Rania menelan ludahnya susah payah saat mata teduh nan tajam itu menatapnya. Membuatnya grogi sendiri. Tubuhnya mendadak kaku. Untunglah notifikasi pesan WhatsApp dari Danar menyadarkannya ke alam nyata. Cepat-cepat ia alihkan pandangan mata ke layar ponselnya. Membaca pesan dari Danar lalu membalasnya cepat.
Ia menghela napas lega. Pandangannya kembali ke depan. Mata pria itu sudah beralih ke tempat lain. Kini Satria duduk di jejeran kursi direksi sambil sibuk memperhatikan karyawan yang presentasi dengan tenang.
'Sadarlah Rania. Kau masih punya pacar. Kau harus setia.' Batin Rania mengoceh sendiri. Ia berusaha menormalkan irama detak jantungnya setelah itu.
***
Cuma dalam waktu 1 x 24 jam saja bos baru ganteng itu menjadi idola di antara karyawan wanita di perusahaan tempat Rania bekerja.
Suasana kantor yang biasanya tenang kini menjadi sedikit gaduh. Ditambah seringnya karyawan wanita yang pura-pura ingin ke kamar mandi yang kebetulan harus melewati ruang kerja Satria. Padahal sebenarnya hanya sekedar ingin melihat pesona Satria yang sudah menyihir mereka untuk terus melihatnya.
"Duh ... pantas saja Pak Herman ngelarang karyawannya pacaran dengan sesama karyawan. Elu bisa lihat sendiri kan gimana gak profesionalnya mereka," ucap Mala nyinyir melihat kelakuan teman-teman sejawatnya yang sibuk menarik perhatian Satria sambil bekerja di balik meja.
Rania mendesah. Ia sendiri juga merasa risih melihat teman-teman kantornya yang bolak balik keganjenan di hadapan bos barunya itu. Mengganggu konsentrasinya dalam mendesain. Sejujurnya sih Rania juga penasaran ingin melihat lagi rupanya. Kalau saja dia tak harus merevisi desainnya sebelum jam 1 siang nanti.
Waktu berlalu dengan cepat. Ia melirik jam di tangannya sudah pukul 12.10 WIB. Saatnya makan siang. Tapi pekerjaannya lagi-lagi menyita perhatiannya lebih banyak daripada isi perutnya yang sudah kelaparan.
Bahkan teman-temannya sudah pergi meninggalkannya untuk makan siang di luar. Ia mendengus kesal. Perutnya terasa perih. Tapi janji ketemu klien jam 2 siang nanti menahannya untuk bersabar lagi. Untungnya ada sedikit kue gandum di laci mejanya sebagai pengganjal perut.
"Aku serahkan semuanya padamu Sat. Kudengar kamu pandai menganalisa. Maaf juga jika pekerjaanmu jadi rangkap begini. Sejak keadaan ekonomi negara sedang kacau dan pasar jadi sedikit lesu begini terpaksa kita mengurangi beberapa karyawan untuk mengurangi anggaran operasional perusahaan," kata Pak Adit panjang lebar pada Satria saat mereka keluar dari ruangan direksi.
"Tidak masalah buatku. Daripada perusahaanmu merugi lebih baik begini sampai stabil lagi. Ohya dimana aku bisa mendapatkan materi desain untuk pengajuan proposalnya?" tanya Satria.
Pak Adit memandang ke sekeliling ruangan. Nampak lenggang. Tak ada siapa pun.
"Aku lupa kalau sekarang sudah jam makan siang. Pantas saja sepi. Hahaha ...." Pak Adit terkekeh.
Kemudian matanya menangkap sesosok karyawan yang masih sibuk berkutat sendiri di depan monitornya.
"Nah itu dia ada Rania." Wajah Pak Adit tersenyum senang masih ada karyawannya yang tersisa di kantornya.
Ia bergegas mendekati meja Rania. Diikuti Satria dibelakangnya.
"Ran, kamu gak makan siang?" tanya Pak Adit tiba-tiba. Suaranya membuat Rania terkejut sendiri karena saking konsentrasinya menggambar.
"Enggak pak. Lagi tanggung kerjaannya. Soalnya jam 2 nanti harus presentasi dengan Bu Verona. Dan revisi belum selesai sempurna," terangnya.
"Ooh revisi lagi? Sepertinya klien kamu yang satu ini sangat merepotkanmu ya, Ran. Sudah berapa banyak revisi yang kamu kerjakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Rania
Romansa[Proses Revisi] Ketika aku terpuruk karena cinta seorang lelaki yang berkhianat. Saat itu juga seorang lelaki lain memberikan hatinya padaku secara tulus. Aku mulai bangkit dan menyusun ulang masa depan indah bersamanya. Namun, sayangnya impian kami...