akang Satria jalan-jalan lagi ah. Gimana menurut kalian? Semacam piknik kantor gitu biar seru." Siska berdiri di tengah-tengah kerumunan itu. Wajahnya begitu sumringah bahagia.

"Wuah boleh tuh."

"Duh... Aku jadi nyesel kemarin gak ikutan nobar sama pak bos. Kalau ada lagi aku ikutan ya Mba Siska?" Salah seorang karyawan magang ikutan bicara.

"Eh gak boleh. Ini khusus untuk karyawan kantor resmi aja." Wajah genitnya berubah judes.

"Cieee ... takut diembat ya gebetannya?" Arin yang ikut nobar juga terkekeh geli disebelah.

Rania melirik setengah mata padanya. Merasa sebal.

'Pasti dia lagi cerita gimana acara nobar sabtu kemarin. Dan sekarang modus baru lagi pake mau bikin acara piknik kantor segala. Dasar ratu modus,' Batin Rania kesal.

Melihat Rania baru saja datang, Siska beralih membahasnya.

"Ran, kemarin kenapa kok pulang duluan? Padahal seru lho."

"Hehehe iya Sis. Aku tiba-tiba gak enak badan. Maaf ya." Ia meringis. Hanya basa basi.

'Seru apanya? Yang ada gue jadi bete lihat mereka berdua.' Rania makin kesal dibuatnya.

"Udah bubar-bubar! Meja gue bukan meja bundar. Kalau mau konferensi pers di luar aja sana. Pagi-pagi kok udah ngegosip." Tiba-tiba Mala pemilik meja datang.

Dengan wajah kecewa mereka membubarkan diri. Kembali ke mejanya masing-masing.

"Andai kemarin elu gak pulang, Ran. Yakin gue bakal jomblangin elu dengan paik Satria. Gak rela gue bos ganteng kita kalau sampai jadian sama Siska yang ganjen itu. Iyuuuhhh ...," ucap Mala sambil punggung tangan kanannya nempel di jidat.

Takdir Cinta RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang