Part 8 - Love is Blind

172 16 0
                                    

Berkali-kali Rania membuka isi tas dan laci mejanya tapi buku itu tak ada. Ia butuh buku itu segera. Buku sketsanya.

Selama beberapa hari buku sketsanya hilang. Selama itu juga ia terus menjaga jarak dengan Satria dan Bayu. Satria sendiri setelah kejadian malam itu nampak cuek seolah tak terjadi apapun di antara mereka. Bahkan Siska yang biasanya selalu bermanja-manja di depannya pun nampak berkurang keagresifannya. Satria terlihat lebih tegas dan galak belakangan ini.

"Kamu sudah sampai mana Ran pekerjaannya?"

Ia menoleh ke asal suara. Bos tampan itu tahu-tahu sudah ada di belakangnya. Kedua tangannya bersedekap di dada. Menatapnya sinis dan kesal.

"Anu Pak, maaf.  Buku sketsaku hilang. Jadi aku berusaha mengingat kembali apa yang kurang. Makanya jadi agak lama,"dalihnya.

"Kamu tahu gak, Pak Hanif sudah menanyakan terus tentang kelanjutan gambarnya. Aku jadi gak enak, Ran. Kamu harus segera menyelesaikannya hari ini juga."

"Hari ini?!"

"Iya. Kenapa? Gak sanggup?"

"I-iya Pak nanti saya usahakan."

"Pokoknya harus ini! Kalau sudah selesai segera bawa ke ruanganku!"

Satria segera pergi meninggalkannya dalam kebingungan.

'Huh! Mentang-mentang aku menolaknya dia jadi makin semena-mena aja.' Rania kesal sendiri.

Jam istirahat tiba. Ia memilih untuk makan siang di kantor agar bisa segera menyelesaikan tugasnya. Terpaksa. Mengingat perintah bos tampan itu yang berubah lebih galak dari biasanya.

Sore hari dengan tenaga tersisa akhirnya desain final sudah rampung dikerjakan semua. Ia membawa file kerjanya dalam flashdisk untuk di buka di laptopnya yang belum sempat ia pindahkan isinya.

Diketuknya pintu ruang kerja Satria. Ia menyuruhnya masuk. Satria sedang duduk sambil membaca berkas di balik mejanya. Ia melirik sinis. Ragu-ragu Rania melangkah mendekatinya. Duduk perlahan di kursi depan meja. Satria masih sibuk dengan kertas-kertas di meja.

"Mana desainnya aku mau lihat?" tanyanya tanpa basa basi.

"Sebentar Pak aku pindahkan dulu ke laptopku."

Kemudian ia membuka laptopnya di meja sudut ruangan. Khusus untuk tempat meeting kecil beberapa orang. Dibukanya program desain untuk menampilkan hasil kerjaannya.

"Ini Pak!" serunya memberitahu bahwa kerjaan dia sudah bisa dicek dan dilihat.

Satria mendekat. Ia memperhatikan desain itu dengan seksama. Wajahnya nampak kurang senang.

"Bagian ini kayaknya ada yang kurang cocok, Ran." Jari telunjuknya menunjuk pada layar laptop.

Rania memicingkan matanya ke arah yang ditunjuk.

"Untuk bagian itu aku improvisasi Pak. Karena datanya ada di buku sketsaku dan bukunya hilang gak tau kemana," ungkapnya sedih.

"Makanya kalau punya buku penting itu disimpan baik-baik," ejeknya.

Rania menunduk pasrah diomeli atasannya. Ia menyadari hilangnya buku itu karena kesalahannya yang lupa membawa pulang atau lupa menyimpannya di laci.Entah mana yang benar.

Satria bangkit dari duduknya. Ia kembali ke meja kerja. Rania sedih tak diacuhkan bosnya itu.

Bbruukkk!!

Sebuah buku berukuran A3 dilemparkan ke atas meja itu. Itu adalah buku sketsanya yang hilang. Ia terpana sesaat lalu segera mengambilnya di atas meja.

Takdir Cinta RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang